Friday, December 25, 2020

Natal 2020

Natal tahun 2020 menjadi sangat amat berbeda dari biasanya.  Selain karena Pandemi COVID-19 yang membuat semua orang harus tetap di rumah, tahun ini Oma-ku pun sudah tidak ada.

Tahun ini untuk pertama kalinya, tidak ada tugas gereja, tidak ada lomba-lomba, tidak ada makan-makan dan tuker kado bersama teman-teman Choir, tidak ada lagi mengantar oma ke misa lansia. Aku pun masih tidak tahu akan bagaimana suasana Natal tahun 2021 nanti.

Tahun ini aku (dan seluruh dunia) merayakan Natal dalam senyap, meski pastinya masih tidak sesenyap malam kelahiran Yesus 2020 tahun yang lalu, tapi aku jadi bisa menghayati secara lebih khusuk perayaan Natal kali ini.

Kemarin sore pada waktu mendapat kesempatan misa offline pun, dari menginjakan kaki di gereja, aku sudah berusaha menahan air mata. Betapa aku merasa beruntung masih bisa mengikuti misa offline, yang protocolnya sangat ketat, mengingat banyak orang lain di luar sana yang juga merindukan untuk dapat mengikuti misa offline lagi namun tidak bisa karena tidak memenuhi persyaratan untuk bisa ikut misa offline.

Lalu pas misa dimulai, lagi-lagi aku hampir menangis, karena misa Natal yang biasanya dirayakan sangat megah, kali ini dibuat sesederhana mungkin. Tidak ada doa perwakilan dari anak dan orang tua, tidak ada lilin Natal, tidak ada lagu-lagu paduan suara.

Dan air mataku pun menjadi tidak bisa dibendung saat penerimaan komuni. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatan yang masih Tuhan berikan kepadaku, atas kekuatan dan pendampingan yang Tuhan berikan padaku di masa-masa sulit yang harus aku lalui, atas semua berkat yang masih boleh aku terima, atas kelahirannya ke dunia untuk memberitakan secara langsung kabar gembira tentang Kasih dan Kerajaan Allah.  

Aku juga mengucapkan syukur atas masuknya festival film yang aku dan teman-teman kerjakan dengan susah payah ke dalam nominasi Festival Film Independent Terkeren versi Kompasiana. Betapa penghargaan tersebut, semakin membuat aku (dan teman-teman) termotivasi untuk tetap berkarya untuk memanusiakan manusia, untuk tetap mengabarkan Kasih Allah kepada seluruh manusia lewat karya seni, tidak peduli apapun Suku, Ras, Agama, Gender, pilihan Gender, orientasi sexualnya, perbedaan fisiknya, ataupun perbedaan psikisnya, semua orang adalah 100% Manusia dan semua berhak merasakan Kasih Allah.

Selamat Natal 2020, untuk orang-orang yang kebetulan membaca tulisan ini. Tuhan memberkati dan mengasihi anda. 


Grey_S

Friday, November 20, 2020

SELESAI

Selasa, 17 November 2020 pk 14.20
.
.
.
.
.

Salah satu tugasku SELESAI

Wednesday, November 4, 2020

VITA EST BREVIS

"Remembering and praying for souls" - Rio.scj

Kematian itu pasti bagi kita manusia yang sekarang ini hidup. Bagi mereka yang punya iman, mati itu indah. Saat kita lahir ke dunia kitalah yang menangis, orang di sekitar kitalah yang tertawa. Namun saat kita meninggal orang di sekitar kitalah yang menangis, kita sendiri bahagia. Bahagia karena hidup baru bersama Tuhan. RIP - Rest In Peace. 

Tuhan ingin semua manusia bahagia di surga. Namun dunia lebih menarik dari pada surga. Nonton sinetron lebih seru daripada terbenam dalam doa. Bicara dan menilah buruk orang lain lebih keren dari pada omong kebaikan. Mengeluh dan komplain lebih memuaskan dari pada bersyukur. Dosa demi dosa di simpan, kesalahan demi kesalahan bertumpuk yang membuat jiwa terpuruk dalam kegelapan. Api penyucianlah menjadi derita tak berujung. 

Merubah jiwa menjadi baik dan suci bukan tempatnya lagi. Penyesalan, penderitaan, pasrah, dan teriakan minta tolonglah yang bisa meringankan. Mereka sudah tak bisa lagi berdoa tuk memohon. Mereka sudah tak dapat lagi mengaku dosa. Doa-doa kitalah yang meringankan siksa derita mereka. Intensi kitalah yang menganugrahkan indulgensi. Mereka tak butuh uang lagi, mereka tak butuh rumah mewah dan deposito truliunan. Doa-doa kitalah yang mereka nanti untuk harapan hidup abadi.

Ingatlah selama masih bernafas dan hidup gunakan waktu yang singkat ini dengan sebaik-baiknya. Lebih baik terkun berdoa sebelum tak bisa lagi  berdoa. Lebih baik bersyukur daripada menderita dan menyesal dalam waktu yang lama.

Vita est brevis, hidup itu pendek dan singkat. Maka gunakanlah dengan sebaik-baiknya dengan tiga B. B pertama, Berdoa, bertekunlah membangun relasi mendalam dengan Dia yang empunya kehidupan kekal.

B kedua, Bersukacita dan bersyukur, Buatlah hidupmu nggak banyak komplain, nggak banyak ngeluh, tapi bersyukurlah. Banyak alasan dalam hidup tuk bersyukur. Hidup memang berat, kadang masalah, beban, kesedihan membuat hidup penuh tekanan dan derita, sehingga sulit tuk tertawa, apalagi bergembira. Bersukacitalah dan bergembiralah sebab besarlah ganjaranmu di Surga.

B ketiga, Berbagi. Hidup bukanlah soal diri, tapi hidup adalah bersama dan dengan yang lain. Buatlah hidupmu berguna dan memberi inspirasi bagi sesama. Buatlah tangan, kaki, hati san seluruh diri menjadi saluran berkat Tuhan. Jadilah penerima berkat dan pembangi berkat. Deo gratias. - Rio.scj 



Thursday, October 22, 2020

Lahir kembali

Tahun 2020 ini beneran luar biasa sih tantangannya. Cobaan datang silih berganti. Sampai-sampai ada teman yang kepikiran kalau 2020 = 2+0+2+0 = 4 (Mati) dalam kepercayaan Chinese.

Untuk dunia secara global, cobaan di 2020 ini masih sekitaran COVID-19, Resesi Ekonomi, gejolak politik, bencana alam, dan lain-lain. 

Untuk aku cobaan di 2020 ini, mulai dari kehilangan pekerjaan (meski atas pilihanku sendiri), kehilangan bisnis yang mengakibatkan aku terlibat hutang dengan nominal yang cukup besar, merelakan bisnis persewaan property yang aku miliki kosong selama berbulan-bulan, menyiapkan hati kalau-kalau Oma-ku harus berpulang karena melihat kondisinya yang turun terus setiap harinya, dan semalam setelah berbicara serius dengan kekasihku, aku pun harus menyiapkah hati kalau-kalau hubungan kami harus selesai sampai disini.

Untuk masalah yang aku sebut terakhir, kami belum membuat keputusan apapun sih tentang masa depan kami. Aku masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Sepertinya dia pun begitu. Tapi yah aku tetap harus menyiapkan hati, kalau-kalau yang akhirnya terjadi bukan lah hal yang aku harapkan.

Nyesek? Iya. Kecewa? Iya. Sedih? Juga iya. Bagaimana juga kami sudah bersama lebih dari 8 tahun, mau memasuki tahun ke-9 bahkan.

Sejujurnya aku lelah bila harus memulai sebuah hubungan baru dengan orang baru lagi. Saling mengenal lagi, saling beradaptasi lagi. Namun aku pun tidak ingin kami terjebak di sebuah hubungan yang sudah tidak sejalan.

Lalu aku teringat akan perenunganku yang sempat aku tuliskan beberapa hari yang lalu, yang berkaitan dengan siklus Shio. Saat itu kan aku kan sudah menyadari bahwa Tuhan sepertinya sedang memintaku untuk menata ulang hidupku. Meski aku tidak menyangka bahwa hubunganku dengan kekasihku pun sepertinya juga harus ikut ditata ulang.

Tiba-tiba pagi ini aku pun menemukan ayat dibawah ini saat sedang menenangkan diri dengan berdoa dan membaca Alkitab.

“Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3 : 3)


Dan aku terpana dengan kata-kata “dilahirkan kembali

Dalam perenunganku, sepertinya tahun ini aku benar-benar sedang diminta untuk kembali masuk ke dalam “kandungan” Allah Roh Kudus, untuk kemudian “dilahirkan kembali”.

Agar saat aku sudah terlahir kembali nanti, aku akan lebih siap dalam menerima rejeki baru, karir baru, orang-orang baru, pengalaman hidup yang baru.


2020

2+0+2+0 = 4 (Mati)

Setelah Mati maka akan ada kebangkitan (kehidupan baru)

 

Doa-ku hari ini :

Tuhan, berilah saya keikhlasan untuk melepaskan semua hal yang bukan menjadi anugerah saya. Berilah saya kekuatan untuk tetap berjalan dijalanMu. Teguhkan lah hati saya untuk tetap setia dalam menantikan janjiMu, sampai waktunya aku dilahirkan kembali untuk dapat merasakan Kerajaan Allah. 



Grey_S

Monday, October 19, 2020

Aku akan merindukan HARI INI

Dalam tata Bahasa Inggris, Yesterday is a PAST tense. Tomorrow is a FUTURE tense. And Today is a PRESENT tense. Sedangkan PRESENT sendiri bisa diartikan sebagai HADIAH.

Sehingga banyak kata-kata bijak yang menyatakan kurang lebih seperti ini : Yang lalu sudah tidak dapat kembali, yang akan datang belum tentu dapat diraih, yang ada sekarang itulah yang dapat  dinikmati.

Banyak orang sudah pernah membaca dan tau tentang kata-kata bijak diatas, namun sedikit orang yang bisa memahaminya dan benar-benar menikmatinya.

Karena hari ini adalah HADIAH untukku, aku ingin menikmati hari ini dengan sungguh-sungguh. Karena mungkin saja, esok aku akan merindukan hari ini.  

Mungkin saja esok aku akan merindukan lelahnya tidur dibangku Rumah Sakit karena harus menunggu Oma-ku dirawat.

Mungkin saja esok aku akan merindukan suara berisik Oma-ku yang membangunkanku karena minta disuapi sarapan.

Mungkin saja esok aku akan merindukan kemanjaan Oma-ku yang selalu menantikanku kembali untuk sekedar menemaninya tidur lagi.

Mungkin saja esok, aku akan merindukan HARI INI. 




Grey_S

Pola Rancangan (Tuhan)

Untuk menciptakan sebuah karya, apalagi bila karya tersebut diharapkan bisa menjadi Masterpiece, biasanya sang pencipta pasti akan membuat sebuah rancangan terlebih dahulu dari apa yang ada di dalam pemikirannya.

Seorang penulis pasti akan membuat kerangka tulisan terlebih dahulu hal-hal yang ingin ia tuliskan. Seorang perancang pasti akan membuat coret-coretan design seperti apa yang ia inginkan. Seorang pembuat film juga pasti akan membuat konsep tentang film yang ia ingin buat. Seorang kontraktor juga harus membuat rancangan bangunan seperti apa yang ingin ia buat. Seorang wirausaha juga harus membuat rencana bisnis untuk mewujudkan bisnis impiannya. Bahkan seorang pekerja biasa pun harus membuat rencana kerja untuk menyelesaikan setiap pekerjaannya.

Rancangan-rancangan tersebut biasanya yah hanya dapat dijelaskan dengan sejelas-jelasnya oleh si pencipta itu sendiri. Namun bila rancangan tersebut sudah membentuk sebuah “POLA” yang sudah terbaca atau terlihat kira-kiranya seperti apa, bukankah itu berarti hasil karya tersebut sudah hampir selesai? Tinggal apakah si pencipta karya tersebut ingin membuat karyanya sebagai karya yang sederhana saja, atau ia ingin membuat sebuah karya yang sangat detail dan complicated.

Karya yang sederhana, tentu akan membuat si pencipta memiliki waktu yang singkat untuk menyelesaikannya. Sedangkan karya yang detail, akan membuat si pencipta membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikannya. Tapi bagaimana pun juga karya yang sederhana maupun karya yang detail, semuanya tetap adalah hasil karya yang sempurna dan memiliki nilai tinggi. Tinggal bagaimana orang menilai hasil karya tersebut kan?

Pemikiran tentang “Pola Rancangan” ini tiba-tiba muncul setelah beberapa hari yang lalu aku menuliskan tentang pencerahan yang aku terima untuk bisa melihat “Pola” yang terjadi dalam hidupku. Sebuah babak baru yang selalu terjadi genap setiap 12 tahun, di tahun Shio kelahiranku, jelas sekali sudah membentuk sebuah Pola yang kira-kira sudah bisa terbaca olehku. Tinggal yang menjadi misteri, apakah Tuhan sebagai penciptaku ingin membuat sebuah karya yang sederhana dalam hidupku, ataukah sebuah karya yang mendetail dalam hidupku?

Bila Tuhan menghendaki hidupku sebagai karya yang sederhana saja, maka mungkin waktuku untuk menyelesaikan tugasku tidak akan terlalu lama. Aku pun tidak perlu melakukan hal-hal yang bombastis, yang menghebohkan dunia, cukup karya-karya sederhana juga di dunia ini. Karya-karya sederhana yang akan tetap mewarnai dunia dengan warna kehidupanku.

Namun bila Tuhan memang menghendaki hidupku sebagai karya yang detail atau bahkan sangat kompleks, yah mungkin aku akan dipercaya untuk melakukan hal-hal besar, dan juga akan membutuhkan waktu penyelesaian yang jauh lebih lama.

Nah.. bila ternyata memang waktuku tidak akan lama lagi. Artinya aku sudah tidak punya cukup waktu untuk sekedar marah-marah, membenci orang, dan melakukan hal-hal negative lainnya. Aku hanya punya sedikit waktu untuk aku habiskan bersama orang-orang tercinta. Aku hanya punya sedikit waktu untuk bisa melakukan hal-hal baik. Aku hanya punya sedikit waktu untuk mewartakan kabar baik tentang Kerajaan Allah, dan Cinta Tuhan yang abadi untuk selamanya.  Karena itu aku ingin menggunakan waktuku sebaik-baiknya, karena aku tidak tau, apakah esok masih akan ada untukku. 


Grey_S

Wednesday, October 14, 2020

Putaran Shio

Dalam kebudayaan Tionghoa, kami juga memiliki perhitungan astrologi China yang disebut Shio (zodiac China). Namun berbeda dengan astrologi barat yang berdasarkan pada peredaran planet-planet dalam tata surya, astrologi China tergantung pada tanggal jatuhnya bulan baru, hari, dan jam pada awal musim semi. Makanya tahun baru Imlek (waktu pergantian Shio) sebenarnya dirayakan untuk menyambut musim semi.

Shio atau Zodiac China ini diwakili oleh 12 hewan yang dipercaya melambangkan karakter orang-orang yang dilahirkan pada tahun tersebut. Secara tradisi, Shio dimulai dari lambang hewan TIKUS.


Sekedar mengingatkan bahwa tahun 2020 ini adalah tahun shio TIKUS, dan aku adalah salah seorang yang terlahir dengan shio TIKUS, artinya tahun ini adalah waktunya aku untuk kembali memulai sebuah periode baru dalam hidupku.


***

Tahun ini karena kejenuhanku akan karirku yang sedang stagnan di kantor, diperkuat dengan kondisi Oma-ku yang memburuk sejak MALAM TAHUN BARU IMLEK 2020, membuatku akhirnya memberanikan diri untuk mengambil sebuah keputusan besar (lagi) yaitu mengundurkan diri dari kantor dan memilih untuk mengurus Oma-ku di rumah. 

Entah ini suatu kebetulan atau memang sudah jalan-Nya Tuhan, namun waktu aku memutuskan mengundurkan diri, di sekitaran awal Maret 2020, bertepatan dengan Indonesia mengumumkan bahwa sudah ada warga Indonesia yang terjangkit COVID-19, sehingga mau tidak mau Jakarta harus menjalani Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang artinya semua orang yang tidak memiliki kepentingan dianjurkan tinggal dirumah saja. Bahkan banyak kantor-kantor yang dipaksa harus bisa bekerja dari rumah maupun bisnis yang terpaksa harus ditutup.

Nah karena sedang tidak terlalu disibukkan dengan pekerjaan maupun kegiatan-kegiatan lain, otomatis aku memiliki banyak waktu luang untuk mendekatkan diri dengan Tuhan lagi. Yang waktu kerja setiap hari pergi pagi pulang malam, sehingga jarang punya waktu untuk baca Alkitab, sekarang jadi punya waktu lagi untuk baca Alkitab. Yang dulu tidak ada waktu untuk berdoa Tesera / Rosario, sekarang jadi punya waktu untuk itu. Yang dulu tidak pernah bisa bangun subuh untuk misa pagi, sekarang jadi bisa bangun subuh untuk misa pagi setiap hari. Yang dulu doa selalu ala kadarnya, bahkan doa pagi cuma sempat sambil nyetir ke kantor, sekarang aku punya 2 waktu khusus untuk berdoa pagi dan malam.

Dan Puji Tuhan, karena kegiatan positif yang aku lakukan setiap hari, setidaknya aku bisa melewati hari-hariku tanpa kekhawatiran yang berlebih. Padahal sebelum aku memutuskan mengundurkan diri dari kantor, ada perasaan takut, kalau depresiku mungkin akan kambuh kalau aku tidak memiliki kesibukan. Apalagi menemani Oma-oma, artinya kegiatanku akan banyak diisi dengan duduk-duduk diam dan merenung, yang bisa jadi malah membuat aku lebih over thinking.

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba aku kembali mengenang waktu-waktu aku di Beijing. Waktu itu pun aku memutuskan mengundurkan diri dari kantor, dan memilih pergi ke Beijing karena memang sedang ada kejenuhan dalam hidupku, ditambah dengan krisis identitas yang sudah memuncak dalam diriku. Sehingga saat itu aku merasa perlu untuk mengambil waktu mundur sesaat dari rutinitasku untuk merenungkan “apa maksud Tuhan saat menciptakan diriku seperti ini?

Nah karena memang kebutuhanku pergi ke Beijing adalah untuk merenung, maka sekolah Bahasa yang waktu itu aku jalani yah sebenarnya hanyalah kamuflase. Kegiatanku disana lebih banyak main, makan, dan merenung dari pada belajar bahasanya.

Merenung yang aku maksud disini tentu saja adalah dengan tetap pergi ke gereja, banyak berdoa, dan membaca Alkitab. Intinya yah membangun komunikasi dan relasi yang baik dengan Tuhan. Kurang lebih mirip-mirip lah dengan yang saat ini aku lakukan. Dan setelah aku ingat-ingat, waktu aku pergi ke Beijing itu kan tahun 2008, artinya itu adalah 12 tahun yang lalu, artinya lagi saat itu juga adalah tahun shio TIKUS.

Ketika menyadari “kebetulan” ini, aku jadi mencoba merenungkan lagi seluruh perjalanan hidupku, khususnya di tahun-tahun sebelum tahun 2008.


***

Aku terlahir di shio tikus tahun 1984. Hidupku sangat bahagia, tanpa ada kesulitan apapun baik secara akademis di sekolah maupun di keluarga. Sebagai anak pertama sekaligus cucu pertama dan keponakan pertama, maka aku adalah cucu kesayangan oma-opa, anak kesayangan papi, sekaligus keponakan kesayangan om tante. Seingatku saat itu semua begitu indah, sampai aku lulus SD di tahun 1996. Artinya 12 tahun pertama kelahiranku atau 1 putaran shio pertama, aku lalui dengan sangat indah.

Setelah berulang tahun yang ke-12 di tahun 1996 yang juga bertepatan dengan aku masuk SMP, di periode inilah perjalanan hidupku sekaligus perjalanan imanku di mulai.

Di sekitaran tahun 1996-1997 itu ada masalah keluarga yang membuatku bertengkar hebat dengan papi. Aku yang sebelumnya lebih dekat dengan papi dibanding dengan mami, tiba-tiba mengalami luka batin hebat dengan papi, yang membuatku tidak bicara dengan beliau sama sekali selama sekitar 13 tahun. Dan luka batin itu pula yang membuatku memutuskan untuk memilih menjadi seorang Katolik, dibanding mengikuti agama yang papi peluk. Pokoknya saat itu, prinsipku adalah apa pun yang papi minta, maka aku akan melakukan sebaliknya.

Sejak masuk SMP dan sejak masalahku dengan papi itu, hidupku berubah 180 derajat. Aku yang waktu SD tidak terlalu kesulitan dalam mengikuti pelajaran sekolah, sejak masuk SMP sampai lulus S1, selalu harus berjuang mati-matian untuk sekedar LULUS. Itu pun sudah diwarnai dengan insiden tidak naik kelas, percobaan bunuh diri, dianggap anak nakal di sekolah, dikhianati oleh guru dan teman, sampai akhirnya harus pindah sekolah untuk bisa lulus SMU.

Makanya sampai saat ini, aku hampir tidak bisa mengingat masa-masa remajaku. Karena sepertinya alam bawah sadarku mencoba menghapus masa-masa suram tersebut. Sehingga bisa dibilang pada periode putaran ke-2 shio Tikus aku lalui dengan sangat suram. Sampai pada puncaknya di ulang tahunku di tahun 2008, dimana karena sudah terlalu jenuh dan lelah dengan kehidupanku saat itu, akhirnya aku membulatkan tekad untuk pergi ke Beijing.


***

Setelah merenungkan perjalanan hidup dan perjalanan imanku sepanjang 3 periode putaran shio ini, aku jadi semakin percaya bahwa dalam Tuhan tidak ada sesuatu yang kebetulan. Semua yang terjadi sebenarnya sedang membentuk sebuah rancangan.

Rancangan yang seperti apa? Aku hanya bisa meyakini bahwa itu adalah sebuah rancangan yang indah. Bentuknya seperti apa? hal inilah yang harus aku tanyakan kepada Tuhan saat ini.

“Apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupku?

Apa yang harus aku lakukan untuk Kemuliaan Tuhan?”

Mencari jawabnya adalah PR-ku di tahun shio Tikus 2020 ini. Dan semoga setelah menemukan jawabannya, aku bisa menjalani kehendak Tuhan itu dengan sebaik-baiknya, demi kemuliaan nama Tuhan. Amen.




Ringkasan Perjalanan Grey : 

1984 – 1996       Terlahir di dunia dan hidup dalam kebahagiaan

1996 – 2008       Jatuh ke dalam pencobaan dan kegelapan.

2008 – 2020       Bangkit dari kegelapan dan berdamai dengan keadaan

2020 - ……        Mencoba berjalan di jalan Tuhan dan mencari tau apa yang Tuhan kehendaki

 


Grey_S

Monday, October 12, 2020

Saskia

Beberapa bulan terakhir ini aku lagi fangirling ke beberapa artis BULE. Jarang-jarang yes, aku ngefans sama artis bule. Secara dari kecil fangirling-nya selalu ke artis-artis Asia, seperti HongKong, Taiwan, Jepang. Baru sekarang jadi fangirling ke artis bule, sampai ngikutin socmed mereka, ngikutin akun fanbase mereka, dan jadi nontonin film-film apa aja yang mereka main disitu.

Dari beberapa artis yang aku lagi suka, salah satunya adalah Katie McGrath. Pemeran Lena Luthor di serial Supergirl. Dan aku tertarik sama serial Supergirl, awalnya justru karena terkecoh sama para fandom Supercorp, yaitu para fans yang ngarep banget Lena Luthor a.k.a CEO dari L-Corps dan Kara Danvers a.k.a Supergirl bisa jadian.

Apalagi diceritakan bahwa Lena Luthor pernah memenuhi ruang kerja Kara Danvers dengan bunga (meski hanya digambarkan dalam dialog doang) dan Lena Luthor sampai membeli 100% saham CatCo senilai US $750,000,000 cuma karena Kara memohon Lena untuk menyelamatkan CatCo. Gimana ngga queer bait banget ye kan jalan ceritanya?

Waktu awal-awal aku sampai penasaran banget, “emang bener yah Supergirl pacaran sama Lena Luthor?” Kan jadi ikutan ngarep yes. Ehhhhhh…. Ternyata…. Cuma khayalan babu belaka.

Tapi dari situ, aku jadi tau kenapa para fans Katie McGrath, khususnya yang dari kalangan LGBT, pada ngarep sama Supercorps. Karena yah mereka pada ngarep aja si Katie beneran lesbian. Secara yah lesbian mana yang ngga halu halu babu bisa jadi pacar dari Katie McGrath. Aku pun jadi ikutan halu halu babu.

Dan para fans ini jadi halu halu babu sama Katie McGrath, karena si Katie ini ada beberapa kali meranin karakter sebagai lesbian / bisexual di film-film yang dia kerjakan. Nah, salah satu karakter Katie sebagai lesbian / bisexual, yang paling berkesan buatku adalah saat dia memerankan Saskia de Merindol di mini seri Secret Bridesmaid Business.


Btw, berhubung aku bukan pengamat film, aku tidak akan membahas karakter Saskia ini dari context seni atau pun kualitas film. Aku ingin menuliskan kesanku dengan karakter Saskia sebagai manusia biasa.

 

***

Karakter Saskia de Merindol diceritakan sebagai seorang wanita yang memiliki karir yang cukup cemerlang sebagai seorang pengacara. Bahkan di usia yang terbilang muda, dia berhasil meraih impiannya untuk menjadi partners di biro hukum terbesar di Australia. 

Selain itu secara fisik Saskia juga sangat menarik, sehingga banyak orang yang berharap bisa berkencan dengannya dan menjadi kekasihnya. Sayangnya Saskia ini tidak percaya dengan hubungan yang monogami, sehingga ia tidak pernah mau terikat dengan siapa pun.

Dibalik sikap dingin Saskia dalam memandang hubungan percintaan, ternyata dia sangat mencintai sahabatnya sejak kuliah yaitu Olivia Cotterill yang menjalani bisnis perkebunan anggur dan mengidap penyakit kanker.

Cinta Saskia ke Olivia ini sebenarnya diketahui oleh hampir semua orang di dalam circle mereka. Dari calon suami Olivia, orang tua Olivia, mantan pacar Saskia, semua tau kalau Saskia adalah Budak Cinta-nya Olivia. Apapun yang Olivia minta pasti akan dikabulkan oleh Saskia, seberapa pun gilanya permintaan itu. Bahkan demi si Olivia ini, Saskia berani mempertaruhkan seluruh karirnya dengan menggelapkan uang perusahaan untuk membantu bisnis Olivia yang sempat hampir bangkrut. Saskia juga sampai harus hidup dalam ketakutan dan trauma percobaan pembunuhan karena berusaha melindungi Olivia dan seorang sahabatnya yang lain, yang kebetulan kedua-duanya terlibat dengan seorang psikopat yang sama. Sayangnya Olivia sendiri malah sepertinya tidak menyadari perasaan Saskia kepadanya. Olivia tetap saja cuma anggap Saskia sahabat.

Nah… di point ini lah aku merasa sangat terkesan dengan karakter Saskia ini.

Tetap mencintai tanpa harap kembali. Tetap mencintai meski sadar tidak bisa memiliki. Tetap mendampingi sebagai sahabat dalam suka maupun duka, meski sadar cintanya tidak pernah berbalas. Rela berkorban demi orang yang dicintai apapun resikonya.

Kok bisa yah Saskia mencintai Olivia sebegitu besarnya? Apa karena dia hanya karakter film? Ada ngga yah Saskia di dunia real?

Dan aku masih merenungkan pertanyaan-pertanyaanku diatas dan membandingkannya dengan ceritaku sendiri. 




Grey_S

Tuesday, September 29, 2020

MALAIKAT-MALAIKAT AGUNG

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (Yoh 1 : 51)


Meskipun kita ini adalah orang-orang Katolik, seringkali kita masih dipengaruhi oleh budaya lokal tempat kita berasal atau tempat kita tinggal. Antara lain, kita percaya akan adanya macam-macam hantu dengan pelbagai bentuknya yang ada di sekeliling kita, yang kita percaya merupakan bagian dari dunia yang tak kelihatan.

Jika kita percaya akan adanya roh-roh jahat itu, maka seharusnya kita percaya akan adanya malaikat. Dalam Syahadat panjang yang juga disebut Syahadat Nicea-Konstantinopel kita berkata:

"Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan….”

Kita, manusia, dengan tubuh kita, termasuk dalam dunia yang kelihatan. Yang tak kelihatan, adalah makhluk lain, murni roh, dan karena itu tidak termasuk dalam dunia yang kelihatan meskipun ada dan bekerja di dalamnya. Katekismus mengajarkan bahwa para malaikat termasuk dalam lingkungan seperti itu.

Katekismus Gereja Katolik berkata :

“Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan ‘Seorang malaikat mendampingi setiap orang beriman sebagai pelindung dan gembala, supaya menghantarnya kepada kehidupan’ (Basilius, Eun. 3, 1). Sejak di dunia ini, dalam iman, kehidupan Kristen mengambil bagian di dalam kebahagiaan persekutuan para malaikat dan manusia yang bersatu dalam Allah.” (KGK. 336).

Kata “malaikat” sendiri berasal dari kata  “malakh” dan dalam Bahasa Yunani  "angelos”,, yang berarti “pembawa pesan”. Ini menunjuk suatu fungsi atau peran. Malaikat oleh karena itu digambarkan dalam Kitab Suci terutama sebagai utusan Tuhan. Dalam Perjanjian lama Tuhan itu digambarkan sebagai yang transenden, sehingga orang-orang takut kepada-Nya dan tak seorangpun yang bisa melihat Dia dan hidup. Ialah Raja alam semesta, Dia memiliki malaikat-malaikat-Nya untuk melayani Dia dan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Oleh sebab itu perlu perantara yang  menjadi jembatan antara manusia dengan Tuhan. Ini menjelaskan penampakan dan penampilan malaikat yang tak terhitung jumlahnya dalam Perjanjian Lama dan pada awal Gereja. Peran perantaraan para malaikat ini ditangkap dalam Injil hari ini ketika Yesus berkata kepada Natanael, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (Yoh 1: 51).

Mikhael dalam bahasa Ibrani  "mi-ke-el”  berarti “Siapa yang seperti Allah?” atau “Siapa yang menyamai Allah?”. Santo Mikhael sudah digambarkan sejak zaman permulaan agama Kristen sebagai panglima bala tentara surgawi, dengan tangan kanan menggenggam sebatang tombak yang ia gunakan untuk menyerang Lusifer/Setan, dan tangan kiri menggenggam sepelepah daun palem. Pada pangkal mata tombaknya terikat sehelai panji-panji dari kain lenan bergambar salib merah. Malaikat Agung Mikhael secara khusus dianggap sebagai Penjaga Iman dan pejuang melawan bidah. Secara tradisional Mikhael menjadi pelindung para pedagang, pelaut, polisi, ahli radiologi dan orang sakit.

Kata Gabriel berasal dari kata dasar Ibrani  “geber”  yang berarti  “manusia”.  "El” adalah singkatan dari kata “Elohim” yang berarti  “Allah”. Jadi Gabriel berarti “manusia dari Allah”. Tetapi kata dasar yang sama juga membentuk kata  “gibbor” yang berarti “perkasa”. Dengan demikian Gabriel juga berarti  “Allah kekuatanku” atau  “Keperkasaan Allah.” Ia adalah pewarta misteri-misteri Allah, teristimewa Inkarnasi Allah dan seluruh misteri lain yang terkait dengannya. Ia digambarkan sebagai sebagai berikut: Tangan kanannya menggenggam sebuah lentera dengan sebatang lilin bernyala di dalamnya, dan tangan kirinya menggenggam sebuah cermin dari jasper hijau. Cermin melambangkan hikmat Allah sebagai sebuah misteri yang tersembunyi. Gabriel menjadi pelindung para utusan, pegawai pos, para pewarta radio dan televisi.

Kata  “Rafael” berasal dari kata kerja Ibrani “rāphà“, yang berarti: “menyembuhkan.” Digabung dengan kata “El”  yang berarti  “Allah”, maka Rafael berarti “Allah yang menyembuhkan” atau “Allah menyembuhkan”  (Tobit 3 : 17, Tobit 12 : 15). Rafael digambarkan sedang menuntun Tobia (yang sedang menjinjing seekor ikan yang ia tangkap di Sungai Tigris) dengan tangan kanannya, dan membawa sebuah cawan obat yang terbuat dari alabaster dengan tangan kirinya. Rafael adalah pelindung orang buta, perawat, dokter dan pelancong.

Meskipun Allah tak kelihatan, namun melalui ketiga Maliakat Agung ini Ia menyatakan Kuasa dan kehadiran-Nya.

Sungguh, siapakah yang dapat seperti Allah, yang mengasihi kita hingga memberikan Anak-Nya yang tunggal, yang mengampuni dan menyembuhkan kita? Kita hanya mampu bersyukur kepada-Nya. Seperti Mikael melawan kuasa jahat, Gabriel mewartakan kabar baik keselamatan, dan Rafael membawa kesembuhan, kita pun dipanggil untuk melawan kejahatan dalam segala bentuknya, mewartakan kabar baik dan membawa penyembuhan di manapun kita berada.

Jadilah malaikat-malaikat bagi sesama!

 

Bacaan hari ini :

Dan. 7 : 9 - 10, 13 - 14 atau Why. 12 : 7 - 12a;

Mzm. 138 : 1 - 2a, 2bc - 3, 4 - 5; 

Yoh. 1 : 47 - 51

Sumber :  https://heypasjon.com/malaikat-malaikat-agung

(Renungan Harian dari :
RP Sulvisius Joni Astanto MSC)

Monday, September 28, 2020

Misa New Normal

Hari minggu kemarin, 27 September 2020, akhirnya aku bisa merayakan Ekaristi di gereja lagi setelah 6 bulan gereja ditutup untuk umum. Tentu saja misa kemarin pun dengan menerapkan protocol keamanan sebagai syarat New Normal. Dan protocol keamanan New Normal inilah yang ingin aku abadikan ditulisanku kali ini. Buat kenang-kenangan untuk siapa pun yang berhasil melalui pandemic COVID 19 ini. Apalagi untukku protocol keamanan di gereja-ku ini KEREN pake BANGET.

 

ATURAN UMUM

Umat yang dapat mengikuti Misa Hari Minggu:

  1. Usia yang ditentukan adalah 18-59 TAHUN
  2. Dalam keadaan Sehat (tidak demam/batuk/pilek/sakit tenggorokan/sesak dan punya sakit penyerta seperti Kanker, Diabetes, Darah Tinggi, Jantung, Paru - Paru , Asma dan Ginjal).
  3. Terdata sebagai umat di Paroki ……. sesuai dengan data BIDUK (Kartu Keluarga Katolik)
  4. Sudah terdaftar di Kaling untuk dapat mengikuti Misa Mingguan secara manual.
  5. Lalu mendaftarkan diri secara langsung ke Website Belarasa.
  6. Umat Paroki mendaftar keikutsertaan Misa dengan mengunakan Website BELARASA dari KAJ (website ini terhubung dengan database umat di BIDUK).
  7. Gereja ……………… untuk sementara tidak bisa menerima umat dari luar Paroki mengingat kapasitas Gereja yang dibatasi.

Dan hal ini akan disosialisasikan kepada semua umat. 

Misa diselenggarakan 1 minggu sekali setiap Pk 09.00 WIB


Itu diatas copy paste dari aturan umum yang diedarkan via WAG warga lingkungan. Kalau untuk aturan khususnya kurang lebih seperti ini :

  1. Misa 1 minggu sekali itu dibuat bergantian untuk setiap wilayah di dalam Paroki.
  2. Karena dalam 1 wilayah terdapat beberapa lingkungan, maka tiap lingkungan dibatasi maximal hanya boleh 20 umat yang ikut misa.
  3. Jumlah maximal umat 20 orang per lingkungan itu pun, dibatasi lagi dengan aturan usia dan aturan Kesehatan.
  4. Umat yang mau ikut misa dan mau mendaftar ke website BELARASA, harus mendaftar dulu via Ketua Lingkungan, untuk kemudian nomor HP dan e-mailnya didaftarkan ke website tersebut, dan digunakan untuk konfirmasi data.
  5. Setelah pendaftaran via website dan via Ketua Lingkungan di crosscheck oleh admin, barulah tiap umat yang sudah mendaftar dikirimkan BARCODE.
  6.  BARCODE yang dikirimkan akan digunakan untuk absen masuk ke gereja. Nah nama yang tercantum pada barcode akan di crosscheck juga dengan kartu identitas oleh para petugas Usher.
  7. Sebelum menemui petugas Usher, umat harus di check suhu tubuh oleh petugas keamanan / petugas lainnya yang bertugas.
  8. Sebelum memasuki gereja, umat juga diwajibkan mencuci tangan di tempat-tempat cuci tangan yang telah disediakan.
  9. Kotak Kolekte yang biasanya diputar mengelilingi umat pada waktu misa berlangsung, di New Normal diletakan di pintu-pintu masuk dan dijaga oleh petugas juga.
  10. 1 deret bangku yang biasanya di isi oleh 7 orang, saat ini hanya boleh di isi oleh 2-3 orang, berdasarkan tanda yang sudah disediakan.

  11. Pada waktu mau Komuni, antrian umat juga dijaga oleh para petugas liturgi yang menyemprotkan hand sanitizer ke setiap umat yang akan dan yang sudah menyambut Komuni.



Keren kan protokolnya. Jumlah petugas yang bertugas aja, hampir 1:1 dengan umat yang hadir. 

Tinggal bagaimana nanti tiap umat melaksanakan protokolnya deh. Karena dengan adanya protocol tersebut, buat pergi misa aja memang jadi ribet banget sih. Tapi yah mau gimana lagi, namanya juga New Normal.

Btw, setelah lebih dari 6 bulan tidak jajan Ci Cong Fan (Chee Cheong Fun) akhirnya kemarin jajan itu lagi. Senangnya…. 


Grey_S

Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan

Bacaan liturgi Senin, 28 September 2020

 

Ayub 1 : 6 – 22

Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi”  Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."

 

Setelah minggu lalu, bacaan liturgi diambil dari kitab Pengkotbah, minggu ini dari kitab Ayub. Kisah tentang Ayub ini pernah aku dengar sebelumnya di Kelas Evangelisasi Pribadi, tapi sebenarnya aku sendiri belum selesai membaca Alkitab sampai ke Kitab Ayub ini. Penggalan bacaan diatas pun aku ambil dari bacaan liturgi hari ini, Senin 28 September 2020.

Aku memutuskan untuk mengambil lagi renunganku hari ini dari bacaan liturgi karena lagi-lagi bacaan ini lah yang kembali berhasil menamparku dan membuatku merenungkannya. Sedangkan bacaan rutin yang sedang aku dalami, belum mengena ke dalam batinku. Tapi yah ngga masalah, Tuhan kan berbicara lewat berbagai cara.

 

***

"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

 

Pagi-pagi, baru bangun tidur, ikut misa online pun masih setengah nyawa. Mendengar kalimat yang diucapkan Ayub pada bacaan pertama hari ini, membuat aku tiba-tiba segar, seperti dibangunkan dari tidur dengan cara diguyur air atau ditabok-tabok.

Kok ada yah orang yang beriman seperti Ayub? Yang tetap percaya dengan kebesaran Tuhan meski dalam sekejap ia kehilangan segalanya. Bisakah aku meneladani Ayub dalam hidupku? Baru ditinggal sama gebetan aja rasanya dunia mau runtuh. Baru kehilangan kesempatan bisnis aja, rasanya matahari tidak akan bersinar lagi. Bagaimana kalau di posisi Ayub yah?

Lalu aku juga teringat pada Ibu Elisabeth Diana, ibu dari Ade Sara, remaja usia 19 tahun yang tewas dibunuh secara sadis oleh mantan kekasihnya. Ibu Elisabeth Diana mampu memaafkan pelaku pembunuhan putri semata wayangnya, bahkan mampu memberi kesaksian untuk kemuliaan Tuhan atas peristiwa pahit yang menimpanya.

Aku pribadi tidak (belum) bisa memberikan sharing untuk kutipan yang aku ambil hari ini. Aku hanya berharap bisa sekuat Ibu Elisabeth Diana atau sekuat Ayub bila kelak ada cobaan yang harus kuhadapi.

Aku menyadari semua harta milik di dunia ini adalah anugerah Tuhan. Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang akan mengambil. Tidak ada satu hal pun yang selayaknya mengikat diriku di dunia ini, yang lahir telanjang dari rahim ibuku. 


Grey_S

Friday, September 25, 2020

Segala sesuatu ada masanya

Pengkotbah 3 : 1 – 11

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”

 

 

Hari ini, Jumat 25 September 2020, aku kembali bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk ikut misa pagi online, padahal semalam aku baru bisa tidur sekitar jam 2.30 pagi, itu pun tidurku tidak bisa nyenyak karena lengan kiri-ku agak sakit setelah 2 hari berturut-turut latihan menggunakan dumbbell. Ditambah oma-ku juga tidurnya tidak nyenyak, beliau mengingau terus, sehingga aku harus terbangun untuk menenangkan beliau.

Aku merasa bersyukur bisa mengikuti misa pagi online karena bacaan liturgi hari ini ternyata masih diambil dari kitab Pengkotbah, dan kata Pastor yang membawakan misa tadi, sampai beberapa hari ke depan bacaan liturgi akan terus diambil dari kitab pengkotbah ini.

Aku yang selama puluhan tahun resmi menjadi Kristiani, tapi tidak pernah mendalami Alkitab, jadi merasa tertampar dengan kitab Pengkotbah ini. Dimana menurutku isi-nya masih sangat sesuai dengan kondisi saat ini. Tidak heran kata-kata di Alkitab sering dijadikan lirik untuk lagu rohani.

Seperti kalimat ini, “ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk menahan diri dari memeluk” ya Tuhan, ini kan cocok sekali dengan kondisi saat ini, dimana kita harus saling menjaga jarak untuk menjaga keamanan satu sama lain dari serangan COVID-19.

Lalu kata-kata, “ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi”, ini juga cocok sekali dengan semua pengusaha dan investor yang mungkin saat ini lagi pada pusing karena bisnisnya berantakan, investasinya hancur lebur.

Ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap” ini juga sangat cocok dengan kondisi semua orang saat ini yang harus mati-matian berjuang bertahan hidup dikondisi yang sangat tidak pasti seperti sekarang ini.

Aku pun saat ini sedang menjalankan "waktu-ku" untuk merawat oma yang sudah membesarkan aku sejak usia 2 bulan. Bila dulu mungkin si oma yang terganggu dengan aku yang selalu terbangun di waktu subuh, maka kali ini aku yang selalu terbangun di waktu subuh untuk menenangkan beliau yang mengigau. Bila dulu si oma yang memasak makanan kesukaanku, dan dengan telaten menyuapiniku, sekarang saatnya aku yang harus memasak makanan-makanan kesukaannya dan sekaligus menyuapinya. Bila dulu si oma yang telaten memandikan aku, maka sekarang waktuku untuk berusaha telaten memandikan beliau.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.” Saat ini aku mensyukuri hal ini, karena aku merasa beberapa hal yang kurang menyenangkan untukku di masa lalu, malah membuatku bisa menjalani hidupku dengan tenang saat ini.

Contoh, sebenarnya aku kecewa dengan perjalanan karirku 3 tahun terakhir, dimana aku merasa seperti sedang berjalan ditempat. Aku mencoba mencari tantangan baru, dengan melamar di perusahaan-perusahaan yang lebih besar dari perusahaan tempatku bekerja sebelumnya, namun selalu gagal karena aku dianggap kurang pengalaman dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin terjadi di perusahaan yang lebih besar itu.

Tapi kegagalan-kegagalan itu, saat ini malah membuatku bersyukur, karena perjalanan karirku yang stagnant, malah membuatku lebih mudah dalam memilih, saat aku harus dihadapi dengan pilihan merawat nenekku atau tetap melanjutkan karirku.

Soal bagaimana masa depanku nanti, yah pastinya aku harus kembali menyerahkan semuanya ke Tuhan. Toh sebagai manusia biasa aku tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir sebelum semua itu terlewati. Saat ini aku hanya bisa memohon rahmat untuk dapat memahami apa yang Allah kehendaki dari hidupku, sambil tetap menjalani pekerjaan-pekerjaan yang masih bisa aku lakukan.


Grey_S

Thursday, September 24, 2020

Segala sesuatu adalah sia-sia

Pengkotbah 1 : 2 – 11

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada. Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar. Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada. Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datang pun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.“

 

Bacaan liturgi hari ini (Kamis, 24 September 2020) sungguh menampar wajah saya. Disatu sisi saya merasa tertampar, tapi disisi lain saya merasa beruntung dan berbahagia karena mendapat kesempatan menemukan ayat ini di Alkitab. Kitab suci umat Kristiani.

Sebenarnya kata-kata yang kurang lebih memiliki arti yang mirip, sering saya temukan dalam ungkapan-ungkapan yang berasal dari ajaran Budha, sehingga Ketika saya menemukan ungkapan yang sama dari Alkitab, Kitab Suci agama saya sendiri, hal ini membuat saya sangat bahagia dan membuat iman saya semakin dikuatkan. Saya menjadi tambah bersyukur diberi kesempatan untuk memperdalam iman saya saat ini.

Sedikit sharing saya tentang renungan akan kesia-siaan ini.

 

Dulu, saat saya masih lebih muda dari sekarang, saya adalah seorang yang sangat ambisius. Apalagi ditambah dengan kemajuan teknologi dan social media yang sangat berkembang pesat sejak saya remaja hingga saat ini, yang membuat saya sempat hidup dalam persaingan-persaingan semu dengan teman-teman sebaya.

Si A baru lulus sudah mendapat pekerjaan di perusahaan xxx, dengan jabatan yyy. Baru bekerja sekian lama sudah bisa memiliki asset aaa, bbb, ccc, dan seterusnya.

Si B memiliki wajah dan fisik yang body goal banget, punya pacar yang cakep dan sexy banget, kaya lagi.

Si C juga begini begitu, pokoknya bikin iri.

 

Kebutuhan untuk bisa ikut dipandang oleh orang lain, membuatku selalu menerapkan standard sempurna untuk semua hal yang aku lakukan. Aku pun bekerja keras mati-matian untuk semua hal yang aku impikan, yang ujung dari semua itu adalah untuk mencapai kesempurnaan sesuai standard yang aku terapkan, agar aku bisa mendapat perhatian dari orang-orang yang aku harapkan.

Tapi ternyata semua yang aku lakukan, semua yang aku kejar, dan semua yang aku dapatkan, tetap tidak membuatku merasa bahagia. Aku malah hampir kehilangan hal-hal yang sangat berharga dalam hidupku.

Kerja keras mati-matian, sampai pergi pagi pulang pagi lagi, demi mendapat jabatan dan gaji yang tinggi, malah hampir membuatku kehilangan waktu berharga dengan orang-orang yang kucintai dan mencintaiku. Aku pun hampir kehilangan kesehatanku, karena terjebak dengan gaya hidup yang tidak sehat.

Berusaha menarik perhatian orang-orang yang kuharapkan menjadi teman, dengan menghabiskan waktu luangku dengan mereka, juga ternyata malah hampir membuatku kehilangan waktu dengan sahabat-sahabat sejatiku. Saat Bersama orang-orang yang tidak jelas itu, aku bukannya mendapat persahabatan bagai kempompong seperti yang kuharapkan, namun malah sering kali mendapatkan pengkhianatan dan kepalsuan-kepalsuan belaka.

Kepahitan demi kepahitan, penolakan demi penolakan, kegagalan demi kegagalan dalam mencapai kesempurnaan, malah akhirnya membuatku semakin terjatuh ke dalam jurang kegelapan bernama DEPRESI.

Puji Tuhan, dititik-titik terendahku itu, Tuhan masih menyelamatkan hidupku dengan memberikanku kemampuan untuk “mendengar suara-suara positif” yang melintas di otakku.

“Sebenarnya apa sih yang sedang kamu lakukan Grey? Apa yang sedang kamu cari?”

“Bukankah kamu sudah memiliki semua yang belum tentu orang lain miliki?”

“Bukankah kamu tidak pernah hidup dalam kekurangan sedikit pun?”

“Apa yang sedang kamu pertahankan? Bukankah suatu saat pun memang semua akan berakhir?”

 

Yah. Bila suatu saat semua memang akan berakhir, maka semua yang aku perjuangkan untuk apa? Untuk siapa? Bukankah semua yang aku lakukan selama ini hanyalah sia-sia belaka?

Saat itulah pikiran pikiranku berkecamuk hebat. Antara ego-ku dan akal sehat-ku saling berperang. Ego-ku ingin mempertahankan standard kesempurnaan yang aku ciptakan sendiri dan yang berlaku dimata kebanyakan orang lain, tapi akal sehat-ku sudah lelah dengan semua itu.

Tidak mudah bagiku untuk “melepaskan” ego-ku sebagai manusia. Sampai detik ini pun aku masih berjuang untuk benar-benar bisa melepaskan ego-ku. Tapi kali ini aku ingin membawa Tuhan dalam setiap perjuanganku melawan ego-ku sendiri. Karena memang sangat aku rasakan, hidup dalam Tuhan, membuat semua beban hidupku terasa lebih ringan. Dan hidup dijalan Tuhan, ternyata malah membuat hidupku lebih berarti.

 


Grey_s

Thursday, August 27, 2020

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)

 

***

Ayat diatas sudah 2 minggu ini mengganggu pikiranku. Membuatku mau tidak mau memikirkan dan merenungkan, kenapa tiba-tiba ayat tersebut muncul di otak-ku? Kenapa dari minggu lalu saat aku menjalankan pelatihan rohani, ayat tersebut selalu muncul di topik yang sedang aku pelajari? Apa maksud semua ini?

Aku pun mencoba mengingat-ngingat perjalanan iman-ku dari dulu sekali, ketika aku masih kecil dan belum mengenal Tuhan, hingga saat ini, tapi saat aku memejamkan mata, dan mencoba merenungkan perjalanan imanku, tiba-tiba aku diingatkan tentang kebetulan-kebetulan yang tidak seperti kebetulan, tapi lebih menyerupai sebuah panggilan.

 

***

Aku dilahirkan dari keluarga Kristiani, tapi beda aliran. Mami seorang Katolik, Papi seorang Kristen Advent. Namun Kakek dan Nenek, yang membesarkan aku, malah baru dibaptis ketika aku berusia sekitar 5-6 tahunan, sebelum itu Kakek dan Nenekku adalah pengikut Buddhis yang tidak jelas. Maksudnya mereka hanya Buddhis di KTP, aslinya sih yah jarang-jarang juga ke Wihara untuk berdoa. Selain percaya kepada ajaran Buddhis, Kakekku juga sangat menghargai dan mempercayai ajaran KongHuCu. Maka dari itu sejak kecil ajaran-ajaran Buddha, Confucius, dan Kristen, cukup melekat dalam hidupku.

Dan sebagai anak kecil saat itu tentu saja aku tidak pernah memilih, dan tidak pernah ambil pusing dengan siapa itu Tuhanku. Apalagi aku bukan dibaptis sejak bayi, sehingga sebenarnya aku memiliki hak untuk memilih sendiri, siapa Nabi yang ingin aku ikuti ajarannya, agama apa yang ingin aku anut. Namun kebetulan-kebetulan yang di sengaja, seperti selalu mengarahkan jalan hidupku.

Kebetulan Kakek Nenekku akhirnya dibaptis secara Katolik, karena keinginan mereka ber-2 sendiri, dan pada akhirnya mereka ber-2 juga lah yang selalu mengajariku untuk selalu setia dalam doa.

Kebetulan tanteku adalah pengurus seksi Bina Iman Anak di gereja, sehingga sejak kecil, setiap hari minggu aku diajak ikut sekolah Minggu, dan ini terus berlangsung sampai aku lulus SMU. Dari yang awalnya hanya sebagai adik sekolah minggu, sampai akhirnya aku yang menjadi kakak sekolah minggu. Kalau bukan karena tanteku, aku tidak akan ikut kelas Bina Iman.

Kebetulan ketika remaja dan aku sudah bisa memilih, aku bertengkar hebat dengan Papi, yang saat itu memaksakan aku untuk mengikuti kepercayaannya dan semua kehendaknya. Sehingga dengan keras kepala dan tenaga untuk memberontak, aku malah akhirnya memilih dibaptis secara Katolik. Dan saat itu satu-satunya alasanku dibaptis secara Katolik, terang-terangan bukan karena aku percaya dengan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus, persekutuan Para Kudus, tapi lebih kepada “apapun yang papi minta untuk aku lakukan, maka aku akan lakukan yang sebaliknya.”

Kalau bukan karena bertengkar dengan Papi, mungkin aku pun tidak akan memilih untuk dibaptis secara Katolik.

Kebetulan sekolah terdekat di daerah rumahku adalah sekolah Katolik, sehingga dari Playgroup sampai lulus SMU aku selalu sekolah di sekolah Katolik. Dan ketika SMP dan SMU, sekolahku berada persis di samping gereja, sehingga ketika hubunganku dengan papi menjadi sangat buruk, aku hanya bisa melarikan diri ke sekolah atau gereja. Menghabiskan waktu dengan extra kulikuler di sekolah atau pelayanan di gereja. Membuat diriku sesibuk mungkin, sehingga aku punya alasan untuk tidak bertemu dengan papi.

Kalau saja sekolahku bukan disamping gereja, mungkin aku sudah lari ke hal-hal buruk lainnya.

Kebetulan teman sekolah terakhirku yang masih berhubungan ketika aku lulus kuliah, masih sering pelayanan di gereja. Sehingga ketika kami baru lulus kuliah, dan aku masih menganggur, dia mengajakku untuk ikut dia pelayanan dan menjadi pendoa bagi orang-orang yang membutuhkan lewat kelompok Legio Maria. Dari kelompok Legio Maria ini, aku belajar banyak tentang panggilan hidup dan arti melayani dengan sesungguhnya.

Kebetulan teman lain yang sama-sama satu kelompok di Legio Maria ikut kelompok paduan suara juga. Dan waktu kelompok paduan suara itu mengadakan konser, anak-anak Legio Maria diminta bantuan menjadi usher. Aku salah satu yang menjadi usher. Saat itu aku menyadari, bahwa aku mencintai aktivitas menyanyi dalam paduan suara. Sehingga akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dengan kelompok paduan suara tersebut.

Kebetulan aku bergabung dengan kelompok paduan suara gereja, artinya mau tidak mau harus rajin datang latihan ke gereja, ikutan tugas gereja, dan berteman baik dengan orang-orang gereja, karena kemampuan bernyanyi-ku belum memenuhi syarat kalau mau ikut paduan suara tingkat nasional.

Tentang kecintaanku dengan paduan suara juga memiliki kisah tersendiri.

Setelah kakek-ku meninggal secara Katolik, akhirnya nenek-ku minta ikut dibaptis secara Katolik, setelah itu beliau diajak untuk aktif di gereja oleh adiknya yang sekeluarga sudah aktiv duluan di gereja. Salah satu kegiatan favorit nenekku adalah bernyanyi di dalam paduan suara. Gitu-gitu dulu nenekku juga suka ikut lomba paduan suara kemana-mana bersama kelompoknya, suka juga tampil di acara-acara penting, persis dengan yang aku lakukan saat ini.

Ketika aku berusia kurang lebih 8 tahunan, dan dianggap cukup mengerti, dan bisa diajak pergi-pergian tanpa perlu pengawasan ketat, aku mulai diajak nenekku untuk ikut bernyanyi di paduan suara lingkungan kami. Aku satu-satunya anak kecil saat itu, tapi karena aku anak perempuan, maka sudah dipastikan aku bisa membantu di kelompok Sopran.

Karena terbiasa membantu di kelompok paduan suara lingkungan, maka ketika sekolahku membutuhkan anggota paduan suara anak untuk tampil di gereja, aku pun termasuk yang direkomendasikan oleh wali kelasku saat itu. Akhirnya setiap tahun, dari kelas 3 SD sampai kelas 2 SMU, aku selalu terpilih menjadi anggota paduan suara di sekolah.

Bahkan meskipun orangtuaku melarang aku ikutan, sampai mereka memohon ke pihak sekolah untuk mengeluarkan aku dari kelompok paduan suara, pihak sekolah malah balik memohon ke orangtua-ku untuk mengijinkan aku tetap ikut aktiv di paduan suara sekolah.

Ketika kuliah, saat aku ingin melupakan kesenanganku di paduan suara, tiba-tiba teman dekatku saat itu minta aku membantu kakaknya di paduan suara. Akhirnya tidak jadi lagi melupakan kecintaanku. Sampai aku lulus, bahkan sampai aku di wisuda, aku tetap diminta tolong membantu mengurus kelompok paduan suara di kampusku.

Begitu juga ketika aku sudah lulus kuliah dan bekerja, sekali lagi aku sempat ingin melupakan kecintaanku, tapi ketika aku pergi ke Beijing, kelompok paduan suara di gereja sana, seperti memanggiku untuk bergabung, dan bersama-sama memuliakan Tuhan.

 

****

Kembali lagi ke kebetulan-kebetulan yang (sepertinya) disengaja dalam hidupku.

Setelah Mami-ku meninggal, aku jadi mencoba untuk membuka diri lagi untuk teman-teman di gereja. Alasanku untuk mulai membuka diri lagi, sebenarnya karena tidak enak hati saja, karena saat aku mengalami kesusahan, ternyata teman-teman gerejaku selalu siap sedia membantu dan memberi dukungan moril. Padahal karena alasan keluarga, aku sudah memutuskan tidak mau terlalu sibuk lagi di lingkungan gereja. Sehingga aku memilih hanya aktiv melayani lewat paduan suara saja. Tapi ternyata semua teman gerejaku masih selalu ada, meski aku sudah memilih untuk tidak aktiv.

Akhir tahun 2019 yang lalu, kebetulan aku bertemu salah seorang teman dari kelompok Legio Maria, dan ia menawarkan aku untuk ikut kelas Kursus Evangelisasi Pribadi Orang Muda Katolik. Sejujurnya aku sudah ditawari ikut kelas ini bertahun-tahun, dan aku tidak pernah tergerak untuk ikut. Tapi lagi-lagi Tuhan memanggil dengan cara yang unik.

Saat itu Tuhan memanggilku untuk ikut Kursus Evangelisasi Pribadi ini justru lewat sebuah kesalahpahaman.

Ada prasyarat usia maximal 35 tahun (atau belum berulang tahun ke-36) untuk ikut kelas tersebut. Nah karena prasyarat tersebut, aku malah jadi berpikir, “Kalau tidak ikut Angkatan yang sekarang, maka aku tidak bisa ikutan lagi kelas ini.” Padahal aku masih cukup penasaran juga untuk mempelajari tentang alkitab dan ke-Katolik-an ini. Maka tanpa pikir lebih Panjang lagi, ya sudah aku mendaftar saja. Toh biaya pendaftaran hanya Rp. 50,000.

Setelah ikut kelas aku baru tahu, syarat usia tersebut dibuat karena aku ikut kelas yang Orang Muda Katolik, bukan kelas yang untuk Umum. Kalau kelas yang untuk Umum malah tidak ada prasyarat usia. Tapi balik lagi mungkin ini adalah sebuah kebetulan (yang disengaja).

Oh ya, ketertarikanku untuk memperdalam Alkitab juga terjadi secara kebetulan.

Kebetulan aku bergabung di penyelenggara Festival Film yang memiliki tema cukup sensitive, kebetulan juga salah satu partner dari festival tersebut adalah sebuah Sekolah Teologi di Jakarta yang sudah cukup berpikiran terbuka tentang issue-issue yang kami angkat. Kebetulan diawal kerjasama antara sekolah tersebut dan festival kami, aku yang diminta menjadi PIC di sekolah tersebut selama 5 hari penuh waktu itu.

Selama 5 hari bertugas di sekolah tersebut, aku tersentuh dengan murid-murid, dosen, dan staff disana. Dimana aku dapat merasakan mereka menawarkan cinta, persahabatan, dan pelayanan yang tulus untuk teman-teman yang mungkin terlahir berbeda. Dari cerita-cerita mereka tentang pelajaran di sekolah tersebut, aku menjadi tertarik untuk mendalami Alkitab dan tafsir-tafsirnya. Sayangnya sekolah tersebut tidak membuka kelas untuk paruh waktu, dan aku sudah tidak sanggup kalau harus kembali menjadi murid penuh waktu.

Makanya ketika ada kelas Kursus Evangelisasi Pribadi, yang notabene tidak akan mengganggu jam kerja-ku, aku menjadi sedikit penasaran. Hanya saja memang sebelum akhir 2019 lalu, aku belum terpanggil sama sekali untuk mengikuti kelas tersebut.

Dari kelas KEP, aku menjadi mendapat info-info lagi untuk pelatihan rohani lainnya. Dari konsultasi dengan pembimbing KEP pun, aku berhasil melewati masa sulitku dalam menghadapi pandemic sekaligus resesi saat ini.

 

***

Semakin aku ingat-ingat, semakin banyak kebetulan yang seakan-akan memanggilku untuk mendekat kepada-Nya.

Saat ini aku hanya berdoa memohon rahmat Tuhan, untuk bisa mendengar lebih jelas, jika memang aku dipanggil. Dan aku juga mohon rahmat dan kekuatan agar aku dapat benar-benar melaksanakan panggilanku. 



Grey_S