Pengkotbah 3 : 1 – 11
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun
di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal,
ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk
membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu
untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu
untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu
untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri
dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada
waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada
waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang,
ada waktu untuk damai. Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan
berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada
anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu
indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi
manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan
Allah dari awal sampai akhir.”
Hari
ini, Jumat 25 September 2020, aku kembali bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk ikut misa pagi
online, padahal semalam aku baru bisa tidur sekitar jam 2.30 pagi, itu pun
tidurku tidak bisa nyenyak karena lengan kiri-ku agak sakit setelah 2 hari
berturut-turut latihan menggunakan dumbbell. Ditambah oma-ku juga tidurnya
tidak nyenyak, beliau mengingau terus, sehingga aku harus terbangun untuk
menenangkan beliau.
Aku
merasa bersyukur bisa mengikuti misa pagi online karena bacaan liturgi hari ini
ternyata masih diambil dari kitab Pengkotbah, dan kata Pastor yang membawakan
misa tadi, sampai beberapa hari ke depan bacaan liturgi akan terus diambil dari
kitab pengkotbah ini.
Aku
yang selama puluhan tahun resmi menjadi Kristiani, tapi tidak pernah mendalami
Alkitab, jadi merasa tertampar dengan kitab Pengkotbah ini. Dimana menurutku
isi-nya masih sangat sesuai dengan kondisi saat ini. Tidak heran kata-kata di
Alkitab sering dijadikan lirik untuk lagu rohani.
Seperti
kalimat ini, “ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk
menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk menahan diri dari memeluk” ya Tuhan,
ini kan cocok sekali dengan kondisi saat ini, dimana kita harus saling menjaga
jarak untuk menjaga keamanan satu sama lain dari serangan COVID-19.
Lalu kata-kata, “ada waktu untuk mencari, ada
waktu untuk membiarkan rugi”, ini juga cocok sekali dengan semua pengusaha dan
investor yang mungkin saat ini lagi pada pusing karena bisnisnya berantakan,
investasinya hancur lebur.
“Ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk
meratap” ini juga sangat cocok dengan kondisi semua orang saat ini yang harus
mati-matian berjuang bertahan hidup dikondisi yang sangat tidak pasti seperti
sekarang ini.
Aku pun saat ini sedang menjalankan "waktu-ku" untuk merawat oma yang sudah membesarkan aku sejak usia 2 bulan. Bila dulu
mungkin si oma yang terganggu dengan aku yang selalu terbangun di waktu subuh,
maka kali ini aku yang selalu terbangun di waktu subuh untuk menenangkan beliau
yang mengigau. Bila dulu si oma yang memasak makanan kesukaanku, dan dengan
telaten menyuapiniku, sekarang saatnya aku yang harus memasak makanan-makanan
kesukaannya dan sekaligus menyuapinya. Bila dulu si oma yang telaten memandikan
aku, maka sekarang waktuku untuk berusaha telaten memandikan beliau.
“Ia membuat segala sesuatu
indah pada waktunya.” Saat ini aku mensyukuri hal ini, karena aku merasa
beberapa hal yang kurang menyenangkan untukku di masa lalu, malah membuatku
bisa menjalani hidupku dengan tenang saat ini.
Contoh, sebenarnya aku kecewa dengan perjalanan karirku 3 tahun
terakhir, dimana aku merasa seperti sedang berjalan ditempat. Aku mencoba
mencari tantangan baru, dengan melamar di perusahaan-perusahaan yang lebih
besar dari perusahaan tempatku bekerja sebelumnya, namun selalu gagal karena
aku dianggap kurang pengalaman dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin
terjadi di perusahaan yang lebih besar itu.
Tapi kegagalan-kegagalan itu, saat ini malah membuatku
bersyukur, karena perjalanan karirku yang stagnant, malah membuatku lebih mudah
dalam memilih, saat aku harus dihadapi dengan pilihan merawat nenekku atau
tetap melanjutkan karirku.
Soal bagaimana masa depanku nanti, yah pastinya aku harus
kembali menyerahkan semuanya ke Tuhan. Toh sebagai manusia biasa aku tidak
dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir sebelum
semua itu terlewati. Saat ini aku hanya bisa memohon rahmat untuk dapat
memahami apa yang Allah kehendaki dari hidupku, sambil tetap menjalani
pekerjaan-pekerjaan yang masih bisa aku lakukan.
Grey_S
No comments:
Post a Comment