Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi
Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa
dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)
***
Ayat diatas sudah 2 minggu ini
mengganggu pikiranku. Membuatku mau tidak mau memikirkan dan merenungkan,
kenapa tiba-tiba ayat tersebut muncul di otak-ku? Kenapa dari minggu lalu saat
aku menjalankan pelatihan rohani, ayat tersebut selalu muncul di topik yang
sedang aku pelajari? Apa maksud semua ini?
Aku pun mencoba mengingat-ngingat
perjalanan iman-ku dari dulu sekali, ketika aku masih kecil dan belum mengenal
Tuhan, hingga saat ini, tapi saat aku memejamkan mata, dan mencoba merenungkan
perjalanan imanku, tiba-tiba aku diingatkan tentang kebetulan-kebetulan yang tidak
seperti kebetulan, tapi lebih menyerupai sebuah panggilan.
***
Aku dilahirkan dari keluarga
Kristiani, tapi beda aliran. Mami seorang Katolik, Papi seorang Kristen Advent.
Namun Kakek dan Nenek, yang membesarkan aku, malah baru dibaptis ketika aku
berusia sekitar 5-6 tahunan, sebelum itu Kakek dan Nenekku adalah pengikut
Buddhis yang tidak jelas. Maksudnya mereka hanya Buddhis di KTP, aslinya sih
yah jarang-jarang juga ke Wihara untuk berdoa. Selain percaya kepada ajaran
Buddhis, Kakekku juga sangat menghargai dan mempercayai ajaran KongHuCu. Maka
dari itu sejak kecil ajaran-ajaran Buddha, Confucius, dan Kristen, cukup
melekat dalam hidupku.
Dan sebagai anak kecil saat itu
tentu saja aku tidak pernah memilih, dan tidak pernah ambil pusing dengan siapa
itu Tuhanku. Apalagi aku bukan dibaptis sejak bayi, sehingga sebenarnya aku
memiliki hak untuk memilih sendiri, siapa Nabi yang ingin aku ikuti ajarannya,
agama apa yang ingin aku anut. Namun kebetulan-kebetulan yang di sengaja,
seperti selalu mengarahkan jalan hidupku.
Kebetulan Kakek Nenekku akhirnya
dibaptis secara Katolik, karena keinginan mereka ber-2 sendiri, dan pada
akhirnya mereka ber-2 juga lah yang selalu mengajariku untuk selalu setia dalam
doa.
Kebetulan tanteku adalah pengurus
seksi Bina Iman Anak di gereja, sehingga sejak kecil, setiap hari minggu aku
diajak ikut sekolah Minggu, dan ini terus berlangsung sampai aku lulus SMU. Dari
yang awalnya hanya sebagai adik sekolah minggu, sampai akhirnya aku yang
menjadi kakak sekolah minggu. Kalau bukan karena tanteku, aku tidak akan ikut kelas
Bina Iman.
Kebetulan ketika remaja dan aku
sudah bisa memilih, aku bertengkar hebat dengan Papi, yang saat itu memaksakan
aku untuk mengikuti kepercayaannya dan semua kehendaknya. Sehingga dengan keras
kepala dan tenaga untuk memberontak, aku malah akhirnya memilih dibaptis secara
Katolik. Dan saat itu satu-satunya alasanku dibaptis secara Katolik,
terang-terangan bukan karena aku percaya dengan Roh Kudus, Gereja Katolik yang
Kudus, persekutuan Para Kudus, tapi lebih kepada “apapun yang papi minta untuk aku
lakukan, maka aku akan lakukan yang sebaliknya.”
Kalau bukan karena bertengkar dengan
Papi, mungkin aku pun tidak akan memilih untuk dibaptis secara Katolik.
Kebetulan sekolah terdekat di daerah
rumahku adalah sekolah Katolik, sehingga dari Playgroup sampai lulus SMU aku
selalu sekolah di sekolah Katolik. Dan ketika SMP dan SMU, sekolahku berada
persis di samping gereja, sehingga ketika hubunganku dengan papi menjadi sangat
buruk, aku hanya bisa melarikan diri ke sekolah atau gereja. Menghabiskan waktu
dengan extra kulikuler di sekolah atau pelayanan di gereja. Membuat diriku sesibuk
mungkin, sehingga aku punya alasan untuk tidak bertemu dengan papi.
Kalau saja sekolahku bukan disamping
gereja, mungkin aku sudah lari ke hal-hal buruk lainnya.
Kebetulan teman sekolah terakhirku
yang masih berhubungan ketika aku lulus kuliah, masih sering pelayanan di
gereja. Sehingga ketika kami baru lulus kuliah, dan aku masih menganggur, dia
mengajakku untuk ikut dia pelayanan dan menjadi pendoa bagi orang-orang yang
membutuhkan lewat kelompok Legio Maria. Dari kelompok Legio Maria ini, aku belajar
banyak tentang panggilan hidup dan arti melayani dengan sesungguhnya.
Kebetulan teman lain yang sama-sama satu
kelompok di Legio Maria ikut kelompok paduan suara juga. Dan waktu kelompok
paduan suara itu mengadakan konser, anak-anak Legio Maria diminta bantuan
menjadi usher. Aku salah satu yang menjadi usher. Saat itu aku menyadari, bahwa
aku mencintai aktivitas menyanyi dalam paduan suara. Sehingga akhirnya aku memutuskan
untuk bergabung dengan kelompok paduan suara tersebut.
Kebetulan aku bergabung dengan kelompok
paduan suara gereja, artinya mau tidak mau harus rajin datang latihan ke gereja,
ikutan tugas gereja, dan berteman baik dengan orang-orang gereja, karena kemampuan
bernyanyi-ku belum memenuhi syarat kalau mau ikut paduan suara tingkat
nasional.
Tentang kecintaanku dengan paduan
suara juga memiliki kisah tersendiri.
Setelah kakek-ku meninggal secara
Katolik, akhirnya nenek-ku minta ikut dibaptis secara Katolik, setelah itu
beliau diajak untuk aktif di gereja oleh adiknya yang sekeluarga sudah aktiv duluan
di gereja. Salah satu kegiatan favorit nenekku adalah bernyanyi di dalam paduan
suara. Gitu-gitu dulu nenekku juga suka ikut lomba paduan suara kemana-mana
bersama kelompoknya, suka juga tampil di acara-acara penting, persis dengan
yang aku lakukan saat ini.
Ketika aku berusia kurang lebih 8
tahunan, dan dianggap cukup mengerti, dan bisa diajak pergi-pergian tanpa perlu
pengawasan ketat, aku mulai diajak nenekku untuk ikut bernyanyi di paduan suara
lingkungan kami. Aku satu-satunya anak kecil saat itu, tapi karena aku anak perempuan,
maka sudah dipastikan aku bisa membantu di kelompok Sopran.
Karena terbiasa membantu di kelompok
paduan suara lingkungan, maka ketika sekolahku membutuhkan anggota paduan suara
anak untuk tampil di gereja, aku pun termasuk yang direkomendasikan oleh wali
kelasku saat itu. Akhirnya setiap tahun, dari kelas 3 SD sampai kelas 2 SMU,
aku selalu terpilih menjadi anggota paduan suara di sekolah.
Bahkan meskipun orangtuaku melarang
aku ikutan, sampai mereka memohon ke pihak sekolah untuk mengeluarkan aku dari
kelompok paduan suara, pihak sekolah malah balik memohon ke orangtua-ku untuk
mengijinkan aku tetap ikut aktiv di paduan suara sekolah.
Ketika kuliah, saat aku ingin melupakan
kesenanganku di paduan suara, tiba-tiba teman dekatku saat itu minta aku
membantu kakaknya di paduan suara. Akhirnya tidak jadi lagi melupakan
kecintaanku. Sampai aku lulus, bahkan sampai aku di wisuda, aku tetap diminta
tolong membantu mengurus kelompok paduan suara di kampusku.
Begitu juga ketika aku sudah lulus
kuliah dan bekerja, sekali lagi aku sempat ingin melupakan kecintaanku, tapi
ketika aku pergi ke Beijing, kelompok paduan suara di gereja sana, seperti
memanggiku untuk bergabung, dan bersama-sama memuliakan Tuhan.
****
Kembali lagi ke kebetulan-kebetulan
yang (sepertinya) disengaja dalam hidupku.
Setelah Mami-ku meninggal, aku jadi
mencoba untuk membuka diri lagi untuk teman-teman di gereja. Alasanku untuk mulai
membuka diri lagi, sebenarnya karena tidak enak hati saja, karena saat aku
mengalami kesusahan, ternyata teman-teman gerejaku selalu siap sedia membantu
dan memberi dukungan moril. Padahal karena alasan keluarga, aku sudah
memutuskan tidak mau terlalu sibuk lagi di lingkungan gereja. Sehingga aku
memilih hanya aktiv melayani lewat paduan suara saja. Tapi ternyata semua teman
gerejaku masih selalu ada, meski aku sudah memilih untuk tidak aktiv.
Akhir tahun 2019 yang lalu, kebetulan
aku bertemu salah seorang teman dari kelompok Legio Maria, dan ia menawarkan
aku untuk ikut kelas Kursus Evangelisasi Pribadi Orang Muda Katolik. Sejujurnya
aku sudah ditawari ikut kelas ini bertahun-tahun, dan aku tidak pernah tergerak
untuk ikut. Tapi lagi-lagi Tuhan memanggil dengan cara yang unik.
Saat itu Tuhan memanggilku untuk ikut
Kursus Evangelisasi Pribadi ini justru lewat sebuah kesalahpahaman.
Ada prasyarat usia maximal 35 tahun (atau
belum berulang tahun ke-36) untuk ikut kelas tersebut. Nah karena prasyarat
tersebut, aku malah jadi berpikir, “Kalau tidak ikut Angkatan yang sekarang, maka
aku tidak bisa ikutan lagi kelas ini.” Padahal aku masih cukup penasaran juga
untuk mempelajari tentang alkitab dan ke-Katolik-an ini. Maka tanpa pikir lebih
Panjang lagi, ya sudah aku mendaftar saja. Toh biaya pendaftaran hanya Rp.
50,000.
Setelah ikut kelas aku baru tahu,
syarat usia tersebut dibuat karena aku ikut kelas yang Orang Muda Katolik,
bukan kelas yang untuk Umum. Kalau kelas yang untuk Umum malah tidak ada prasyarat
usia. Tapi balik lagi mungkin ini adalah sebuah kebetulan (yang disengaja).
Oh ya, ketertarikanku untuk
memperdalam Alkitab juga terjadi secara kebetulan.
Kebetulan aku bergabung di penyelenggara
Festival Film yang memiliki tema cukup sensitive, kebetulan juga salah satu
partner dari festival tersebut adalah sebuah Sekolah Teologi di Jakarta yang
sudah cukup berpikiran terbuka tentang issue-issue yang kami angkat. Kebetulan diawal
kerjasama antara sekolah tersebut dan festival kami, aku yang diminta menjadi PIC
di sekolah tersebut selama 5 hari penuh waktu itu.
Selama 5 hari bertugas di sekolah
tersebut, aku tersentuh dengan murid-murid, dosen, dan staff disana. Dimana aku
dapat merasakan mereka menawarkan cinta, persahabatan, dan pelayanan yang tulus
untuk teman-teman yang mungkin terlahir berbeda. Dari cerita-cerita mereka tentang
pelajaran di sekolah tersebut, aku menjadi tertarik untuk mendalami Alkitab dan
tafsir-tafsirnya. Sayangnya sekolah tersebut tidak membuka kelas untuk paruh waktu,
dan aku sudah tidak sanggup kalau harus kembali menjadi murid penuh waktu.
Makanya ketika ada kelas Kursus Evangelisasi
Pribadi, yang notabene tidak akan mengganggu jam kerja-ku, aku menjadi sedikit
penasaran. Hanya saja memang sebelum akhir 2019 lalu, aku belum terpanggil sama
sekali untuk mengikuti kelas tersebut.
Dari kelas KEP, aku menjadi mendapat
info-info lagi untuk pelatihan rohani lainnya. Dari konsultasi dengan pembimbing
KEP pun, aku berhasil melewati masa sulitku dalam menghadapi pandemic sekaligus
resesi saat ini.
***
Semakin aku ingat-ingat, semakin
banyak kebetulan yang seakan-akan memanggilku untuk mendekat kepada-Nya.
Saat ini aku hanya berdoa memohon
rahmat Tuhan, untuk bisa mendengar lebih jelas, jika memang aku dipanggil. Dan aku
juga mohon rahmat dan kekuatan agar aku dapat benar-benar melaksanakan
panggilanku.
Grey_S