10
tahun yang lalu, ketika selesai menonton film Eat, Pray, Love yang dibintangi
oleh Julia Roberts, aku merasa film tersebut sangat relevan dengan pengalaman
hidupku. Bila tokoh utama film tersebut harus mengunjungi Itali, India, dan
Bali untuk menemukan hidupnya kembali, maka aku cukup pergi ke Beijing.
Hari
sabtu yang lalu, aku dan teman-teman yang sama-sama pernah menghabiskan waktu
bersama di Beijing, berkumpul via Zoom untuk sekedar melepas kangen. Sebenarnya
kumpul online via Zoom ini sudah menjadi rutinas kami tiap malam minggu sejak 2
bulan terakhir.
Biasanya kami mengambil undi untuk siapa yang akan menjadi host,
dan host akan mempresentasikan apapun yang ingin dia jadikan topik pembahasan
hari itu. Nah sabtu yang lalu, “ketua genk” kami yang menyebut dirinya “Nai-nai”
a.k.a Neneknya cucu cucu, yang menjadi host, dan dia mengambil topik kenangan-kenangan
ketika kami di Beijing.
Kebetulan
Nai-nai adalah yang paling hobby foto-foto diantara genk kami, sehingga koleksi
foto-foto kenangan yang dia simpan bisa dibilang yang paling lengkap. Jadilah sabtu
yang lalu menjadi ajang buka-bukaan foto aib di masa lalu.
Dan layaknya
orang-orang yang sedang bernostalgia, satu per satu dari kami pun kembali bercerita
tentang moment-moment yang kami ingat dari foto-foto yang di share screen oleh
Nai-nai. Hasil dari nostalgia tersebut akhirnya malah menjadi pengakuan dari
masing-masing kami, dimana ternyata kami disatukan oleh sebuah persamaan.
Yup.
It’s Eat, Pray, Love – Time.
Beberapa
dari kami, ternyata pergi ke Beijing memang bukan untuk serius belajar bahasa
Mandarin. Kami pergi kesana karena saat itu kami membutuhkan waktu “istirahat
dari kehidupan” kami. Termasuk aku salah satunya.
10
tahun yang lalu, aku pernah menuliskan curhatanku dengan judul yang sama. Waktu
itu aku sudah menyadari tentang waktu EAT dan PRAY. Hanya LOVE yang waktu itu
menjadi pertanyaanku, karena saat itu aku belum menemukan LOVE-ku.
Hampir
1,5 tahun kemudian dari tulisan Eat, Pray, Love (me version) yang pertama,
akhirnya menjalin hubungan dengan seseorang yang aku kenal di gereja di
Beijing. Aku pikir dialah satu-satunya LOVE-ku.
Nah kemarin
ketika aku dan teman-teman Beijingers-ku berkumpul, dan saling berbagi kenangan
tentang EAT, PRAY, LOVE kami masing-masing. Ada 1 teman yang mengingatkan bahwa
LOVE tidak hanya selalu tentang sepasang kekasih. LOVE bisa berarti Cinta kepada
diri sendiri, Cinta kepada sahabat, Cinta kepada keluarga, Cinta kepada
orang-orang terdekat, dan Cinta kepada sesama.
Inilah
yang 10 tahun lalu aku lupakan di tulisanku saat itu. Aku mempertanyakan
tentang LOVE-ku, padahal karena kesempatan untuk tinggal di Beijing, aku
akhirnya bisa menerima dan mencintai diriku sendiri.
Dan karena
aku sudah bisa mencintai diriku sendiri, aku pun bisa menerima cinta dari keluarga,
dari sahabat-sahabatku, bahkan dari orang-orang yang baru saja aku kenal, atau
orang yang hanya lewat begitu saja dalam hidupku.
Pengalaman
mencintai dan dicintai inilah yang ternyata membawaku menemukan “Surga” dalam
hidupku. Surga yang harus aku kabarkan kepada orang-orang lain yang sedang berjuang
mencari surga.
Ya Tuhan,
Terima kasih atas Waktu yang Engkau
berikan kepadaku.
Terima kasih atas Rejeki yang Engkau berikan kepadaku.
Terima kasih atas Cinta yang Engkau
curahkan kepadaku.
Grey_S
No comments:
Post a Comment