Thursday, July 30, 2020

Eat, Pray, Love (me version 2)

10 tahun yang lalu, ketika selesai menonton film Eat, Pray, Love yang dibintangi oleh Julia Roberts, aku merasa film tersebut sangat relevan dengan pengalaman hidupku. Bila tokoh utama film tersebut harus mengunjungi Itali, India, dan Bali untuk menemukan hidupnya kembali, maka aku cukup pergi ke Beijing.

Hari sabtu yang lalu, aku dan teman-teman yang sama-sama pernah menghabiskan waktu bersama di Beijing, berkumpul via Zoom untuk sekedar melepas kangen. Sebenarnya kumpul online via Zoom ini sudah menjadi rutinas kami tiap malam minggu sejak 2 bulan terakhir. 

Biasanya kami mengambil undi untuk siapa yang akan menjadi host, dan host akan mempresentasikan apapun yang ingin dia jadikan topik pembahasan hari itu. Nah sabtu yang lalu, “ketua genk” kami yang menyebut dirinya “Nai-nai” a.k.a Neneknya cucu cucu, yang menjadi host, dan dia mengambil topik kenangan-kenangan ketika kami di Beijing. 

Kebetulan Nai-nai adalah yang paling hobby foto-foto diantara genk kami, sehingga koleksi foto-foto kenangan yang dia simpan bisa dibilang yang paling lengkap. Jadilah sabtu yang lalu menjadi ajang buka-bukaan foto aib di masa lalu. 

Dan layaknya orang-orang yang sedang bernostalgia, satu per satu dari kami pun kembali bercerita tentang moment-moment yang kami ingat dari foto-foto yang di share screen oleh Nai-nai. Hasil dari nostalgia tersebut akhirnya malah menjadi pengakuan dari masing-masing kami, dimana ternyata kami disatukan oleh sebuah persamaan. 

Yup. It’s Eat, Pray, Love – Time. 

Beberapa dari kami, ternyata pergi ke Beijing memang bukan untuk serius belajar bahasa Mandarin. Kami pergi kesana karena saat itu kami membutuhkan waktu “istirahat dari kehidupan” kami. Termasuk aku salah satunya. 

10 tahun yang lalu, aku pernah menuliskan curhatanku dengan judul yang sama. Waktu itu aku sudah menyadari tentang waktu EAT dan PRAY. Hanya LOVE yang waktu itu menjadi pertanyaanku, karena saat itu aku belum menemukan LOVE-ku. 
 
Hampir 1,5 tahun kemudian dari tulisan Eat, Pray, Love (me version) yang pertama, akhirnya menjalin hubungan dengan seseorang yang aku kenal di gereja di Beijing. Aku pikir dialah satu-satunya LOVE-ku. 

Nah kemarin ketika aku dan teman-teman Beijingers-ku berkumpul, dan saling berbagi kenangan tentang EAT, PRAY, LOVE kami masing-masing. Ada 1 teman yang mengingatkan bahwa LOVE tidak hanya selalu tentang sepasang kekasih. LOVE bisa berarti Cinta kepada diri sendiri, Cinta kepada sahabat, Cinta kepada keluarga, Cinta kepada orang-orang terdekat, dan Cinta kepada sesama.

Inilah yang 10 tahun lalu aku lupakan di tulisanku saat itu. Aku mempertanyakan tentang LOVE-ku, padahal karena kesempatan untuk tinggal di Beijing, aku akhirnya bisa menerima dan mencintai diriku sendiri. 

Dan karena aku sudah bisa mencintai diriku sendiri, aku pun bisa menerima cinta dari keluarga, dari sahabat-sahabatku, bahkan dari orang-orang yang baru saja aku kenal, atau orang yang hanya lewat begitu saja dalam hidupku. 

Pengalaman mencintai dan dicintai inilah yang ternyata membawaku menemukan “Surga” dalam hidupku. Surga yang harus aku kabarkan kepada orang-orang lain yang sedang berjuang mencari surga.



 
Ya Tuhan,
Terima kasih atas Waktu yang Engkau berikan kepadaku.
Terima kasih atas Rejeki  yang Engkau berikan kepadaku.
Terima kasih atas Cinta yang Engkau curahkan kepadaku. 


Grey_S
 

No comments: