Saturday, December 21, 2019

Rumah Sakit

Rumah Sakit

Setelah bertahun-tahun aku bersahabat dengan “Rumah Sakit” baru hari ini aku sadar kalau ternyata aku membenci Rumah Sakit. 

*** 

Sejak beberapa tahun yang lalu, tepatnya sejak aku beranjak dewasa dan memulai kehidupan sosialku di lingkungan gereja maupun keluarga, aku mulai bersahabat dengan Rumah Sakit. 

Kenapa Rumah Sakit? Karena bagiku, di Rumah Sakitlah sebuah kehidupan dimulai maupun diakhiri. Dari ibu yang akan melahirkan anaknya, sampai orang yang akan melepas ajal. Semua paling mudah ditemukan di Rumah Sakit. Karena hal tersebut pula maka awal dari kehidupan sosialku pun dimulai dari Rumah Sakit. 

Tanteku dan suaminya adalah seorang dokter, adik sepupuku pun sekarang adalah seorang dokter. Karena sejak kecil aku tinggal bersama nenek, dan rumah tanteku di depan rumah nenek, otomatis setiap kali ada anggota keluarga atau kenalan yang sakit, maka tante akan dihubungi dan diminta menjenguk. Saat itu pula aku akan diajak untuk menjenguk mereka. 

Waktu kecil aku tidak terlalu berasa akan “tugas” menjenguk ini, karena kan memang di RS ada peraturan anak di bawah 12 tahun dilarang masuk. Tapi ketika aku mulai dewasa, apalagi ketika aku sudah bisa menyetir sendiri, maka aku mulai bertugas sebagai “sopir” untuk nenek atau tanteku saat mereka menjenguk saudara atau kerabat yang sakit. 

Saat adik lelaki mami yang paling kecil mulai sakit-sakitan, aku pun mulai memiliki tugas baru, yaitu gantian “berjaga” dengan anggota keluarga yang lain. Apalagi saat itu anak om-ku masih dibawah umur, sehingga tidak bisa terlalu diharapkan untuk menjaga (karena bila mendadak butuh persetujuan keluarga, secara hukum ia belum bisa bertanggung jawab). 

Selain berjaga untuk om-ku, di gereja aku juga sempat bergabung dengan sebuah komunitas pendoa. Selain rapat, tugas dari komunitas ini adalah melakukan kunjungan dan berdoa bagi orang yang dikunjungi. Kunjungan itu bisa dilakukan ke siapa saja, dimana saja dan kapan saja tergantung kesediaan orang yang akan dikunjungi. 

Nah saat itu lah, aku cukup sering diminta melakukan kunjungan ke para lansia dan orang-orang sakit, bahkan beberapa diantaranya aku ikut dampingi sampai mereka melepas ajal. Dari tugas-tugas kunjungan ini pun, aku semakin membiasakan diri dengan Rumah Sakit. Semakin kemari, dengan semakin bertambahnya usia nenekku, beliau pun semakin sering sakit-sakitan. Tambahlah aku harus semakin membiasakan diri dengan Rumah Sakit. 

Untungnya 3 tahun terakhir ini, aku bekerja di kantor yang agak flexible secara waktu dan tempat kerja. Sehingga bila diperlukan, aku bisa sewaktu-waktu meninggalkan kantor untuk menjaga nenekku di Rumah Sakit. Seperti saat aku menulis ini, aku sedang mati gaya di Rumah Sakit. 

Baru hari ini pula aku menyadari, sebenarnya aku benci berada di Rumah Sakit. Apalagi bila di Rumah Sakit dalam rangka tugas “berjaga”, yang artinya ngga bisa kemana-mana terlalu jauh dari kamar pasien. Mau tiduran susah, mau kerja juga susah konsentrasi. Mau jalan-jalan yah jelas ngga mungkin. Mau ngoceh-ngoceh di Twitter, tapi kok yah nyampah banget. Tapi positifnya aku jadi bisa nulis blog lagi, menulis ini sangat membantu untuk terapi psikis-ku.

No comments: