Rumah Sakit
Setelah
bertahun-tahun aku bersahabat dengan “Rumah Sakit” baru hari ini aku sadar kalau
ternyata aku membenci Rumah Sakit.
***
Sejak
beberapa tahun yang lalu, tepatnya sejak aku beranjak dewasa dan memulai
kehidupan sosialku di lingkungan gereja maupun keluarga, aku mulai bersahabat
dengan Rumah Sakit.
Kenapa
Rumah Sakit? Karena bagiku, di Rumah Sakitlah sebuah kehidupan dimulai maupun
diakhiri. Dari ibu yang akan melahirkan anaknya, sampai orang yang akan melepas
ajal. Semua paling mudah ditemukan di Rumah Sakit. Karena hal tersebut pula maka
awal dari kehidupan sosialku pun dimulai dari Rumah Sakit.
Tanteku
dan suaminya adalah seorang dokter, adik sepupuku pun sekarang adalah seorang
dokter. Karena sejak kecil aku tinggal bersama nenek, dan rumah tanteku di
depan rumah nenek, otomatis setiap kali ada anggota keluarga atau kenalan yang
sakit, maka tante akan dihubungi dan diminta menjenguk. Saat itu pula aku akan
diajak untuk menjenguk mereka.
Waktu
kecil aku tidak terlalu berasa akan “tugas” menjenguk ini, karena kan memang di
RS ada peraturan anak di bawah 12 tahun dilarang masuk. Tapi ketika aku mulai
dewasa, apalagi ketika aku sudah bisa menyetir sendiri, maka aku mulai bertugas
sebagai “sopir” untuk nenek atau tanteku saat mereka menjenguk saudara atau
kerabat yang sakit.
Saat
adik lelaki mami yang paling kecil mulai sakit-sakitan, aku pun mulai memiliki
tugas baru, yaitu gantian “berjaga” dengan anggota keluarga yang lain. Apalagi
saat itu anak om-ku masih dibawah umur, sehingga tidak bisa terlalu diharapkan untuk
menjaga (karena bila mendadak butuh persetujuan keluarga, secara hukum ia belum
bisa bertanggung jawab).
Selain
berjaga untuk om-ku, di gereja aku juga sempat bergabung dengan sebuah
komunitas pendoa. Selain rapat, tugas dari komunitas ini adalah melakukan
kunjungan dan berdoa bagi orang yang dikunjungi. Kunjungan itu bisa dilakukan
ke siapa saja, dimana saja dan kapan saja tergantung kesediaan orang yang akan
dikunjungi.
Nah
saat itu lah, aku cukup sering diminta melakukan kunjungan ke para lansia dan
orang-orang sakit, bahkan beberapa diantaranya aku ikut dampingi sampai mereka
melepas ajal. Dari tugas-tugas kunjungan ini pun, aku semakin membiasakan diri dengan
Rumah Sakit. Semakin kemari, dengan semakin bertambahnya usia nenekku, beliau
pun semakin sering sakit-sakitan. Tambahlah aku harus semakin membiasakan diri
dengan Rumah Sakit.
Untungnya
3 tahun terakhir ini, aku bekerja di kantor yang agak flexible secara waktu dan
tempat kerja. Sehingga bila diperlukan, aku bisa sewaktu-waktu meninggalkan kantor
untuk menjaga nenekku di Rumah Sakit. Seperti saat aku menulis ini, aku sedang
mati gaya di Rumah Sakit.
Baru
hari ini pula aku menyadari, sebenarnya aku benci berada di Rumah Sakit. Apalagi
bila di Rumah Sakit dalam rangka tugas “berjaga”, yang artinya ngga bisa
kemana-mana terlalu jauh dari kamar pasien. Mau tiduran susah, mau kerja juga
susah konsentrasi. Mau jalan-jalan yah jelas ngga mungkin. Mau ngoceh-ngoceh di
Twitter, tapi kok yah nyampah banget. Tapi positifnya aku jadi bisa nulis blog
lagi, menulis ini sangat membantu untuk terapi psikis-ku.
No comments:
Post a Comment