Puji syukur kepada Tuhan, Ia memberiku petunjuk lewat
frater, yang aku hubungi juga karena mengikuti petunjuk dari buku LRP. “Ingat
Mazmur 23: sekalipun aku berjalan dalam lembah “kegelapan”, Engkau tetap
besertaku. Desolasi yah kegelapan itu. Tetap berdoa dan mohon penyertaan
Allah.” begitu pesan frater.
Maka setelah chat aku langsung berdoa. Tapi hari ini
aku sedang tidak ingin berdoa dengan duduk manis. Aku ingin merenungkan semua
kejadian-kejadian yang aku alami seminggu ini sambil berjemur dibawah sinar
matahari pagi. Kebetulan pagi itu matahari bersinar cukup hangat.
Dalam percakapan rohani yang aku lakukan sambil
berjemur, aku mengungkapkan semua perasaan sesalku, aku memohon untuk bisa
keluar dari suasana kelam tersebut. Aku bercerita bahwa akibat perasaan
desolasi yang berhari-hari, depresiku mulai kambuh, aku jadi tidak bisa
berpikir dan semakin tidak bisa menyelesaikan tugas-tugasku. Lalu ketika aku
sudah tidak bisa bercerita lagi, dan membiarkan suasana hening untuk sebagai
waktu mendengarkan, tiba-tiba ada awan yang bergerak menutupi matahari, membuat
sinar matahari yang sedang menyinariku meredup, namun hal tersebut berlangsung
tidak lama. Ketika awan itu berlalu, sinar matahari kembali menghangatkan
tubuhku.
Pada saat sedang memperhatikan fenomena tersebut
sambil masih mengambil sikap mendengarkan, aku merasa ada bisikan yang muncul
“Matahari akan bersinar lagi. Tenang saja, matahari-nya akan bersinar lagi.”
Saat itu lah aku tidak bisa membendung air mataku.
Perasaan desolasi yang sudah menghantuiku selama berhari-hari tiba-tiba dipulihkan.
Aku merasakan lagi kehadiran Tuhan di dekatku. Aku kembali merasa dicintai. Aku
kembali merasa berharga.
Lalu lewat sharing iman dengan kelompok LRP-ku, aku
juga diingatkan oleh salah seorang peserta bahwa, kita tetap harus bersyukur
bisa mengalami pengalaman desolasi tersebut, sehingga kita bisa tetap rendah
hati dan tetap bisa merasakan kasih Tuhan. Kalau tidak pernah mengalami hal
itu, mungkin saja buntut-buntutnya aku bisa menjadi tinggi hati.
Yah, aku bersyukur mengalami hal ini. Setidaknya aku
jadi punya bahan untuk sharing iman kepada orang lain. Aku juga jadi memiliki
pengalaman yang berbeda dari pengalaman LRP yang sebelumnya
Apalagi peserta lainnya juga meneguhkanku lewat
pernyataannya yang mengatakan, setelah mendengar sharingku, ia jadi teringat
dengan lagu “Janji-Mu S’perti Fajar”, dimana lagu itu memang persis
menggambarkan pengalamanku saat itu, dan juga seperti menjadi pengantar untuk
retret minggu ke-4 yang akan kami jalani. Dimana untuk minggu ke-4 ini, kami
akan diajak merenungkan Cinta Tuhan yang bagaikan sinar matahari dan mengalir
seperti air di sungai.
Sungguh luar biasa Tuhan dalam memberikan pengajaran
hidup.
JanjiMu S'perti Fajar
Ketika kuhadapi kehidupan ini
Jalan mana yang harus ku pilih
Ku tahu ku tak mampu
Ku tahu ku tak sanggup
Hanya Kau Tuhan tempat jawabanku
Aku pun tahu ku tak pernah sendiri
Sebab Engkau Allah yang menggendongku
TanganMu membelaiku
CintaMu memuaskan ku
Kau mengangkatku
Ke tempat yang tinggi
JanjiMu seperti fajar pagi hari
Dan tiada pernah terlambat bersinar
CintaMu
seperti sungai yang mengalir
Dan ku tahu betapa dalam kasihMu
Grey_S