Friday, March 5, 2021

Mengandalkan Tuhan

Lagi-lagi late post, karena ini harusnya tema misa harian kemarin, Kamis 4 Maret 2021. Di postingan kali ini, aku mau sharing iman aja berkaitan dengan tema mengandalkan Tuhan, karena kalau buat pemahaman atau cerita-cerita sebab akibat mungkin sudah banyak yah, ayatnya juga straight to the point, dan aku juga tidak mau malah jadi menggurui, jadi yah kalau untuk ayatnya renungkan masing-masing aja lah.

***

Ini adalah renungan perjalanan hidupku:

Sepanjang aku bisa mengingat, aku akui bahwa sebelum kejadian pandemi Covid 19 ini, aku bukanlah orang yang 100% mengimani Tuhan. Aku memang mengakui adanya Tuhan, karena sejak kecil sudah ditanamkan kepercayaan itu, tapi aku belum memahami apa itu beriman kepada Tuhan.

Dalam membuat keputusan apapun itu, aku masih mengandalkan orang-orang disekitarku atau diriku sendiri. Akhirnya jadilah aku selalu galau dalam membuat keputusan. Itu pun sering sekali aku salah dalam membuat keputusan, yang membuat aku semakin sering tidak percaya diri khususnya saat harus membuat keputusan-keputusan besar.

Sepanjang aku bisa mengingat-ingat, sebelum kejadian pandemi Covid 19 ini, hanya ada 2 keputusan yang aku minta ijin Tuhan ketika memutuskannya. Yang pertama, keputusan untuk pergi ke Beijing pada tahun 2008 lalu, yang kedua, keputusan untuk menerima partnerku sebagai teman hidupku. Maka itu sampai saat ini, yah hanya 2 peristiwa itu yang dapat aku banggakan ketika harus bercerita kepada orang lain. Sisanya… yah keputusan yang sia-sia, setidaknya sampai saat ini sisanya masih menjadi keputusan yang sia-sia.

Meski dikantor aku berpengalaman cukup lama, sempat menduduki posisi yang cukup bagus, dan secara akademis, pendidikanku cukup tinggi, toh sekarang aku masih sulit mendapat pekerjaan baru.

Meski aku mati-matian berhemat, hidup irit-irit, toh saat ini aku sedang deg-deg-an parah karena uang tabungan yang aku investasikan belum dapat dicairkan, dan masih belum ada kejelasan untuk penyelesaiannya.

Meski waktu mengundurkan diri dari kantor dulu, aku tetap santai karena aku merasa memiliki bisnis yang cukup potensial, toh akhirnya tetap saja bisnis itu bangkrut dan malah membuatku memiliki hutang bank hingga ratusan juta.  

Jadi apa yang bisa aku banggakan dengan keputusan-keputusanku sendiri, yang aku akui, saat itu aku tidak meminta ijin atau berdiskusi sama Tuhan saat membuat keputusan. Aku hanya mempercayai saran orang-orang disekitarku dan diriku sendiri. Jadilah semua sia-sia dan malah jadi saling menyalahkan.

Aku bersyukur dengan pandemi Covid 19 ini, aku malah merasa diselamatkan oleh Tuhan. Meski banyak masalah berat yang harus aku hadapi, tapi aku diberi kekuatan untuk menghadapi itu semua. Aku pun diberi rahmat untuk dapat memahami kesalahan-kesalahan yang dulu aku perbuat, sehingga bila diberi kesempatan aku bisa memperbaiki diri.

Kegiatan yang turun drastis pun, membuatku memiliki waktu untuk berbincang-bincang dengan Tuhan dan mencoba memahami apa yang Ia kehendaki dalam hidupku, termasuk tentang menggantungkan harapanku hanya kepadaNya, bukan kepada manusia biasa apalagi allah-allah lain.

Demikian sharing imanku, semoga berguna bagi yang menemukan tulisan ini. 


Grey_S

No comments: