Friday, March 5, 2021

Melayani dan Dilayani

Tema tentang melayani dan dilayani, sebenarnya adalah tema untuk misa harian Rabu 3 Maret 2021, tapi karena kebetulan banget tema ini lagi sangat mengena di hatiku, jadi aku ingin menuliskannya ulang sebagai tulisan di blog. Yah balik lagi, hitung-hitung sebagai pengingat bahwa aku pernah merenungkan tema Melayani dan Dilayani ini.

Ok. Aku mulai cerita yah.

***

Perenungan kali ini sebenarnya berawal dari perdebatanku dengan partner di malam sebelumnya, Selasa 2 Maret 2021, karena aku merasa dia kurang perhatian terhadapku, bahkan lebih tepatnya dia tidak tertarik sama sekali dengan hal-hal yang justru menarik perhatianku.

Namun saat aku bertanya untuk memastikan perasaanku, partnerku malah semakin tidak nyaman. Nada bicaranya semakin tinggi, dan ia malah semakin ingin menyudahi sesi telponan kami malam itu. Jujur saja, aku jadi semakin kecewa dengan sikapnya, dan itu malah membuatku semakin overthinking.

Seperti biasa, bila aku mulai overthinking terhadap sesuatu hal, maka Roh-roh jahat mulai berusaha meracuni pikiranku. Aku mulai menghitung hal-hal yang sudah aku lakukan terhadap partnerku, dan hal-hal yang ia sudah lakukan untukku. Dan bila kita sudah menghitung untung rugi dari perbuatan yang sudah kita lakukan, sudah dipastikan kita sudah mulai berharap balasan atas semua yang pernah kita lakukan. Apalagi kalau kita “merasa” kita sudah memberikan “lebih banyak”. Dan bila balasan yang kita harapkan itu tidak terjadi, lama kelamaan pasti ada perasaan lelah, jenuh, dan ingin menyerah saja. Itulah yang aku rasakan pada malam itu.

Lalu pada hari Rabu tanggal 3 Maret 2021 pagi, aku menerima Broadcast renungan harian dari komunitas pendoa.

Tulisannya seperti ini:

Pertobatan berarti belajar berbuat baik. Tetapi siap-siaplah bahwa kebaikan akan dibalas dengan kejahatan bahkan oleh orang-orang yang kita bela (Yer 18:18-20). Orang-orang sekitar kita tidak mengerti kebaikan kita tapi hanya memanfaatkan diri kita sesuai kepentingan masing-masing (Mat 20:17-28). Semua itu akan menguji ketulusan pelayanan dan kesaksian hidup kita. "Anak manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani."


Deg.

Tiba-tiba aku merasa ditegur lewat ayat tersebut.

Bersikap baik terhadap partner, setia mendampinginya dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit, dalam kaya dan miskin, itu kan memang merupakan bentuk tanda cinta dan pelayananku kepadanya. Aku memutuskan untuk tetap bersamanya pun karena aku menyadari ia lah yang dikirim Tuhan sebagai pasanganku. Saat aku memutuskan untuk mengikuti Tuhan Yesus dengan segenap jiwaku, dan sepenuh hatiku, masa iya, aku meninggalkan orang yang sudah Tuhan kirim untukku?

"Anak manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani."

Ayat itu jelas sekali memintaku untuk berhenti berharap akan dilayani. Bila memang ingin sepenuh hati dan segenap jiwa mengikuti Tuhan Yesus, maka aku hanya boleh berharap untuk selalu diberi kesempatan bisa melayani, bukan dilayani. Termasuk kepada partnerku. 



Grey_S

No comments: