Thursday, September 4, 2025

Untukmu yang selalu bertanya dengan manja

Untukmu yang selalu bertanya dengan manja kepadaku,

“Apakah aku mencintaimu?”

Bolehkah kali ini giliranku yang bertanya kepadamu,

“Apakah kamu sungguh mencintaiku?”

 

Dengan seluruh kekuatan dan kelemahanku,

Dengan seluruh kelebihan dan kekuranganku,

Dengan seluruh luka-luka masa laluku.

 

Dengan Grey kecil yang akan sekali-sekali muncul kembali,

Dengan Grey kecil yang juga ingin sekali-sekali dimanja,

Dengan Grey kecil yang juga ingin dicintai secara utuh.

 

Apakah kamu sungguh mencintaiku secara utuh? 

Roh Tuhan Ada Padaku

Jalan Tuhan itu UNIK. Masalah pekerjaan yang aku alami di akhir 2023 sampai awal 2024 malah kembali membawaku dari satu konseling ke konseling lainnya, dari satu retreat ke retreat lainnya, dan dari satu training ke training lainnya. Dimana semua kegiatan tersebut memiliki benang merah yang sama, yaitu di PEMPROGRAMAN PIKIRAN atau bahasa gaulnya MIND PROGRAMMING.

Lewat Retreat-retreat dan training-training yang aku ikuti itu, aku dilatih untuk semakin percaya diri dan melawan pikiran-pikiran yang salah tentang citra diriku sebagai ciptaan Tuhan.

Ada satu kenangan menarik ketika pertama kali aku mengikuti training Mind Programming ini.

Beberapa hari sebelum training tersebut dimulai, Leader-ku di kantor yang terkenal Agnostik (karena dia menolak disebut Atheis) memberi peringatan kepadaku sambil tertawa mengejek: “Hati-hati loh yah Grey, kalau lo belajar begituan, siap-siap aja lo bakal keluar dari Gereja. Karena lo bakal disadarkan kalau Tuhan itu tidak ada, karena yang ada memang hanya diri lo sendiri.”

Aku yang sudah terbiasa dengan ejekannya hanya terdiam, berusaha menahan sabar untuk tidak mendebatnya, dan tetap mendoakannya dalam hati agar suatu saat dia dan keluarganya bisa sungguh-sungguh mengenal Tuhan.   

Tapi ternyata persis di hari pertama aku mengikuti Training tersebut, aku memang mendapat serangan Roh Jahat yang berusaha menggoyahkan imanku. 

“Tuh lihatkan, cukup kamu lebih percaya diri, dan percaya dengan kemampuanmu, kamu bisa menjadi apa saja kok. Bahkan kekuatan Black Magic para dukun itu saja bisa dijelaskan secara ilmiah lewat ilmu Psikologi. Jadi kamu bisa kok melakukan semuanya sendiri, kamu ngga perlu tuh doa-doa lagi. Yang penting kamu percaya sama diri kamu sendiri, setelah itu kamu ngga butuh Tuhan lagi.”

Kata-kata itu berulang-ulang muncul di otakku sepanjang hari pertama Training. Aku sampai merinding sendiri dan ketakutan sendiri. Sepanjang malam itu aku sampai tidak bisa tidur dan tidak bisa berbicara dengan orang lain. Aku hanya bisa mengucap: “Tuhan tolong kuatkan imanku.” 

Keesokan harinya, meski perasaanku masih campur aduk, aku tetap harus berangkat kerja dan bermacet-macetan dijalan. Disaat itulah aku malah jadi memiliki waktu hening sejenak, dan disaat hening tersebut tiba-tiba ayat dari Injil Lukas 4:18a terlintas di otakku “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik.” 

Aku langsung menangis bahagia di dalam mobil dan berterima kasih kepada Tuhan karena sudah mengungkapkan kebenaran baru dalam hidupku. Bahwa aku memang bisa menjadi apa saja, siapa saja, sesuai impian dan cita-citaku, selama aku meyakini hal tersebut, dan selama Tuhan memang mengizinkan hal tersebut.

Setelah pagi itu aku jadi semakin bersemangat dengan Training-training lanjutan mengenai Mind Programming ini. Aku juga berusaha mempraktekan ilmu-ilmu yang aku pelajari setiap harinya. Meski tetap tidak mudah untuk mengubah kebiasaan yang sudah ada selama puluhan tahun.

Aku merefleksikan jatuh bangunnya aku dalam membentuk kebiasaan-kebiasaan baik dan pikiran-pikiran yang objective seperti jatuh bangunnya aku dalam berjalan di jalan Salib Tuhan. Kata-kata “ Roh Tuhan ada pada-Ku.” Beberapa waktu terakhir ini sungguh-sungguh menjadi peganganku disaat keraguan dan ketakutan tidak berdasar kembali menyerang pikiranku.

Hari ini buatku seperti “Nas yang tergenapi saat aku mendengarnya”, aku yakin bukan sebuah kebetulan kata-kata “Roh Tuhan ada pada-ku” muncul di Presentasi terakhir Rekoleksi PDI Sahabat Yesus siang ini (26 Januari 2025) dan di bacaan Injil hari ini.

Aku diutus untuk melayani dan mengabarkan kabar baik pada orang-orang disekitarku, lewat pekerjaanku saat ini sebagai Agen Asuransi. Pekerjaan yang sama sekali tidak aku harapkan, bukan pekerjaan impian, tapi hanya lewat pekerjaan inilah aku bisa mengembangkan diri, aku bisa dilatih untuk MERENDAHKAN HATI, dan aku bisa MEMULIAKAN TUHAN lebih besar lagi.

 

AMDG



Grey_S

25 Januari 2025

Panggilan Untuk Menjadi SANG PELAYAN

Kemarin sore aku mendapat panggilan telephone yang seharusnya memberikan aku kabar gembira, bahwa aku akan kembali diterima bekerja sebagai karyawan tetap setelah lebih dari 2 tahun aku bekerja sebagai Freelancer. Bukan hanya itu saja, perusahaan yang menerimaku bekerja adalah sebuah group perusahaan yang sangat besar dan ternama. Posisi yang akan aku tempati juga sebuah posisi yang sudah cukup tinggi, yang tentu saja akan mendapat bayaran yang cukup tinggi dibanding bayaran mayoritas para pencari kerja.


Pada saat interview aku juga bisa merasakan bahwa team yang akan bekerja sama denganku adalah team orang-orang baik yang bisa sejalan dengan prinsip-prinsip yang aku pegang. Belum pernah sepanjang karirku, aku bisa sungguh-sungguh mendiskusikan kemampuan-kemampuanku dan prinsip-prinsip dalam hidupku, tanpa perasaan dihakimi atau diremehkan. Itu yang membuatku bisa lepas bebas mempresentasikan diriku dan pengalaman-pengalamanku di perusahaan lama, di hadapan para interviewer saat itu.


Sayangnya kesempatan emas ini malah harus aku tolak. Tentu saja tidak mudah untukku saat harus membuat keputusan tersebut. Apalagi posisi yang ditawarkan adalah posisi impianku sejak lama, yang aku yakin, juga merupakan posisi impian banyak orang lainnya. Ada beberapa kejadian yang terjadi hanya kurang dari 1 jam setelah interview yang sangat membuatku bersemangat kembali itu selesai.


Dalam perjalanan pulang menuju rumah, setelah selesai interview, aku mendapatkan panggilan telephone dari adikku, “Cici, Papi harus masuk Rumah Sakit lagi” dan suara dibalik telephone tersebut langsung berubah menjadi suara tangisan, sedangkan aku hanya bisa diam termenung. 


Sesampainya di rumah, begitu aku membuka HP, ternyata aku juga mendapat 2 pesan text dari 2 client yang berbeda.

Pesan pertama: “Grey, saya kecopetan di Eropa. Saya mau klaim asuransi perjalanan saya.”

Pesan kedua: “Grey, penerbangan saya di Istanbul ditunda. Saya mau klaim asuransi perjalanan saya.”  


1 panggilan telephon dan 2 pesan text tersebut membuatku kembali mempertanyakan impian-impian dan panggilan dalam hidupku.

“Apakah kembali bekerja sebagai pegawai tetap di korporasi ternama sungguh-sungguh merupakan impianku?”

“Apakah berkontribusi dalam project-project penting itu sungguh-sungguh cita-citaku?

“Apakah dengan kembali mendapatkan gaji tetap dan posisi tinggi seperti dulu, sungguh-sungguh akan membuatku bahagia?”

“Apakah aku akan bisa membagi waktu antara pekerjaan kantor dengan pelayananku kepada keluarga dan orang-orang di sekitarku yang membutuhkan kehadiran dan bantuanku?”

“Seberapa banyak orang yang dapat aku layani kalau aku kembali bekerja tetap di perusahaan?”

“Bukankah aku ingin mengubah orientasi hidupku untuk berfokus hanya kepada Tuhan, bukan lagi kepada kepentingan diriku sendiri?”


2 tahun yang lalu hanya nenekku yang membutuhkanku untuk merawatnya, saat ini ada Papiku yang sedang sakit, Om-ku yang juga sedang sakit, belum lagi ada tanteku yang sudah berumur sedangkan anak-anaknya berada jauh diluar kota dan luar negeri, client-client asuransiku, client-client Accounting Service-ku, peserta retret dimana aku menjadi fasilitator, orang-orang lingkungan Gereja, yang semuanya membutuhkan kehadiranku untuk melayani mereka.


Uang dan Posisi bisa aku cari, tapi WAKTU tidak akan pernah kembali. Mungkin saat ini aku terpaksa melewatkan kesempatan untuk kembali memiliki penghasilan dan posisi yang cukup tinggi, namun aku tidak ingin menyesal karena melewatkan kesempatan untuk berbakti dan memuliakan Tuhan lebih tinggi lewat pelayanan-pelayanan kecil yang aku lakukan. 



Grey_S

14 Juli 2022

SUDAH SELESAI

Bacaan Injil hari Senin 9 Juni 2025 diambil dari Yohanes 19:25-34, tapi ayat yang paling mengena untukku hari ini adalah di ayat 30, ketika Yesus pada akhirnya mengatakan “SUDAH SELESAI”. 

Ketika aku mengikuti kelas Emaus Journey di 2021 yang lalu, buku terakhir yang digunakan adalah “Seven Last Words From The Cross” oleh Rich Cleveland. Dari 7 kata terakhir Yesus di kayu salib, yang paling berkesan untukku adalah kata “SUDAH SELESAI”. Yang menandakan bahwa Yesus sudah berhasil menjalani semua kehendak Allah Bapa dalam hidupNya dan sudah berhasil mengalahkan sisi kedaginganNya sendiri.

Sejak mempelajari buku tersebut, aku sangat terinspirasi oleh Yesus untuk pada akhirnya aku juga bisa mengatakan “SUDAH SELESAI” untuk semua tugas perutusanku di dunia ini. Dan ternyata kesempatan itu datang padaku di bulan Juni 2022.

***

Tanggal 8 Juni 2022, pagi itu aku terbangun dengan sedikit kaget setelah memimpikan almarhumah nenekku masuk ke dalam kamar tidurku sambil mengomel dengan suaranya yang melengking “Greyyyyyyy, tengokin tuh si Papi. Jangan sampai dia sudah masuk peti baru kamu tengokin.”

Tapi karena bagiku mimpi hanyalah sebuah bunga tidur, maka setelah terbangun penuh, aku tidak terlalu memikirkan tentang mimpi tersebut lagi. Apalagi ketika di Video Call beberapa hari sebelumnya, Papiku masih baik-baik saja.

Beberapa hari setelah hari itu, aku pergi mengikuti Retreat yang diadakan oleh Komunitas School By Spirit (SBS) di Wisma Samadi selama 5 hari 4 malam. Saat itu aku mengikuti Retreat tersebut sebagai hadiah ulang tahun bagi diriku sendiri, karena sejak 2021 aku menemukan kebahagian pada saat bisa memiliki waktu berkualitas dengan Tuhan di hari ulang tahunku. 

Uniknya sepanjang retreat tersebut, selama 5 hari berturut-turut, rhema yang keluar untukku adalah “Bersiap-siaplah untuk kejutan dari Tuhan.” Dan melalui retreat itu aku juga jadi berkenalan dengan sahabat baik Mami-ku di lingkungan, yang sebenarnya beliau bukan anggota SBS namun diajak untuk mengikuti retreat tersebut.

2 hari setelah retreat berakhir, aku ada janji meeting dengan calon client di sebuah Mall yang lokasinya sangat dekat dengan rumah Papi. Hari itu hari Sabtu, yang dalam kepercayaan Papi itu adalah hari Sabat. Biasanya hari itu Papi akan pergi ke gereja dari pagi hingga sore.

Pagi itu ketika sedang bersiap-siap untuk meeting, ada suara yang terus-terusan mengganggu pikiranku “Dith, jenguk Papi. Kan kamu akan meeting di dekat sana, sekalian saja mampir untuk menjenguk Papi. Terserah kamu mau berapa lama, 10 menit, 5 menit, terserah. Tapi jenguklah Papi.”

Selama beberapa menit suara tersebut terus berperang dengan logikaku. Logikaku mengatakan “Buat apa mampir? Papi pasti sudah pergi ke gereja. Nanti sajalah kalau aku sudah agak senggang.” Tapi suara tersebut, tetap gigih memintaku untuk menjenguk Papi. Sampai akhirnya logikaku mengalah kepada suara tersebut.

Aku menelpon papi. Dan ternyata memang Sabat tersebut Papi memutuskan untuk tidak bepergian karena kata beliau kakinya sedang sakit. Beberapa bulan terakhir beliau memang mengeluhkan kalau dengkulnya sakit, sehingga kami berdua sedang rutin pergi terapi pijat bersama. Karena papi ada di rumah, maka aku berjanji untuk datang menjenguknya lebih dahulu sebelum pergi meeting.

Sesampainya di rumah Papi, aku sangat terkejut karena ternyata sakit kaki yang Papi maksud bukanlah sakit pada bagian dengkul seperti yang sebelumnya beliau keluhkan, namun ternyata karena ada luka borok sebesar uang koin pada mata kakinya. Dan yang lebih membuatku terkejut lagi adalah keadaan rumah yang sangat berantakan dengan ceceran darah dimana-mana.

Papi memang memiliki riwayat penyakit Diabetes, dan tidak pernah mau minum obat Diabetes atau pun memeriksakan diri karena kepercayaannya yang salah dengan ilmu kedokteran.

Karena awalnya Papi tetap tidak mau dibawa ke dokter, maka aku untuk pertolongan pertama,  meminta tolong kepada sahabat mami yang aku temui ketika Retret SBS, untuk mencarikan ART untuk membantu papi beberes rumah, menyiapkan makanan, dan memantau kondisi papi setiap hari.

Aku juga meminta bantuan tanteku yang pensiunan dokter untuk merawat luka papi, dan partnerku yang sinshe untuk obat-obatannya papi. Dan ini bertahan hanya selama 1 minggu karena kondisi papi yang memburuk sehingga mau tidak mau, suka tidak suka beliau menyerah dan bersedia dibawa ke RS.

Pertama kali papi bersedia dirawat di RS, aku bingung apakah harus ikut menginap bersama beliau, atau bisa aku tinggal saja? Kalau menginap di RS artinya aku harus siap tidur dilantai tanpa kasur dan bantal, tapi kalau ditinggal khawatir sama Papi, dan pihak RS pun mewajibkan keluarga pasien untuk ikut berjaga.

Meski papi mengatakan untuk pulang saja, tapi suara yang membimbingku memintaku untuk tetap tinggal di RS. Benar saja, di malam hari ternyata ada beberapa kejadian dimana papi membutuhkan bantuanku. Untung aku mendengarkan suara itu.

***

 Pada saat pertama kali aku mengetahu kondisi Papi, aku juga sempat mengeluh kepada Tuhan. “Tuhan, kok kejutan untukku begini amat sih?” lalu dalam kontemplasiku saat itu Tuhan menjawab “Kan kamu sudah Aku persiapkan sejak bulan Januari.”

Aku pun teringat pengalaman pertama kali mengikuti Latihan Rohani Pemula modul Gelap dan Terang, di bulan Januari 2022, yang saat itu masih diuji cobakan.

Di bulan Januari 2022, karena aku dan beberapa teman sedang mengalami pergumulan, Ko Robin mengajak kami mendoakan sekaligus menguji cobakan Latihan Rohani Pemula Modul Gelap dan Terang bersama. Pada waktu itu sebenarnya yang aku doakan adalah tentang pekerjaan dan keinginanku untuk keluar dari Jakarta, namun Rahmat yang aku dapatkan adalah kata-kata “Bagaimana kalau tugasmu saat ini bukanlah untuk mengejar karir tapi untuk merawat Papi?” 

Saat itu aku bingung dengan Rahmat yang aku dapatkan. Papi masih sehat-sehat saja, dan Papi juga masih tinggal bersama 2 orang karyawan. Jadi buat apa aku merawat Papi? Ternyata hal itu terjawab beberapa bulan kemudian.

***

 Singkat cerita, sepanjang 3 tahun terakhir kondisi papi memang naik turun. Sepanjang sisa tahun 2022, hampir sebulan sekali Papi pasti harus dirawat di RS, dan sempat beberapa kali juga masuk ke Ruang  ICU. Dari yang awalnya aku berusaha merawat papi sendiri, sampai akhirnya aku harus membutuhkan bantuan caregiver untuk membantuku menjaga papi 24 jam. Karena tiap kali papi sehat sedikit, bandelnya papi kambuh dan tidak mau minum obat lagi, atau pun merawat lukanya lagi. Sedangkan aku pun tidak bisa 24 jam memantau papi terus menerus.

Di 2023 sampai quarter ke 3 di 2024 kondisi Papi cukup stabil, Papi sudah bisa ke gereja lagi, bahkan di awal 2024 kami sempat 2 kali pergi berlibur ke Villa di Cipanas. Namun mulai Oktober 2024 akhir, kondisi Papi kembali menurun jauh. Sepanjang semester pertama di 2025, Papi lebih banyak di Rumah Sakit dibanding di rumah sendiri. Bahkan di bulan Februari 2025 papi sempat mengalami koma dan berhenti detak jantung.

Aku yang sejak awal terpanggil untuk mendampingi Papi, ikut merasakan penderitaan Papi. Tiap kali papi berteriak-teriak minta tolong karena sesak napas atau saat seluruh badannya terasa sakit karena cuci darah, aku hanya bisa menangis sambil berdoa. Aku sadar ini adalah Jalan Salib yang harus kami lalui.

Sepanjang Jalan Salib ini, aku bersyukur banyak menerima bantuan-bantuan dari beberapa “Simon Kirene” yang hadir melalui sosok para Caregiver, Saudara-saudara yang siap membantu, dan teman-teman gereja Papi yang selalu ada untuk kami.

Aku juga tidak memungkiri, bahwa dalam menjalani Jalan Salib ini, aku sempat beberapa kali “terjatuh”. Hubunganku dengan Papi yang sudah sempat membaik, beberapa kali kembali memanas. Sebelum akhirnya aku disadarkan bahwa Papi menjadi sangat menyebalkan seperti itu karena sakitnya dan karena Demensia yang mulai di deritanya.

Puncaknya adalah di bulan Mei 2025, dimana selama 31 hari penuh Papi harus dirawat di RS tanpa bisa pulang sehari pun. Saat papi memaksa untuk pulang, baru pulang dibawah 12 jam, kami sudah terpaksa harus melarikan Papi kembali ke RS karena terjatuh dari ranjang dan mengalami pendarahan hebat.

3 hari papi kembali masuk RS, sebelum akhirnya beliau menghembuskan napas terakhirnya. Pastinya beliau sudah terlalu lelah dalam berjalan di Jalan Salib kami ini. Papi menghembuskan napas terakhirnya persis setelah aku selesai mendoakan Rosario, dan Papi dinyatakan sudah tidak ada oleh dokter yang bertugas tidak lama setelah aku selesai mendoakan Doa Koronka.

Saat itulah air mataku sudah tidak menjadi air mata penuh duka, namun menjadi air mata  penuh haru, karena akhirnya kami bisa menyelesaikan Jalan Salib kami. Kami bisa mengklaim Mahkota Kebenaran seperti yang tertulis dalam 2 Timotius 4:7-8a “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan Tuhan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya”

Kami bisa dengan bangga mengatakan kepada semua orang “SUDAH SELESAI”.

Tugas perutusanku mendampingi papi “SUDAH SELESAI”.

Hidup Grey yang lama “SUDAH SELESAI”.

Kini di 9 Juni 2025, telah lahir Grey yang baru. Grey yang siap untuk melanjutkan tugas perutusan berikutnya.

 

AMDG