Kemarin sore aku mendapat panggilan telephone yang seharusnya memberikan aku kabar gembira, bahwa aku akan kembali diterima bekerja sebagai karyawan tetap setelah lebih dari 2 tahun aku bekerja sebagai Freelancer. Bukan hanya itu saja, perusahaan yang menerimaku bekerja adalah sebuah group perusahaan yang sangat besar dan ternama. Posisi yang akan aku tempati juga sebuah posisi yang sudah cukup tinggi, yang tentu saja akan mendapat bayaran yang cukup tinggi dibanding bayaran mayoritas para pencari kerja.
Pada saat interview aku juga bisa merasakan bahwa team yang akan bekerja sama denganku adalah team orang-orang baik yang bisa sejalan dengan prinsip-prinsip yang aku pegang. Belum pernah sepanjang karirku, aku bisa sungguh-sungguh mendiskusikan kemampuan-kemampuanku dan prinsip-prinsip dalam hidupku, tanpa perasaan dihakimi atau diremehkan. Itu yang membuatku bisa lepas bebas mempresentasikan diriku dan pengalaman-pengalamanku di perusahaan lama, di hadapan para interviewer saat itu.
Sayangnya kesempatan emas ini malah harus aku tolak. Tentu saja tidak mudah untukku saat harus membuat keputusan tersebut. Apalagi posisi yang ditawarkan adalah posisi impianku sejak lama, yang aku yakin, juga merupakan posisi impian banyak orang lainnya. Ada beberapa kejadian yang terjadi hanya kurang dari 1 jam setelah interview yang sangat membuatku bersemangat kembali itu selesai.
Dalam perjalanan pulang menuju rumah, setelah selesai interview, aku mendapatkan panggilan telephone dari adikku, “Cici, Papi harus masuk Rumah Sakit lagi” dan suara dibalik telephone tersebut langsung berubah menjadi suara tangisan, sedangkan aku hanya bisa diam termenung.
Sesampainya di rumah, begitu aku membuka HP, ternyata aku juga mendapat 2 pesan text dari 2 client yang berbeda.
Pesan pertama: “Grey, saya kecopetan di Eropa. Saya mau klaim asuransi perjalanan saya.”
Pesan kedua: “Grey, penerbangan saya di Istanbul ditunda. Saya mau klaim asuransi perjalanan saya.”
1 panggilan telephon dan 2 pesan text tersebut membuatku kembali mempertanyakan impian-impian dan panggilan dalam hidupku.
“Apakah kembali bekerja sebagai pegawai tetap di korporasi ternama sungguh-sungguh merupakan impianku?”
“Apakah berkontribusi dalam project-project penting itu sungguh-sungguh cita-citaku?
“Apakah dengan kembali mendapatkan gaji tetap dan posisi tinggi seperti dulu, sungguh-sungguh akan membuatku bahagia?”
“Apakah aku akan bisa membagi waktu antara pekerjaan kantor dengan pelayananku kepada keluarga dan orang-orang di sekitarku yang membutuhkan kehadiran dan bantuanku?”
“Seberapa banyak orang yang dapat aku layani kalau aku kembali bekerja tetap di perusahaan?”
“Bukankah aku ingin mengubah orientasi hidupku untuk berfokus hanya kepada Tuhan, bukan lagi kepada kepentingan diriku sendiri?”
2 tahun yang lalu hanya nenekku yang membutuhkanku untuk merawatnya, saat ini ada Papiku yang sedang sakit, Om-ku yang juga sedang sakit, belum lagi ada tanteku yang sudah berumur sedangkan anak-anaknya berada jauh diluar kota dan luar negeri, client-client asuransiku, client-client Accounting Service-ku, peserta retret dimana aku menjadi fasilitator, orang-orang lingkungan Gereja, yang semuanya membutuhkan kehadiranku untuk melayani mereka.
Uang dan Posisi bisa aku cari, tapi WAKTU tidak akan pernah kembali. Mungkin saat ini aku terpaksa melewatkan kesempatan untuk kembali memiliki penghasilan dan posisi yang cukup tinggi, namun aku tidak ingin menyesal karena melewatkan kesempatan untuk berbakti dan memuliakan Tuhan lebih tinggi lewat pelayanan-pelayanan kecil yang aku lakukan.
Grey_S
14 Juli 2022
No comments:
Post a Comment