Dari
arti kata ini saja bisa aku simpulkan bahwa untuk menjalin hubungan harus ada
INTERAKSI yang BERKESINAMBUNGAN. Dan syarat terjadinya interaksi sosial
meliputi kontak sosial dan komunikasi. Interaksi tidak akan terwujud sepenuhnya
tanpa keduanya. Kontak sosial merupakan
sentuhan yang tidak melulu fisik, melainkan bisa pula verbal. Komunikasi adalah
prosesnya.
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak.
Dan
hubungan ini bisa dibedakan lagi menjadi hubungan dengan Tuhan dan alam
semesta, hubungan dengan teman, hubungan dengan orang tua / keluarga / pasangan,
dan hubungan dengan masyarakat. Dan jelas setiap hubungan itu memiliki
perbedaan dan batasan-batasan yang harus dibuat dalam berinteraksi dan
berkomunikasi.
Contoh,
saat berhubungan dan berkomunikasi dengan Tuhan atau alam semesta, tentu
sifatnya akan menjadi satu arah. Tidak mungkin kita mengharapkan Tuhan
berkomunikasi dengan kita sama seperti kita berkomunikasi dan berhubungan
dengan sesama manusia. Dan hanya dengan iman yang cukup kita bisa mendengar atau
melihat jawaban dari usaha kita saat berhubungan dan berkomunikasi dengan Tuhan
dan alam semesta.
Sedangkan
saat kita berhubungan dengan sesama manusia, tentu sangat tidak diharapkan
bahwa hubungan itu menjadi satu arah. Meski mungkin akan terjadi sedikit
kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi, namun sebagai mahluk sosial
manusia harus selalu menemukan cara untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan
sesamanya.
Dari
aku pribadi, aku membedakan interaksi sosial dan komunikasi dengan sesama, berdasarkan
tingkat kedekatanku dengan setiap orang.
Contoh,
aku tidak setiap hari berkomunikasi dengan semua teman-temanku, kecuali dengan
teman-teman sekantor yang memang kebetulan ketemu setiap hari. Dan dengan
teman-teman sekerja yah aku lebih banyak berkomunikasi membahas tentang
pekerjaan, ngobrol tentang topic personal diluar pekerjaan yah jarang banget.
Untuk
menjadi “terbuka” secara personal pun aku pilih-pilih orang, karena aku tidak
mau orang lain terbebani atau masalahku malah menjadi bahan gossip saja. Maka
itu aku menjadi kurang suka bermain social media lagi, karena di social media
bisa saja aku memiliki berjuta-juta teman, namun mungkin orang yang pantas
disebut TEMAN yah tidak banyak.
Saat
ini, aku pun memutuskan kembali ke blog karena dengan menulis blog aku sekalian
therapy menulis. Selain itu blog juga sudah jarang ada yang baca. Seandainya
ada yang baca yah artinya mereka memang sedang mencari tau menggunakan “key
words”atau teman-teman lama di blog yang masih menggunakan blog juga. Jadi
anggap saja aku sedang berbagi cerita.
Beberapa
tahun yang lalu, aku juga pernah dimarahi dan ditinggal oleh seseorang yang
mengaku teman, hanya karena aku tidak bersedia meladeni dia yang terus-terusan
menelpon atau mengirimkan pesan setiap hari. Pagi, siang, malam. Padahal dia
pun sudah menolakku sebagai pacar dan memilih jadian dengan orang lain.
Dia
marah dan mengatakan “Kenapa sih kamu berubah jadi ngga asik? Aku tulus ingin
berteman dengan kamu loh.” dan waktu itu aku jawab demikian, “kalau kamu cuma
anggap aku teman, harusnya kamu ngga perlu marah kalau aku ngga angkat telp,
atau lama membalas pesan. Mungkin aja aku lagi sibuk. Dan aku juga ngga punya
kewajiban untuk memperhatikan kamu setiap hari atau menelepon kamu setiap
malam, hanya untuk say good night sebelum kamu tidur. Kan aku cuma teman, bukan
pacar.” Setelah itu dia memutuskan semua jalur komunikasi ke aku.
Jadi
buat aku, yang memang sulit dalam komunikasi dan menjalin hubungan baik dengan
orang lain, aku hanya akan berusaha berkomunikasi dan berinteraksi secara
intens dengan orang-orang terdekatku. Orang-orang yang aku anggap perlu tau
tentang keberadaanku, kondisiku, dan hal-hal yang terjadi denganku. Orang-orang
yang mungkin akan merasa kehilangan aku, jika aku tidak ada bersama mereka. Agar
mereka juga tidak khawatir dan tidak bertanya-tanya. Dan yang paling penting
agar mereka juga tau, aku akan berusaha selalu ada untuk mereka apapun yang
terjadi. Atau bahasa simplenya, aku hanya mau berbagi suka duka ke orang-orang
yang memang berbagi kehidupan dengan aku juga.
Dengan
teman-teman yang lain yah cukup say hello kalau ketemu, atau ngobrol di WAG
aja. Ngga perlu lah semua hal dibahas ke teman-teman. Toh beberapa hal pasti
akan sangat membutuhkan privasi untuk dibahas.
Untuk
hubungan dan komunikasi dengan pasangan, ini buatku sangat special. Kenapa sangat
special, tentu saja karena pada saat aku memutuskan menerima seseorang sebagai pendampingku,
aku harus belajar mencintainya seperti aku mencintai diriku sendiri. Sehingga meski
mungkin aku bisa menutup diri dari orang lain, namun kepada pasangan aku tidak
bisa dan tidak boleh melakukan itu.
Sehingga
dari awal hubungan kami aku selalu berusaha untuk tidak menutupi apapun kepada
pasangan. Bila aku kesal dengan sikapnya, aku pasti akan mengatakan
blak-blakan. Aku bukan tipe orang yang memberikan “kode-kodean” kepada orang dekat.
Karena aku tau begitu aku main “kode-kodean” dan dia tidak paham, maka kesalahpahaman
diantara kami akan semakin parah, dan itu pasti malah akan memperburuk keadaan.
Aku pun
memiliki prinsip, bila kami sedang bermasalah, kami harus menyelesaikannya
sebelum kami tertidur. Karena kalau lewat dari hari itu, belum tentu lagi kami
memiliki hari esok untuk menyelesaikan kesalahpahaman diantara kami. Apalagi aku
dan pasanganku sekarang sedang menjalani hubungan jarak jauh.
Mungkin
karena garis batas yang sangat tegas yang aku berikan pada setiap level pertemananku,
aku pun menjadi mengharapkan hal yang sama dari pasangan. Aku mengharap
keterbukaan dari dirinya kepadaku. Karena bagaimanapun pada saat kami berkomitmen
untuk berjalan bersama, maka sudah selayaknya kami harus berbagi suka dan duka
bersama.
Bila
dia sedang dalam fase kebosanan terhadap hubungan kami pun aku sangat
mengharapkan dia bisa mengatakan dengan jelas apa yang dia harapkan untuk
diperbaiki bersama.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan