Tahun
2020 bahkan belum melewati hari ke-20, tapi dalam waktu yang singkat ini aku
sudah mendapat kabar berpulangnya beberapa orang ke rumah Tuhan a.k.a
meninggal.
Kabar
pertama aku dapat dari berpulangnya artis Ria Irawan. Meski aku lebih banyak
mengenalnya lewat karya dan lewat berita, namun karena kedekatan Mba Ria dengan
beberapa orang teman dekatku, juga karena aku pernah membantunya sebagai
volunteer di pemutaran film yang di sutradarainya. Jadi sedikit banyak aku juga
merasa kehilangan.
Kabar
berikutnya, bukan dari kenalanku sih, tapi kenalan lama dari teman-temanku di
WAG. Jadilah waktu itu kami membahas tentang kehidupan dan kematian di WAG. Plus
mengenang kembali sahabat-sahabat kami yang sudah mendahului. Pokoknya hari itu
jadi gloomy banget di WAG.
Lalu
3 hari lalu, mendadak mendapat kabar bahwa salah seorang warga lingkungan
akhirnya juga dipanggil Tuhan setelah menderita sakit selama kurang-lebih 3 bulan.
Padahal baru saja aku berpikir untuk menjenguknya lagi sambil membawakan paket
jeruk Imlek. Ehhh pesanan paket jeruk Imleknya belum datang, orangnya sudah
dipanggil Tuhan.
Dan untuk
kabar meninggalnya tante ini, cukup membuat terpukul keluargaku. Karena kebetulan
tante ini sangat perhatian dengan nenekku. Dulu setiap nenekku punya acara di
rumah atau ulang tahun atau sakit, tante ini yang sibuk mengkoordinir
orang-orang lingkunganku untuk datang. Makanya waktu mendengar tante ini sakit,
nenekku paling cerewet mengingatkan kami untuk menjenguk beliau. Nenekku pun
sebenarnya ingin sekali menjenguk si tante ini ketika ia sakit, sayang kondisi
fisik nenekku pun sudah tidak memungkinkan, sehingga aku melarangnya untuk ikut
menjenguk.
Kabar
terakhir yang tidak kalah membuat lemas, tentu saja kepergian selamanya artis
senior Ade Irawan, yang adalah ibu kandung dari Mba Ria Irawan, yang hanya
berselang 12 hari dari meninggalnya sang putri Ria Irawan.
***
Dalam
sebuah kehidupan tidak pernah ada hal yang pasti, kecuali perubahan dan kematian.
Semua hal yang HIDUP pasti akan MATI. Mau manusia, mau hewan, mau tumbuhan,
pokoknya semua yang HIDUP pasti akan MATI pada waktunya. Nah waktunya kapan,
dan caranya seperti apa yah ngga tau. Cuma Tuhan yang tau.
Bagi
aku sendiri, sebagai seseorang yang (masih) hidup dengan depresi dan pernah
mengalami “MATI” secara psikis dan iman, KEMATIAN secara fisik bukan hal yang
menakutkan lagi. Bagiku kematian mungkin hanya seperti tidur yang sangat amat lelap.
Yang saking lelapnya, seluruh indraku sudah tidak akan merasakan apapun lagi. Begitu
nyaman, begitu damai.
Yang
aku pikirkan saat ini hanyalah bagaimana aku akan mati nanti? dan kapan aku
akan mati?
Seperti
yang banyak orang ketahui, depresi adalah salah satu masalah kesehatan mental
yang bisa membuat penderitanya bunuh diri. Sehingga dua pertanyaaan diatas
sebenarnya bisa saja aku rancang sendiri, dan aku tentukan sendiri. Tapi aku
masih seseorang yang mengakui Tuhan sebagai pemilik seutuhnya dari hidupku. Sehingga
meskipun dulu aku pernah 3x mencoba bunuh diri, dan terkadang kembali berpikir
untuk bunuh diri, tapi aku sudah tidak berani melakukannya lagi. Aku tidak
ingin mendahului kehendak Tuhan. Maka dari itu aku mati-matian berjuang
mengalahkan “si jahat” yang hidup di pikiranku. Dalam doaku setiap hari, aku
juga selalu memohon kekuatan untuk terus berjuang di jalan Tuhan.
***
KEMATIAN
hanya akan terjadi pada KEHIDUPAN.
Saat
kematian sudah bukanlah hal yang menakutkan, makanya ketakutan berikutnya justru
pada KEHIDUPAN itu sendiri. Yah aku adalah orang yang takut pada KEHIDUPAN. Aku
takut untuk hidup terlalu lama atau terlalu tua. Aku takut setelah berjuang mati-matian,
dan menghabiskan banyak waktu dan biaya namun “Si Jahat” tetap saja memenangkan
pertarungan ini. Aku takut hidup sendiri. Aku takut hidup menyusahkan orang
lain. Intinya aku takut hidup.
Tapi
KEHIDUPAN adalah proses menuju KEMATIAN. Saat kematian menjadi hal yang pasti,
maka yang harus kita jalani adalah KEHIDUPAN.
Lewat
berbagai sharing iman dan pengalaman spiritual, aku menemukan bahwa yah KEHIDUPAN
adalah sebuah PERJALANAN. Bila kita ingin sebuah kematian yang indah dan
nyaman, maka kita harus menyiapkan kematian itu dengan memberikan keindahan dan
kenyamanan dalam hidup kita dengan melakukan banyak kebaikan. Dan kita bisa
melihat keindahan dan merasa nyaman dalam hidup saat kita bisa bersyukur atas
semua yang Tuhan berikan.
Setiap
PERJALANAN pasti memiliki JARAK TEMPUH. Sayangnya jarak tempuh yang kita punya
dalam perjalanan kehidupan hanya Tuhan juga yang tau. Dan pastinya masing-masing
orang memiliki JARAK TEMPUH yang berbeda-beda. Namun bila seseorang sudah
berhasil membuat dirinya sendiri merasa nyaman dalam perjalanan kehidupan,
pastinya jarak tempuh akan menjadi tidak terasa lagi. Tau-tau sudah sampai
tujuan. Tau-tau perjalanan kehidupan kita sudah berakhir.
Inilah
yang membuatku setiap hari berusaha memberikan rasa nyaman pada diriku sendiri
dengan belajar mensyukuri segala hal yang aku miliki. Aku pun berusaha menikmati
waktuku bersama orang-orang tercinta. Karena aku tidak tau sampai kapan aku
bisa bersama dengan mereka.
Grey_S
No comments:
Post a Comment