Kemarin sore aku mendapat telepon dari nomor yang tidak aku kenal. Aku kira siapa, ternyata hanya Marketing Credit Card dari salah satu Bank lokal. Ketika dia mulai menawarkan product kartunya, saya langsung menolak mentah-mentah, sambil menjelaskan alasannya. Tapi ternyata anak ini cukup gigih untuk merayuku.
Meskipun aku sudah bilang, aku tidak butuh Credit Card lagi, dan aku juga akan pindah ke luar negeri bulan depan. Anak ini tetap saja membujukku. Ada beberapa kali dia bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaanku, tapi dia tetap berusaha menelponku lagi, dan lagi. Mencoba menjelaskan keuntungan-keuntungan dari kartu tersebut. Bahkan ketika aku bertanya bagaimana dengan Annual Fee-nya, dia dengan yakin menawarkan diri membayarkan annual fee untukku asal aku mau mengajukan aplikasi.
Akhirnya aku menyerah pada kegigihan anak ini. Aku biarkan dia datang ke kantor Om-ku yang aku akui sebagai kantorku juga. Setelah bertemu dengannya, aku menjadi semakin kagum. Dia baru lulus SMU bulan kemarin. Artinya dia hanya sedikit lebih tua dari adikku. Aku bertanya kenapa dia tidak kuliah, dia bilang mungkin tahun depan, masih mengumpulkan biaya. Dia juga datang ke tempatku dengan membawa banyak souvenir untuk para pengisi aplikasi Credit Card tersebut.
Bicaranya masih gagap dan kurang meyakinkan, tapi dia tidak berhenti meyakinkan aku untuk tetap mengisi aplikasi tersebut. Dia juga tidak berhenti mencari, ketika berkali-kali tersesat saat mencari alamatku. Aku yakin, bila dia terus segigih hari ini, dia bisa menjadi seorang Top Leader di perusahaan apapun yang dia jalankan.
Seandainya saja semua anak muda segigih dia, mungkin Indonesia tidak akan menjadi negara miskin lagi. Seandainya saja dulu aku segigih dia, mungkin saat ini aku bisa membantu membiayai kuliah adikku. Aku bisa membantu keuangan keluargaku.
Tapi sekarang sudah bukan saatnya berandai-andai. Aku harus bisa belajar dari anak itu. Kelak di pekerjaan baruku, aku tidak boleh mudah menyerah lagi, apalagi menyerah hanya karena keadaan. Dan aku juga berharap, agar semua yang membaca Blog ini, bisa belajar dari anak itu...
GreyS
Meskipun aku sudah bilang, aku tidak butuh Credit Card lagi, dan aku juga akan pindah ke luar negeri bulan depan. Anak ini tetap saja membujukku. Ada beberapa kali dia bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaanku, tapi dia tetap berusaha menelponku lagi, dan lagi. Mencoba menjelaskan keuntungan-keuntungan dari kartu tersebut. Bahkan ketika aku bertanya bagaimana dengan Annual Fee-nya, dia dengan yakin menawarkan diri membayarkan annual fee untukku asal aku mau mengajukan aplikasi.
Akhirnya aku menyerah pada kegigihan anak ini. Aku biarkan dia datang ke kantor Om-ku yang aku akui sebagai kantorku juga. Setelah bertemu dengannya, aku menjadi semakin kagum. Dia baru lulus SMU bulan kemarin. Artinya dia hanya sedikit lebih tua dari adikku. Aku bertanya kenapa dia tidak kuliah, dia bilang mungkin tahun depan, masih mengumpulkan biaya. Dia juga datang ke tempatku dengan membawa banyak souvenir untuk para pengisi aplikasi Credit Card tersebut.
Bicaranya masih gagap dan kurang meyakinkan, tapi dia tidak berhenti meyakinkan aku untuk tetap mengisi aplikasi tersebut. Dia juga tidak berhenti mencari, ketika berkali-kali tersesat saat mencari alamatku. Aku yakin, bila dia terus segigih hari ini, dia bisa menjadi seorang Top Leader di perusahaan apapun yang dia jalankan.
Seandainya saja semua anak muda segigih dia, mungkin Indonesia tidak akan menjadi negara miskin lagi. Seandainya saja dulu aku segigih dia, mungkin saat ini aku bisa membantu membiayai kuliah adikku. Aku bisa membantu keuangan keluargaku.
Tapi sekarang sudah bukan saatnya berandai-andai. Aku harus bisa belajar dari anak itu. Kelak di pekerjaan baruku, aku tidak boleh mudah menyerah lagi, apalagi menyerah hanya karena keadaan. Dan aku juga berharap, agar semua yang membaca Blog ini, bisa belajar dari anak itu...
GreyS
No comments:
Post a Comment