Wednesday, November 26, 2008

Kenapa Androgyne???

Baru beberapa hari aku mengganti profile blog-ku dari “seorang Trans” menjadi “seorang Androgyne”, sudah ada beberapa orang yang menanyakan kenapa diganti. Agak sulit memang menjawab pertanyaan mereka. Makanya aku memilih memberi penjelasan langsung lewat Blog.

Aku mengakui diriku Androgyne, bukan secara tiba-tiba tapi melalui sebuah perjalanan panjang. Dari kecil aku kan memang sudah merasa berbeda dari anak-anak lainnya, seperti yang pernah aku ceritakan dulu. Aku memang merasa diriku adalah pria yang terjebak di tubuh wanita, tapi aku juga bukan seperti para Transgender lainya yang memiliki fisik & psikis yang benar-benar seperti pria hanya minus “Mr. P”. Aku masih memiliki sisi feminine, sehingga dalam diriku ada perpaduan sifat antara feminin dan maskulin.

Tubuhku masih seperti layaknya wanita, dengan suara yang “Sopran”. Tidak tanggung-tanggung lagi, suaraku itu Sopran 1 (nada tertinggi di Choir). Aku masih suka dandan, meski cuma alakadarnya saja. Bisa dibilang aku orang yang sangat menjaga penampilan, terutama rambut. Aku paling tidak suka kalo rambut sampai acak-acakan parah. Makanya sampai sekarang kalau urusan rambut, aku sampai punya hair stylist langganan. Selain sama dia, jangan harap aku mau potong rambut. Aku juga masih suka menghabiskan waktu di Spa. Meski tidak bisa sering-sering.

Aku juga tidak suka kalo sampai mengalami bau badan. Makanya di lemari aku, ada beberapa jenis parfum. Ada yang for men, ada yang for women. Yang for women seh biasanya cuma buat disemprot di bantal, agar aku bisa tidur dengan tenang. Selain itu semua, aku juga masih hobi masak, mengurus anak kecil, dan mengatur rumah.

Meski aku juga punya sifat maskulin dari seorang pria. Aku egois dan cuek layaknya seorang pria. Aku selalu tidak nyaman dengan baju-baju wanita. Aku tidak suka shopping baju, aku sukanya berlama-lama di toko electronic. Aku tidak pernah mengerti fashion terbaru, tapi aku selalu rajin mencari tahu tentang gadget terbaru. Aku tidak suka berlama-lama ke mall, kecuali ada café murah yang memberikan Free WiFi. Aku lebih suka berlama-lama di bengkel, memoles mobilku dari pada ke salon memoles diri.

Sebelum aku mengerti istilah Androgyne, aku selalu berpikir, seandainya aku seorang pria, pastilah aku ini tipe “pria Metrosexual”. Pria yang selalu menjaga penampilan. Dan sebagai seorang wanita, aku tidak terlalu membutuhkan pria, karena aku juga memiliki sisi seorang pria dalam diriku. Bahkan mantan gebetanku dulu pernah bilang "Sebagai wanita, kamu terlalu macho. Tapi sebagai pria, kamu terlalu lembut."

Sebelumnya juga semua teman-teman aku mengatakan, aku ini bukan masuk ke dalam kelompok Transgender, aku adalah androgyne. Tapi sebelumnya aku tidak pernah percaya. Mind set-ku masih percaya bahwa di dunia cuma ada 2 jenis gender, pria dan wanita. Aku lupa bahwa di dunia akan selalu ada pihak ke-3 atau pihak yang abu-abu, dalam hal ini Androgyne. Yang disebut juga the third gender.

Aku browsing tentang androgyne, karena ada seseorang yang tidak mengerti istilah Androgyne, dan aku juga tidak bisa menjelaskannya. Makanya aku sengaja cari tahu tentang Androgyne. Dan hasil browsingan itu sudah aku posting dan bisa dibaca di halaman sebelumnya.

Sekarang bila ada yang bertanya aku lesbian tipe apa, aku akan bilang "I'm no label" . Tapi kalau ada yang bertanya " Kamu sebenernya cewe atau cowo seh??" aku pasti akan menjawab "I'm an Androgyne."


GreyS

Sunday, November 23, 2008

Review awal dari perjalanan seorang Grey

Mengikuti perjalanan seorang Grey, aku seperti berjalan dengan kakinya, memandang dengan matanya, dan merasakan dengan hatinya.”

Itu kata seorang teman yang merekomendasikan Blog aku di The Planets Sepoci Kopi. Aku sungguh tersanjung dengan rekomndasi-nya. Sebenarnya aku belum mengenal teman yang merekomendasikan aku itu. Tapi sepertinya, hanya dengan membaca tulisan-tulisanku, dia sudah mengenal aku jauh. Bahkan lebih jauh dari orang-orang terdekatku.

Saat aku mulai membuat Blog, aku tidak pernah berpikir untuk di publikasikan. Aku tidak pernah berpikir akan mendapatkan teman dari Blog ini. Aku hanya ingin belajar menuangkan perasaan dalam sebuah tulisan meski tulisanku masih berantakan dan pastinya bukan sebuah karya sastra. Saat itu aku sudah tidak bisa lagi memendam semua perasaan hanya dalam hati. Aku lelah.

Setelah aku berhasil membuka diri dengan tulisan-tulisanku. Aku merasa lebih tenang. Seperti ada beban yang terangkat dari dadaku meski belum semua beban berhasil aku lepaskan. Dengan mengambil pelajaran lebih banyak dari lesbian-lesbian senior, aku mulai lebih berani untuk mengakui perbedaanku. Dengan lebih banyak berdoa dan berpasrah dengan kehendak Tuhan, aku mulai mengerti arti kehidupanku. Segala sesuatu yang sebelumnya menjadi misteri dan tanda tanya besar dalam hidupku, perlahan tapi pasti mulai terjawab.

Dengan tulisanku hari ini, aku ingin berterima kasih pada Sidney yang telah merekomendasikan Perjalanan Grey di The Planet Sepoci Kopi. Juga kepada semua teman-teman lainnya yang selalu mendukung dan menyemangati aku sampai saat ini. Terima kasih juga atas nasehat-nasehat yang sering kalian berikan, disaat aku dalam kebingungan dan hilang arah. Dengan dukungan kalian aku pasti bisa menjadi orang yang lebih baik lagi di akhir perjalanan aku nanti.



GreyS

Saturday, November 22, 2008

THE ANDROGYNE (The Third Gender Classification)

Androgyny
For other uses, see Androgyny (disambiguation).

Androgyny is a term derived from the Greek words (anér, meaning man) and (gyné, meaning woman) that can refer to either of two related concepts about gender. Either the mixing of masculine and feminine characteristics, be it fashion statements, or the balance of "anima and animus" in psychoanalytic theory.

The Online Etymology Dictionary dates its appearance in English to 1552, although it is sometimes (wrongly) claimed to have been coined by Prof. Sandra Bem, who helped to popularize the concept.

An androgyne in terms of gender identity, is a person who does not fit cleanly into the typical masculine and feminine gender roles of their society. They may also use the term ambigender to describe themselves. Many androgynies identify as being mentally "between" woman and man, or as entirely genderless. They may class themselves as non-gendered, gender-neutral, a gendered, between genders, Inter gendered, bi gendered or, gender fluid

Androgyne was once used as a synonym for hermaphrodite, a term since replaced by the word inter sex

Prof. Sandra Bem's work on androgyny preceded the current widespread use of the term as a gender identity, and uses the term more in terms of character traits than core gender identity. She considers an androgynous balance of traits to be desirable, stating that those who are able to draw on both traditionally masculine and feminine emotions and behaviors are best able to cope with life's challenges in a well-rounded way.


Androgynous traits

Androgynous traits are those that either have no gender value, or have some aspects generally attributed to the opposite gender. Physiological androgyny (compare intersex), which deals with physical traits, is distinct from behavioral androgyny which deals with personal and social anomalies in gender, and from psychological androgyny, which is a matter of gender identity.[citation needed]

To say that a culture or relationship is androgynous is to say that it lacks rigid gender roles and that the people involved display characteristics or partake in activities traditionally associated with the other gender. The term androgynous is often used to refer to a person whose look or build make determining their gender difficult but is generally not used as a synonym for actual inter sexuality, transgender or two-spirit people. Occasionally, people who do not actually define themselves as androgynes adapt their physical appearance to look androgynous. This outward androgyny has been used as a fashion statement, and some of the milder forms of it (women wearing men's trousers/men wearing skirts, for example) are not perceived as transgender behavior.

Lesbians who don't define themselves as butch or femme may identify with various other labels including androgynous or andro for short. A few other examples include lipstick lesbian, tomboy, and 'tom suay' which is Thai for 'beautiful butch'. Some lesbians reject gender performativity labels altogether and resent their imposition by others. Note that androgynous and butch are often considered equivalent definitions, though less so in the butch/femme scene.

The recently-coined word gender queer is often used to refer to androgynes, but the terms gender queer and androgyne (or androgynous) are neither equivalent nor interchangeable. Gender queer is not specific to androgynes, does not denote gender identity, and may refer to any person, cisgender or transgender, whose behavior falls outside conventional gender norms. Furthermore, gender queer, by virtue of its linkage with queer culture, carries sociopolitical connotations that androgyne does not carry. For these reasons, some androgynes may find the label gender queer inaccurate, inapplicable, or offensive.

An androgyne may be attracted to people of any sex or gender, though many identify as pansexual or asexual. Terms such as bisexual, heterosexual, and homosexual have less meaning for androgynes who do not identify as men or women to begin with. Infrequently the words gynephilia and androphilia are used, which refer to the gender of the person someone is attracted to, and do not imply any particular gender on the part of the person who is feeling the attraction.


History of Androgyne

"The original human nature was not like the present, but different. The sexes were not two, as they are now, but originally three in number; there was man, woman, and a union of the two, having a name corresponding to this double nature, which once had a real existence, but is now lost, and the word "Androgynous" is only preserved as a term of reproach. In the second place, the primeval man was round, his back and sides forming a circle; one head with two faces looking in opposite ways, set on a round neck and precisely alike; also four ears, two privy members, and the remainder to correspond. He could walk upright as men do now, backwards or forwards as he pleased, and he could also roll over and over at a great pace.........

The man was originally the child of the Sun, and the man-woman of the Moon, which is made up of sun and earth, and they were all round and moved round and round like their parents. Terrible was their might and strength, and the thoughts of their hearts were great, and they dared to scale the heavens, and they made an attack on the Gods.

The Gods took council and Zeus discovered a way to humble their pride and improve their manners. They would continue to exist, but he cut them in two like a sorb-apple which is halved for pickling.

After the division, the two parts of man (the Androgyne), each desiring his other half, came together and throwing their arms around one another, entwined in mutual embraces, longing to grow into one; they were on the point of dying from hunger and self-neglect because they did not like to do anything apart; and when one of the halves died and the other survived, the survivor sought another mate, man or woman, as we call them--being the sections of entire men or women--and clung to that.

They were being destroyed when Zeus, in pity of them, invented a new plan. He turned the parts of generation round to the front, for this had not always been their position, and they sowed the seed no longer as hitherto like grasshoppers, in the ground, but in one another; and after the transposition the male generated in the female in order that by mutual embraces of man and woman they might breed and the race might continue; or if man came to man they might be satisfied, and rest, and go their ways to the business of life: so ancient is the desire of one another which is implanted within us, reuniting our original nature, making one of two, and healing the state of man.

Each of us, when separated, having one side only, like a flat fish, is but the identure of a man, and is always looking for his other half....and when one of them meets with his other half, the actual half of himself........the pair are lost in an amazement of love and friendship and intimacy, and one will not be out of the other's sight, as I may say, even for a moment; these are the people who pass their whole lives together; yet they could not explain what they desire of one another. For the intense yearning which each of them has for the other does not appear to be the desire of lovers' intercourse, but of something else which the soul of either evidently desires and cannot tell, and of which she has only a dark and doubtful presentiment."

Plato, "The Symposium," Benjamin Jowet, trans., Great Books of the Western World, Chapter 7, page 157.

"This charming fantasy springs from the feeling side of man, and puts into words the sense of longing that lovers experience--whether for one of the other sex or for one of their own--that goes beyond any rational explanation. Plato's Androgyne seems to be extinct, and only the myth remembered. But, of course, the myth never remotely referred to a species existing on earth fitting that description, but rather to that celestial world of the imagination where all the immortal prototypes for Creation have always existed. The prototypes, like so many ideas conceived in the brilliance of pure inspirations, go through successively disappointing transformations until they are brought forth as mere shadows of the original conception. So it is with the Androgyne, who arose in the collective unconscious of the human race as an archetype; that is, as a dark intimation of a potentiality, never fully to be realized."

June Singer, "Androgyny: Toward a New Theory of Sexuality," by June Singer.

DJ: As I think of this information, I think of the Tower of Babel, and the "One Language, One Speech" that was the basis for the building of a structure that could reach unto heaven. Personally, I am led also to consider the presence of Jacob's Ladder (a portal into heaven), which gives a little plug for my namesake!

The Reconnections have taught us about this "Being of One Mind/ One Soul" in their exposition on "The Living Language of Light." There are also those who suggest that sexuality, itself--which tends to coax up one's energy, and move two (or more) individuals toward a culmination of "one mind/one soul" (climax) is the original "forbidden fruit" that led us toward a uniting of humanity with the divine............albeit on a premature level........and was, therefore, frowned upon. And it is still frowned upon, in many circles. Add to that the more androgynous manifestations of homosexuality, and the acceptance of same, and we can easily see why all the "taboos" are being applied in our current hyper-masculine (reasoning) and structure-addicted society.

June Singer continues:

"Today, we recognize two sexes on this earth, male and female, but the image of the Androgyne is impressed on the psyche as a dominant of the collective unconscious. Its existence is proved by the fact that it emerges from time to time in a multiplicity of guises, and in every part of the world.

Plato's Androgyne suggests, from a psychological point of view, why human beings seem to need each other in a way that goes beyond the demands of pure sexuality or reproduction, of companionship or of society necessity. Do not lovers say to each other, "I am lost without you, incomplete. With you I feel fulfilled. I experience a sense of union when we are together."

Of course, the kind of love that I am making reference to is a symbiotic relationship, a relationship of mutual dependence where each person fills very basic needs for the other. Each is the other half of the sorb-apple, so to speak, and one without the other is not a complete person." ("Androygyny," by June Singer)

DJ: The Reconnections give us teachings regarding this newly forming Being, called "The Hermetic Oneself." Walking within a specified portion of the 3D Template, this Being forms a bridge between the "fantasy" longing of Plato's Writings, and the reality base within which we function now, albeit with great difficulty and frustration.

The emerging energy of this Hermetic Oneself--who contains and embraces both "sides" of the Collective Self, while still physically embodying only one side--is a powerful figure indeed. In a sense, he is both Jesus and Magdalene combined into one. The term "Hermaphrodite," which is also commonly employed in this sense, suggests that very thing: Children of Zeus, brother and sister, Hermes (male) and Aphrodite (female), combined into ONE SOUL.

Is it any wonder that human relationships are in a state of transition at this time? Is it so nebulous to understand why the "nuclear family" is exploding? Our souls are dilating, in order to encompass some new truth, or form of truth, that is starting to be realized in some part of the Collective--even as so many other parts are trying desperately to preserve the status quo, by calling everyone back to the "familiar" (family-like) roles and expectations--which haven't worked till now, and would not work if re-employed, simply because they are incomplete in their essence.

As the Venus Energy expands, our thinking and practices around love and relationship must expand with it, or we will be headed for serious disruption. Dialogue on these changes (sex, relationship, society, child-rearing, financial health, and many more) are desperately needed. If you have ideas on this, I encourage you to write me. I am open to hear, though I may not be able to respond personally in great detail. Unless I am otherwise instructed, contributions may be shared in the Research Forums or on the Web Site, anonymously and somewhat restated. I will happily quote directly, and give your name and e-mail, if you so desire.



GreyS
sumber : Google wikipedia


PS : If someone asked me "What's your label??" I will say "I'm Androgyne but no label."

Saturday, November 15, 2008

College Perk Cafe


Sudah 3 minggu berturut-turut aku habiskan malam minggu-ku di College Perk Café. Sebuah Café kecil di lobby asrama tempat aku tinggal selama di Beijing. Sebenarnya café ini biasa saja, tapi karena murah meriah dan menyediakan free Wi Fi untuk para pengunjung, membuat café ini selalu ramai setiap harinya.

Aku sendiri di Jakarta, jarang sekali (kalau tidak mau di bilang hampir tidak pernah) menghabiskan waktu di café. Memang selama di Jakarta, selain Starbuck aku belum menemukan café senyaman College Perk Café. Starbuck pun yang paling nyaman buat aku hanya yang di Puri Mall. Tapi kalau sering-sering ke Starbuck bisa jebol dompet aku.

Di College Perk Café ini, selain murah meriah dan free Wi Fi, juga nyaman buat belajar atau sekedar ngobrol-ngobrol. Lampu yang temaram membuat café ini berkesan romantis. Lagu yang diputar tidak terlalu berisik, sehingga tidak mengganggu konsentrasi. Jendela yang tembus pandang membuat pandangan ke depan bebas lepas. Aku bisa melihat orang-orang, dari aneka negara, berlalu lalang di depan asramaku. Juga bisa melihat orang-orang keluar masuk café ini untuk berbagai macam tujuan. Ada yang belajar, kerja, pacaran, sekedar ngobrol-ngobrol, atau main internet.

Aku tidak pernah puas kalau tidak menghabiskan waktu berlama-lama disini. College Perk Café-ku tersayang. Seandainya di Jakarta ada café senyaman dan semurah café ini.



GreyS

Tuesday, November 11, 2008

Suzhou, Hangzhou dan Shanghai



Suzhou : Kota air dan Sutra

Setelah perjalanan yang melelahkan selama + 10 jam, akhirnya pagi ini kami (aku & rombongan sekolah) tiba di Suzhou, kota pertama dalam Study Trip kami selama beberapa hari ke depan. Dari station kereta Suzhou, kami langsung ke hotel untuk sekedar cuci muka, sikat gigi, breakfast dan menyimpan barang-barang.

Setelah selesai breakfast kami langsung diajak ke Wang shi yuan (Master of the Fishing Net Classical Garden) adalah taman yang dibangun pada jaman Dynasty Song (960 – 1279) ini sejak tahun 1997 di masukan ke daftar situs UNESCO World Heritage dan dibuat tiruannya di Ming Hall Garden of the Metropolitan Museum of Art in New York. Meski dari luar terkesan kumuh dan terletak di jalan kecil, tapi ternyata dalamnya cukup bagus dan kesan kuno-nya tidak hilang. Disitu juga ada beberapa benda-benda bersejarah, sayangnya karena melihat taman yang bagus, kami jadi lebih tertarik foto-foto dari pada mendengarkan cerita Guide yang tidak terlalu kami mengerti.

Setelah dari Wang Shi Yuan, kami diajak makan siang di daerah Silk Factory. Sehingga setelah selesai makan siang, kami hanya perlu berjalan kaki sebentar untuk menuju ke Silk Factory. Suzhou sendiri sejak jaman Dinasti Song (960-1279) sudah terkenal dengan Silk Factory-nya.

Dalam Silk Factory ini kami di jelaskan sedikit proses pembuatan sutra. Dari masih berupa ulat, kepompong, sampai cara penenunan hingga menjadi kain. Disitu juga diadakan fashion show busana-busana dari sutra. Sayang aku telat masuk sehingga hanya melihat saat penutupan. Dibagian lain terdapat 1 area tempat mereka menjual semua hasil produksi. Ada seprai, baju, selendang, dan lain-lain. Karena harganya yang tergolong tidak terlalu mahal untuk ukuran sutra asli, akhirnya aku membeli 2 buah baju khas Shanghai untuk mamiku.

Setelah puas belanja, kami diantar untuk mengelilingi kota Suzhou dengan boat. Suzhou memang terkenal sebagai kota air, dikarenakan sebagian dari sungai YangTze mengaliri kota Suzhou. Dari sungai ini, kami melewati jembatan yang paling terkenal di Suzhou yaitu Maple Brigde.

Seorang pujangga di jaman dinasti Tang (618-907), Zhang Ji, pernah membuat puisi yang terkenal hingga saat ini. Bahkan sampai di buat sebagai lagu dan sympony oleh beberapa composer. Judulnya Feng Qiao Ye Bo atau dalam bahasa Inggris “Anchoring at night at the Maple Bridge. Di bawah ini aku tuliskan potongan kalimatnya yang paling terkenal.

枫 桥 夜 泊
feng qiao ye bo
(Anchoring at night at the Maple Bridge)
By : Zhang Ji

月 落 呜 啼, 霜 满 天
yue lao wu ti , shuang man tian
The moon goes down, a raven cries, frost fills the sky.

江 枫 渔 火, 对 愁 眼
jiang feng yu huo , dui chou yan
River maple, fishing fires, facing sadness lie.

故 苏 城 外, 寒 山 寺
gu su cheng wai, han shan si
Outside Suzhou city, the sound of Cold Mountain Temple’s midnight bell.

夜 半 钟 声, 到 客 船
ye ban zhong sheng, dao ke chuan
Reaches the visiting boat.


Hangzhou : Romantic City

Perjalanan menuju Shanghai, bila melalui Suzhou tidak akan lengkap tanpa singgah sebentar di Hangzhou. Banyak orang menyebut Hangzhou sebagai Romantic City atau Paradise in World. Bahkan seorang penjelajah Italia, Marco Polo, pernah menyebut Hanzhou sebagai "the most splendid heavenly city in the world". Karena disini banyak taman dan tempat rekreasi yang bisa dikunjungi oleh pasangan atau keluarga yang ingin menghabiskan waktu di akhir pekan. Dan lagi 2 legenda cinta sepanjang masa, Legenda Ular Putih dan SamPek EngTay, berasal dari kota ini.

Selama 1 hari 1 malam kami di HangZhou, kami di ajak ke Xihu (West Lake). Konon danau ini terbentuk karena mutiara Mahadewa Langit jatuh ke bumi dan dalam Legenda Ular Putih, danau ini adalah tempat pertemuan pertama Bai Su Xhen dan Xu Xian.

Ditepi West Lake juga terdapat sebuah Pagoda yang disebut Lei Feng Pagoda. Konon pagoda tersebut adalah pagoda yang di gunakan untuk memenjarakan Bai Su Zhen. Pagoda Lei sendiri Feng dibangun pada tahun 975. Penyair-penyair China dimasa lalu sering membuat puisi yang terinspirasi dari West Lake dan Pagoda Lei Feng ini. Salah seorang penyair yang terinspirasi dari keindahan danau ini adalah Su Dong Po, seorang penyair ternama di masa Dynasty Song (960-1127).

Disekitar West Lake terdapat sebuah gunung yang disebut Gunung LongJing. Gunung LongJing ini terkenal dengan perkebunan Teh Hijau-nya. Daun the hijau LongJing sungguh lembut dan datar. Sehingga saat kita merebus daun teh tersebut di suhu 80’ C, daun teh tersebut akan mengembang. Sari tehnya akan berwarna kuning kegelapan, akan mengeluarkan aroma yang manis, dan mellow. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa XiHu LongJing Tea terkenal akan 4 keajaibannya, yaitu green color, sweet smell, mellow taste dan beautiful shape. Namun kalau kita ingin menikmati XiHu LongJing Tea ini, kita harus berani merogoh kocek sekitar 150 – 300 RMB untuk 1 paket teh.

Disisi lain kota Hangzhou terdapat sebuah kota tua yang dijadikan objek wisata dan museum. Wen Zhou nama daerah itu. Berkunjung ke Wen Zhou seakan-akan sedang berada di Venesia karena Wen Zhou dibangun di pinggiran sungai Yang Tse. Kita bisa naik perahu untuk mengelilingi tempat tersebut. Dan biasanya saat kita naik tukang perahu akan menyanyikan lagu-lagu daerah. Biaya untuk menyewa perahu tergolong murah 80 RMB sekali jalan. Sedangkan perahu tersebut bisa dimuati 7-8 orang. Sebagian rumah di Wenzhou masih dihuni dan sebagian lagi di jadikan Museum. Daerah ini juga sering di jadikan background dalam film-film China kuno atau film-film kungfu.


Shanghai : Kota modern

Dari Hangzhou ke Shanghai tidak membutuhkan waktu perjalanan yang panjang. Hanya 2 jam menggunakan bus. Sayangnya di Shanghai ini aku tidak terlalu mempunyai kesan yang dalam, selain gedung-gedungnya yang Futuristik dan Xiao Long Bao-nya yang benar-benar enak (aku belum pernah makan Xiao Long Bao seenak di ShangHai). Selebihnya Shanghai tidak berbeda dengan kota-kota besar lainnya. macet dan semrawut. Apalagi selama disana kami diberikan waktu bebas, sehingga aku dan teman-teman hanya pergi dari 1 pub ke pub lainnya.

Namun ada 1 tempat perbelanjaan, aku lupa menanyakan namanya, tempat itu pusat perbelanjaan seperti Pasar Baru yang dibangun dengan gaya Istana Kaisar jaman dahulu. Bahkan Starbuck café-nya juga berbentuk Istana kekaisaran. Di belakang pusat perbelanjaan tersebut juga ada taman yang sangat indah dengan arsitektur kuno.



GreyS.

Sunday, November 9, 2008

Mid Test

Sabtu, 1 November 2008 – 5 hari menjelang Mid Test
Mulai hari ini aku tidak mau kemana-mana. Aku juga mau mengurangi jatah browsing dan chatting. Aku mau belajar seharian di kamar.

Tapi hari ini kan sabtu, bosan ah kalau belajar di kamar terus-terusan.

Ya sudah, turun deh belajar di College Perk Café. Kalau hari biasa kan ramai, mumpung hari sabtu sepi.”

Dan akhirnya di College Perk Café yang free internet, tetap saja aku lebih banyak browsing internet dan memperhatikan orang lalu lalang daripada belajar.


Minggu, 2 November 2008 – 4 hari menjelang Mid Test
Hari ini pulang gereja, aku mau langsung belajar.”

Tapi setelah pulang gereja kan cape, kalau cape kan tidak bisa belajar dengan baik.”

Ya sudah, setelah pulang gereja tidur siang dulu sebentar, makan trus langsung belajar.

Dan akhirnya aku malah tidur kebablasan sampe malam.


Senin, 3 November 2008 – 3 hari menjelang Mid Test
Mulai hari ini aku tidak main Tennis dulu sementara waktu. Aku mau belajar.”

Tapi ngantuk. Bobo dulu ah sebentar.”

Dan aku kebablasan lagi….


Selasa, 4 November 2008 – 2 hari menjelang Mid Test
Aku harus mulai review semua pelajaran.”

Tapi aku harus check e-mail dan kurs penutupan hari ini dulu. Buka internet dulu deh sebentar.”

Dan sebentarnya aku buka internet itu artinya 2 jam…


Rabu, 5 November 2008 – 1 hari menjelang Mid Test
Arhggggg…… Mid Test tinggal besok. Aku belum selesai review semuanya. Mana tadi siang tidak bisa mengerjakan latihan soal. Mana masih banyak character huruf yang belum aku hafal. ”

T I D A KKKKKKKK ……

Buku-buku segera aku persiapkan.
Buku pertama aku buka-buka kembali. (Buka doang)
Buku kedua aku coba selesaikan latihan-latihannya. (Sebisanya doang)

Tugas-tugas sebelumnya aku check kembali.
Masih ada yang salahkah, bagaimana waktu itu aku mengerjakannya.

Contoh soal buat ujian, aku coba selesaikan lagi.
(Tapi ga selesai-selesai, sampai jam 1 pagi)


Akhirnya Sistem Kebut Semalam digunakan lagi….



GreyS