Hari ini adalah salah satu hari paling penting bagi umat Kristiani sedunia karena merupakan hari peringatan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Umat Kristiani percaya tanpa adanya sengsara dan wafat Yesus, tidak akan ada kebangkitan, dan pastinya tidak akan ada juga keselamatan bagi umat manusia.
Hari ini semua orang yang mengaku sebagai umat Kristiani diwajibkan mengikuti ibadat untuk merenungkan sengsara dan wafat Yesus. Dan sebagai salah seorang dari umat Kristiani tersebut, aku juga pergi ke tempat ibadat untuk mengikuti misa.
Seperti misa Jumat Agung biasa, bacaan Injil-nya menceritakan mulai dari saat Yesus berdoa di taman Getsemani, dikhianati oleh Yudas, ditangkap, diadili dengan sewenang-wenang, ditolak, dihina, disiksa, dimahkotai duri, hingga disalibkan dan wafat di kayu salib. Mungkin bagi yang pernah menonton film the Passion of Christ, bisa membayangkan situasi saat itu. Aku pribadi sejak kecil sudah tersentuh saat mendengar bacaan dari kisah ini, apalagi sewaktu menonton film the Passion of Christ sampai sesak napas rasanya menahan air mata.
Aku belum pernah mencoba memanggul kayu salib, tapi pastinya berat sekali. Kalau tidak mana mungkin ketika di berdirikan, dia kuat menahan berat badan manusia. Aku belum pernah di cambuk dan dimahkotai duri, tapi pastinya sakit dan perih sekali. Secara orang kena tampar saja sudah terasa sakit. Meski aku sudah pernah beberapa kali mendapat perlakuan tidak adil, tapi aku tidak pernah sampai di siksa secara fisik seperti itu. Sehingga sebagai orang biasa, aku tidak pernah bisa membayangkan diriku berada di posisi Yesus saat itu. Dan Yesus menderita seperti itu tentu saja untuk menebus dosa-dosa manusia. Tapi aku tidak akan mencoba menuliskan apalagi menasehati tentang dosa. Aku belum jadi manusia suci yang pantas berbicara tentang dosa. Aku hanya ingin berbagi sedikit cerita tentang perenunganku beberapa hari ini.
Mungkin karena stress dengan pelajaran dan kelelahan, akhir-akhir ini aku jadi sedikit sensi (again). Tiba-tiba saja semua masalah yang sudah lama lewat teringat lagi di benakku. Kekhawatiran-kekhawatiranku akan masa depan juga muncul lagi. Dan buntut-buntutnya aku jadi sakit, tidak konsentrasi belajar, tidak bisa tidur, malas makan dan lain-lain. Intinya depresi-ku kambuh. Aku jadi mempertanyakan lagi apa maksud Tuhan memberikan semua cobaan ini kepadaku. Bagiku cobaan-cobaan yang aku alami terlalu berat dan tidak adil.
Tapi hari ini aku di peringatkan kembali tentang Salib kehidupan. Semua orang memiliki salib kehidupannya masing-masing. Dan pastinya semua salib di kehidupan kita tidak ada yang seberat yang Yesus tanggung, karena sesuai dengan janjiNya, Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatNya. Tapi mengapa kita (aku) sering kali mengeluh tentang salib kehidupan kita??
Setiap masalah memang menyakitkan saat kita menghadapinya, tapi bukankah setelah masalah itu berlalu dan kita sudah bisa menengok ke belakang, pasti ada hikmah dari masalah tersebut yang bisa kita ambil sebagai pelajaran berharga?? Ingat rahasia Tuhan tidak bisa dipahami dengan mudah.
“Yesus, Tuhanku…. Di dalam kemelut hati ini, aku tidak ingin menuntut hidup mulus tanpa gelombang. Memanggul salib itulah tugasku sebagai pengikutMu, bukannya lari menghindar. Namun Tuhan, saat aku tidak mengerti jalanMu, tunjukkanlah jalan arah rencanaMu.”
Grey_S
Hari ini semua orang yang mengaku sebagai umat Kristiani diwajibkan mengikuti ibadat untuk merenungkan sengsara dan wafat Yesus. Dan sebagai salah seorang dari umat Kristiani tersebut, aku juga pergi ke tempat ibadat untuk mengikuti misa.
Seperti misa Jumat Agung biasa, bacaan Injil-nya menceritakan mulai dari saat Yesus berdoa di taman Getsemani, dikhianati oleh Yudas, ditangkap, diadili dengan sewenang-wenang, ditolak, dihina, disiksa, dimahkotai duri, hingga disalibkan dan wafat di kayu salib. Mungkin bagi yang pernah menonton film the Passion of Christ, bisa membayangkan situasi saat itu. Aku pribadi sejak kecil sudah tersentuh saat mendengar bacaan dari kisah ini, apalagi sewaktu menonton film the Passion of Christ sampai sesak napas rasanya menahan air mata.
Aku belum pernah mencoba memanggul kayu salib, tapi pastinya berat sekali. Kalau tidak mana mungkin ketika di berdirikan, dia kuat menahan berat badan manusia. Aku belum pernah di cambuk dan dimahkotai duri, tapi pastinya sakit dan perih sekali. Secara orang kena tampar saja sudah terasa sakit. Meski aku sudah pernah beberapa kali mendapat perlakuan tidak adil, tapi aku tidak pernah sampai di siksa secara fisik seperti itu. Sehingga sebagai orang biasa, aku tidak pernah bisa membayangkan diriku berada di posisi Yesus saat itu. Dan Yesus menderita seperti itu tentu saja untuk menebus dosa-dosa manusia. Tapi aku tidak akan mencoba menuliskan apalagi menasehati tentang dosa. Aku belum jadi manusia suci yang pantas berbicara tentang dosa. Aku hanya ingin berbagi sedikit cerita tentang perenunganku beberapa hari ini.
Mungkin karena stress dengan pelajaran dan kelelahan, akhir-akhir ini aku jadi sedikit sensi (again). Tiba-tiba saja semua masalah yang sudah lama lewat teringat lagi di benakku. Kekhawatiran-kekhawatiranku akan masa depan juga muncul lagi. Dan buntut-buntutnya aku jadi sakit, tidak konsentrasi belajar, tidak bisa tidur, malas makan dan lain-lain. Intinya depresi-ku kambuh. Aku jadi mempertanyakan lagi apa maksud Tuhan memberikan semua cobaan ini kepadaku. Bagiku cobaan-cobaan yang aku alami terlalu berat dan tidak adil.
Tapi hari ini aku di peringatkan kembali tentang Salib kehidupan. Semua orang memiliki salib kehidupannya masing-masing. Dan pastinya semua salib di kehidupan kita tidak ada yang seberat yang Yesus tanggung, karena sesuai dengan janjiNya, Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatNya. Tapi mengapa kita (aku) sering kali mengeluh tentang salib kehidupan kita??
Setiap masalah memang menyakitkan saat kita menghadapinya, tapi bukankah setelah masalah itu berlalu dan kita sudah bisa menengok ke belakang, pasti ada hikmah dari masalah tersebut yang bisa kita ambil sebagai pelajaran berharga?? Ingat rahasia Tuhan tidak bisa dipahami dengan mudah.
“Yesus, Tuhanku…. Di dalam kemelut hati ini, aku tidak ingin menuntut hidup mulus tanpa gelombang. Memanggul salib itulah tugasku sebagai pengikutMu, bukannya lari menghindar. Namun Tuhan, saat aku tidak mengerti jalanMu, tunjukkanlah jalan arah rencanaMu.”
Grey_S
No comments:
Post a Comment