Ehh
buset yah ngga berasa dong tau-tau sudah di penghujung tahun 2014 aja. Padahal
sepertinya baru kemarin, saya mengkhawatirkan seorang staff yang terpaksa harus
kerja full day di malam tahun baru. Sekarang anaknya sudah mengundurkan diri,
dan hari ini sudah malam pergantian tahun lagi.
2
jam menjelang 2015 ini, mau gw habiskan untuk merenungkan satu per satu
anugerah Tuhan yang tidak berasa namun sudah gw dapatkan di tahun 2014. Dan
pastinya gw harus segera membuat resolusi baru di tahun 2015 atas semua hal
yang sudah berhasil gw dapatkan di tahun 2014. Karena kalau tidak yah semua
pencapaian gw akan menjadi NOTHING.
Tahun
2014 ini sebenarnya menjadi tahun penuh kegalauan gw. Galau antara mau resign
(lagi) atau lanjut di kerjaan. Yes, gw memang belum merasa pekerjaan gw
sekarang adalah pekerjaan yang akan gw kerjakan seumur hidup. Yes, gw memang
belum melihat masa depan di pekerjaan gw sekarang. Sehingga gw merasa apa yang
kerjakan saat ini, yah hanya untuk saat ini.
Namun
menjadi idealis dadakan di umur gw yang sudah tidak bisa disebut abege lagi yah
juga tidak mudah. Tanggung jawab gw ke keluarga sudah cukup besar, sehingga
untuk kembali ke gaji Fresh Graduate atau posisi Junior Staff demi pekerjaan
impian gw, menjadi tidak semudah membalik telapak tangan. Mau tidak mau mulai
pertengahan 2014 kemarin aku mulai membuat Plan A, Plan B, dan seterusnya.
Salah
satu plan gw adalah mengambil ujian profesi Wakil Manager Investasi. Rencananya
kalau lulus, hasil ujian tersebut akan menjadi daya jual gw untuk mengejar
profesi impian gw yaitu analys saham di perusahaan Sekuritas. Eh.... 3x ujian,
3x ngga lulus.
Sebenarnya
gw masih semangat ujian lagi. Dan buat gw emang Nothing to lose aja sih, meski
artinya gw harus keluar uang Rp. 750,000 lagi. Nilai tersebut menjadi kecil
ketika gw ingat akan impian besar gw. Tapi gw hitung-hitung jadwal ujian
berikutnya akan bentrok dengan jadwal keluar kota gw. Dan selama Januari sampai
Februari tiap hari gw pasti bakal sibuk dengan Audit untuk laporan pajak.
Di
saat gw mulai galau lagi, gw iseng-iseng mencoba plan berikutnya, yaitu
mengambil S2. Sejak gw lulus kuliah S1, gw memang sudah memikirkan tentang S2
ini. Tapi keberanian untuk mengambil S2 jelas juga tidak mudah. Disamping
urusan dana, juga artinya gw harus keluar sementara dari zona nyaman gw akan
kegiatan extra kulikuler yang sudah gw lakukan selama bertahun-tahun. Tapi yang
paling utama dari semua masalah itu, adalah urusan kepercayaan diri gw.
Dengan
latar belakang akademis gw yang super biasa aja, kalau tidak mau dibilang
parah, dan perlu perjuangan super keras. Jelas tidak mudah buat gw untuk apply
S2. Apalagi beberapa tahun yang lalu, gw pernah ditolak untuk mendaftar S2
bahkan sebelum gw membeli formulir dan ikut test. Alasannya karena nilai gw
tidak mencukupi syarat. Sehingga menurut Staff tersebut, percuma gw mendaftar
karena tidak akan lulus. Dan yang paling menyakitkan adalah karena nilai gw
cuma kurang 0.12 dari syarat yang dibutuhkan.
Saat
kemarin gw mencoba peruntungan (lagi) dengan mendaftar di World Class
University yang dekat kantor, ada kekhawatiran lain yang menghantui gw yaitu
nilai TOEFL / IELTS yang harus minimal 475. Yes, kemampuan berbahasa asing gw
juga cukup parah. Dulu, ketika memutuskan ambil S1 di Philipine School of
Business Administration cabang Jakarta saja, pertanyaan pertama si mami adalah
“kamu yakin bisa lulus dari situ dengan bahasa Inggris kamu yang pas-pasan?”
Akhirnya
saat mendaftar di World Class University kemarin itu, aku juga hanya
bermodalkan keyakinan “dulu saja bisa lulus, sekarang coba saja dulu” padahal
yah di dalam hati, “haduh ini bagaimana yah? Lulus ngga yah? Bahasa Inggris gw
kan belepotan. Mana sudah kecampur-campur sama mandarin. Udah lama ngga gaul
sama bule lagi. Haduhhhh.... ”
Ternyata
pas hasil keluar TOEFL gw malah dapat 500 dong. Malah TPA gw yang kurang
sedikit lagi. Dari syarat minimal 1000 point, gw cuma dapat 991 dong. Untung
akhirnya gw tetap di LULUS-kan meski dengan catatan khusus. WOW.....
Hal-hal
seperti inilah yang membuat gw percaya sama kehendak Tuhan. Kalau Tuhan sudah
berkehendak, yang tidak mungkin pasti menjadi mungkin.
Sekarang
aku sudah terlanjur lulus ujian masuk di World Class University, tidak mungkin
kan aku batal perjuangkan. Buat masuknya saja sudah penuh perjuangan. Berarti
di 2015 nanti, akan menjadi tahun pembuktian buat gw. Pembuktian kalau Tuhan
dan Semesta mendukung gw untuk mendapatkan gelar MM (Magister Management).
Artinya saat ini gw sudah harus merancang lagi rencana-rencana untuk bertahan
melewati 2015.