Sebagian dari teman-teman mungkin tau bahwa 3 hari yang lalu aku baru pulang dari negeri leluhur. Mungkin karena pernah tinggal (meski di kota lain) dan sempat memiliki kenangan-kenangan manis disana. Kepergianku kesana yang sebenarnya hanya dalam rangka mengantar nenek-ku medical check up, malah menjadi ajang nostalgia untukku.
Nostalgia terhadap makanan, yang meski rasanya beda-beda dikit tapi tetap sama. Nostalgia naik angkutan umumnya, yang meski berantakannya mirip-mirip sama di Jakarta tapi tetap jauh lebih nyaman. Nostalgia bermain-main dan bersantai-santai ria di taman kota yang masih banyak pohon-pohon rindang dan luasnya bisa bikin pengusaha Indonesia “gatal” untuk membangun area mall baru. Nostalgia menonton para kakek-kakek tua yang melatih bakat seni kaligrafi mereka di jalan-jalan di setiap taman kota, atau segerombolan lansia yang berlatih yoga di taman yang sama.
Kebiasaan tinggal di tempat yang dapat membuatku merasa nyaman dan relax, memang membuat aku sedikit uring-uringan ketika akhirnya aku harus tetap pulang kembali ke Jakarta. Apalagi memang begitu pulang, segudang masalah langsung menyambutku. Jadilah sepanjang hari sabtu kemarin, status di YM-ku tertulis “Beteeeeee… Gw malas pulang ke Jakarta.”
Status yang tentunya mengundang sejuta tanda tanya buat temen-temen. Tapi yang paling bikin aku mikir adalah pertanyaan dari Elize KianDamai. “Kenapa kamu ngga betah di Jakarta??”
Hmmm….
Kenapa yah??
Sudah lama seh sebenarnya aku ngga terlalu betah di Jakarta.
Alasannya :
- Mungkin karena aku sudah benar-benar bosan di Jakarta.
- Di Jakarta aku ngga bisa menghabiskan waktu dan melepaskan kepenatan di taman kota seperti yang aku lakukan disana.
- Aku ngga bisa pulang malam.
- Aku sudah benar-benar letih dengan kemacetan dan kesemrawutan jalanan di Jakarta.
- Terlalu banyak orang yang berharap dan berusaha memaksakan impian mereka kedalam kehidupanku dengan embel-embel ingin membantuku. JUJUR, hal ini malah membuatku merasa di tolak oleh keluargaku sendiri, merasa semua yang aku lakukan tidak berguna sama sekali, dan merasa asing dengan keluargaku sendiri.
- Dan masih banyak alasan lainnya.
- Kalau aku lanjutkan terus, lama-kelaman ini bisa jadi list keluhan dan complainku kepada Tuhan. Jadi mending di stop disini.
Tapi seperti yang pernah aku tulis di postingan (Like and Dislike), di setiap tempat, di setiap pilihan, pasti ada positif dan negatifnya. Dan aku sedang berusaha untuk selalu melihat dari segi positifnya.
Grey_S
5 comments:
suka atau tidak, inilah rumah kita, Grey. Kecuali kita punya kemampuan yang kuat untuk membangun rumah sendiri. Keep Spirit, brooooooooooo!!!
ambil positif aja grey, soalnya kalo km mengambil negatif nya aja malah jd pusing sendiri lg, emg qt slalu dipandang ma org tua qt apa yg selalu qt lakukan pasti selalu salah dimata mereka jd ya udh tutup telinga aja biar qt ga strezz menghadapinya...yg penting qt udh melakukan terbaik untuk mereka...jd intinya km tetep semangat ya....jia yo..... =)
mungkin kamu butuh 'seseorang' yang bisa bikin kamu betah dan selalu kangen jakarta...
When you find yourself in some far off place
and it causes you to rethink some things
You start to sense that slowly you're becoming someone else
And then you find yourself...
(Find Yourself - Brad Paisley)
Emang katanya kalo pas jauh dari keluarga gitu, jadi bisa menemukan diri sendiri sih, mbak.
@ Sinyo : iya seh. Lagian gw jg ngga tega ninggalin oma gw lama-lama keluar negeri lagi.
@ Anonymous : Thanks yah
@ Farrel : Sepertinya seh udah ada yg bakal nahan gw di Jakarta. Doain aja dia bakal minta gw tetep stay.
@ Zhou You : Mungkin yg lo maksud sama seperti pepatah "Jauh wangi bunga, deket bau sampah"-
* Chou Toufu dong
Hihihihihi.....
Post a Comment