Hari ini Jakarta melangsungkan
Pilkada putaran kedua untuk memilih Gubernur DKI. Dan setelah berbulan-bulan berjuang
keras, jagoan saya (dan jagoan 42% warga DKI lainnya) tetap kalah.
Kejadian ini persis sama seperti
kejadian saat Trump menang Pemilu di US. Semua hasil survey mengatakan
sebaliknya. Hal ini lah yang membuat para pendukung Petahana menjadi kecewa dan
merasa pesimis.
Termasuk saya.
Apalagi saya dan juga mayoritas
pendukung, merasa bahwa program Paslon kami jauh lebih baik dan lebih realistis
dibanding paslon lawan. Tapi yah mau gimana. Manusia hanya bisa berkehendak,
tapi Tuhan yang menentukan.
Di tengah kecewaku, aku teringat
film Silence.
Film Silence yang dibuat oleh Martin
Scorsese tentang PERJALANAN IMAN
seorang Pastor Jesuit dalam dalam perjalanan ke Jepang pada abad ke 17, untuk mencari
Pastor Senior yang dinyatakan telah hilang dan melepaskan kepercayaannya
terhadap agama Katolik.
Dalam film berdurasi 161 menit
tersebut, digambarkan betapa menderitanya para penganut Katolik yang hidup di
Jepang saat itu. Dimana pemerintah Jepang saat itu tega menyiksa sampai mati,
semua orang yang ketahuan menganut agama Katolik, termasuk kedua pastor Jesuit tersebut.
Di akhir cerita, sang tokoh utama, Pastor Rodrigues, harus memilih antara tetap
memegang teguh imannya terhadap agama Katolik atau keselamatan umat katolik di
Jepang saat itu.
“Perjalanan Iman” ini yang ingin aku
tulis dan garis bawahi.
Sama seperti kisah “Perjalanan Iman”
Pastor Rodrigues dalam film Silence, hari ini wajib dijadikan tonggak untuk
perjalanan iman bagi para pendukung Paslon Ahok Djarot, yang aku yakin masih
merasa kecewa dan sedih atas kekalahan dalam Pilkada hari ini.
Mungkin banyak yang dalam berkata
dalam hati sambil merasa lemas atau pun menangis : “Tuhan kenapa Kau diam saja?
Kenapa Kau tidak memenangkan Ahok Djarot? Engkau tahu kan, bahwa paslon lawan
itu didukung kelompok Radikalis? Engkau tahu kan, kalau kekalahan Pilkada kali
ini artinya ancaman bagi ke bhinnekaan di Indonesia? Engkau tahu kan, dengan
kekalahan ini, maka kelompok minoritas dan yang termarginalkan akan semakin
merasa terancam? Engkau tahu semua itu kan Tuhan? Lalu kenapa Engkau masih DIAM
dan tidak bertindak?”
dan Tuhan pun tetap DIAM.
Dalam DIAM, sebuah lagu tiba-tiba
terlintas:
Apa yang kau alami kini,
Mungkin tak dapat engkau mengerti.
Satu hal tanamkan dihati,
Indah semua yang Tuhan beri.
Tuhanmu tak akan memberi,
Ular berbisa pada yang minta roti.
Cobaan yang engkau alami,
Tak melebihi kekuatanmu.
Reff:
Tangan Tuhan sedang merenda,
Suatu karya yang agung mulia.
Saatnya kan tiba nanti,
Kau lihat pelangi kasihNya.
Tangan Tuhan sedang merenda,
Suatu karya yang agung mulia.
Saatnya kan tiba nanti,
Kau rasa belaian kasihnya.
Mungkin tak dapat engkau mengerti.
Satu hal tanamkan dihati,
Indah semua yang Tuhan beri.
Tuhanmu tak akan memberi,
Ular berbisa pada yang minta roti.
Cobaan yang engkau alami,
Tak melebihi kekuatanmu.
Reff:
Tangan Tuhan sedang merenda,
Suatu karya yang agung mulia.
Saatnya kan tiba nanti,
Kau lihat pelangi kasihNya.
Tangan Tuhan sedang merenda,
Suatu karya yang agung mulia.
Saatnya kan tiba nanti,
Kau rasa belaian kasihnya.