“Jangan Cemas.” Kata-kata itu tiba-tiba saja terdengar di telingaku, melalui suara Pastor ketika membacakan Injil pada misa hari minggu kemarin.
“Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan dan minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” - Matius 6:24-34
Plakkk... untuk kesekian kalinya aku kembali merasa tertampar dengan bacaan tersebut. Padahal belum lama, aku pernah menulis tentang seorang Nenek yang dapat meninggal dalam damai karena beliau tidak pernah merasa khawatir dengan rejeki yang telah Tuhan atur. Sehingga beliau dapat bekerja di jalan Tuhan dengan sebaik-baiknya dan menjadi berkat bagi orang lain, meski semasa hidupnya beliau hidup dalam kondisi yang sangat pas-pas-an. Tapi akhir-akhir ini aku sendiri juga yang dilanda perasaan khawatir yang berlebihan.
Saking terlalu memikirkan kekhawatiranku, sudah beberapa minggu aku tidak dapat tidur dengan nyenyak. Untung saja aku belum mencoba menimbang berat badan, jangan-jangan berat badanku pun sudah merosot cukup banyak. Hahhahahhahha.... *lebay*
Berawal dari keputusan rekan kerjaku untuk mengundurkan diri dari kantorku yang sekarang, hal ini membuatku harus double job dan double responsibility. Sedangkan aku sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa pekerjaan dan tanggung jawab rekanku itu tidak kecil. Bahkan setelah mempelajari pekerjaannya selama beberapa minggu terakhir ini, ada satu hal lagi yang menjadi kekhawatiran terbesarku. Aku takut tergoda dengan segala KUASA yang dipercayakan atasanku kepadaku. Karena ternyata sistem keuangan dalam perusahaan kami hanyalah bermodalkan kejujuran.
Tiba-tiba saja setan dan malaikat berperang di dalam pikiran-pikiranku. Tiba-tiba saja semua ke khawatiranku tentang masa depanku dan beban ekonomi saat ini, berkelibat terus-menerus di kepalaku. Tiba-tiba saja aku merasa sebagai seseorang yang harus dikasihani karena tidak semua hal yang aku inginkan dapat terpenuhi. Tiba-tiba saja aku merasa sebagai orang paling miskin di dunia, sehingga aku membutuhkan uang yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhanku. Sigh.
Bagaimana pun juga aku masih manusia yang membutuhkan uang dan materi untuk bertahan hidup. Apalagi dengan tekanan-tekanan ekonomi saat ini, siapa orang yang tidak membutuhkan uang untuk bertahan hidup? Siapa orang yang tidak mau mendapatkan uang dengan cara mudah? Siapa yang tidak mau dipandang oleh semua orang karena banyak duit dan memiliki kuasa?
Ah untung saja hari minggu kemarin aku masih sempat ke gereja. Untung saja aku membicarakan kekhawatiranku ini kepada sahabatku. Sehingga akhirnya aku tahu kemana aku harus melangkah saat ini. Dan aku sudah tidak mau pusing dengan semua kekhawatiran-kekhawatiranku itu.
Melalui bacaan injil hari minggu kemarin dan melalui pembicaraanku dengan sahabatku, aku yakin, dengan bimbingan Tuhan dan Roh Kudus aku akan dapat melewati godaan-godaan ini. Karena tanpa aku harus berbuat curang, aku yakin Tuhan tetap TIDAK AKAN membiarkanku hidup dalam kekurangan, sama seperti burung-burung di langit yang tidak menabur dan menuai, namun tetap diberi makan oleh Bapa di Sorga.
Grey_S