Sejak kecil akulah sang sutradara dalam hidupku. Aku sudah mengatur semua yang ingin aku lakukan. Aku sudah mengatur semua kegiatanku. Aku sudah merencanakan semua masa depanku. Aku pun selalu memperhitungkan sebab dan akibat yang akan terjadi dengan keputusanku. Sehingga ketika semua berjalan tidak sesuai dengan rencana dan perhitunganku, aku pasti akan marah dan tidak dapat menerima dengan mudah. Aku akan mengambek dan menangis sampai apa yang aku inginkan terpenuhi.
Seiring dengan berjalannya waktu aku menjadi semakin dewasa dan sedikit lebih mampu untuk menahan amarahku. Namun aku tetaplah sang sutradara dalam hidupku. Aku tetap selalu mengatur semua yang ingin aku lakukan, aku tetap selalu merencanakan masa depanku, aku tetap selalu memperhitungkan sebab dan akibat dari perbuatanku. Sehingga ketika semua tidak berjalan sesuai dengan rencanaku, aku akan marah dan tetap tidak dapat menerima dengan mudah.
Bila dulu aku bisa menangis dan mengambek kepada orang tuaku untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, maka kali ini Tuhanlah yang paling sering menjadi sasaran kemarahanku dan rengekanku.
Sering aku merasa Tuhan tidak adil terhadapku. Semua yang sudah sempurna aku rencanakan dan aku targetkan tidak pernah mudah aku dapatkan. Padahal banyak orang lainnya begitu mudah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Begitu pula dalam kehidupan cintaku, aku harus selalu kehilangan dan mengalami penolakan dari orang-orang yang aku cintai. Padahal orang lain begitu mudah berganti-ganti pasangan.
Ketika orang lain begitu mudah mengucapkan kata Cinta, maka aku tidak akan pernah sembarangan mengucapkan kata sakral itu. Aku selalu meyakinkan diriku terlebih dahulu, bahwa aku akan dapat mencintai kekasihku itu baik dalam suka maupun duka. Bahwa aku akan dapat menerima ia dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Bahwa aku dapat setia kepadanya hingga maut memisahkan kami. Dengan begitu, aku siap menjadi pasangan yang sempurna baginya dan membawanya ke dalam hubungan yang juga sempurna menurut rencanaku.
Tapi ternyata ada satu hal yang sudah lama ku tahu, selalu ku ingat, namun tidak pernah aku sadari. NOBODY’S PERFECT. Aku tidak akan pernah menjadi pasangan yang sempurna bagi kekasihku kelak.
Jika aku bisa menerima kelemahan dan kelebihan kekasihku, jika aku akan mencintainya dalam suka maupun duka, jika aku sanggup setia sampai akhir hayat, jika aku mampu melakukan apapun yang iya minta, itu semua pastilah karena ia adalah orang yang aku cari. Pastilah karena ia adalah orang yang dapat membuatku jatuh cinta dan tergila-gila. Orang yang mampu membuatku menutup mata dan hatiku untuk orang lain karena hanya ia lah yang akan selalu ada dalam hatiku.
Namun bagaimana bila ia bukanlah orang yang aku cari? Bagaimana bila ia bukanlah orang yang mampu membuatku jatuh cinta? Sanggupkah aku menerima kelebihan dan kelemahannya? Sanggupkah aku mencintainya dalam suka maupun duka?? Sanggupkah aku setia hingga akhir hayat?
Aku tidak tahu.
Karena ternyata aku bukanlah orang yang sempurna.
Grey_S
4 comments:
no body is perfect, dear
heu-eh..memang manusia itu nggak ada yang sempurna kok. Jadi terima saja. Carilah juga orang-orang yang mau menerima kita apa adanya. Supaya kita bisa jadi diri sendiri
Gak ada satupun manusia sempurna di dunia ini, grey. Ada quote yg ntah dari siapa gitu deh, I found it by googling, pasti kamu pernah baca : "We come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly".
And When u find ur miss right, I think somehow u'll know, walaupun kamu dan dia sama2 manusia yg tidak sempurna... tapi kalian sempurna for each other dan dalam ketidaksempurnaan itulah, kalian akan saling melengkapi.
At the end, itu kan inti suatu hubungan ;D
@ JC : you right
@ Henny : Nice advice. Nyari yg bisa nerima kita apa adanya itu jg ternyata sulit.
@ Purple : Theory-nya seh emang begitu.
Post a Comment