Aku dan adikku. Kami sungguh berbeda. Kata orang perbedaan diantara kami bagaikan bumi dan langit. Bahkan banyak teman-teman kami yang tidak tahu kalau kami adalah saudara sekandung. Apalagi sejak lahir kami tidak pernah tinggal bersama. Aku tinggal bersama oma dan opaku, dia bersama mami dan papiku.
Sejak kecil, dia begitu cerdas sedangkan aku lebih lambat dalam segala hal. Saat kami bersekolah sampai kami lulus kuliah, hampir setiap tahun dia selalu mendapat juara kelas, bahkan terakhir dia berhasil lulus S1 dengan nilai terbaik ke-2. Sedangkan aku untuk naik kelas saja sulit, terakhir aku lulus S1 juga hanya dengan nilai pas-pasan.
Sejak kecil, dengan kelincahannya, dia begitu mudah menarik perhatian orang lain. Sedangkan aku terlalu diam dan kaku untuk membuat orang lain sadar bahwa aku ada.
Sejak kecil, dia selalu menjadi anak yang manis, yang tidak pernah merepotkan orang tua. Sedangkan aku pernah mendapatkan skorsing dari sekolah, hingga terpaksa harus pindah sekolah karena bermasalah. Tentu saja lagi-lagi mami dan papiku yang menjadi repot karena itu.
Di masa remaja kami, di saat aku masih di bingungkan dengan orientasi sexualku, dia sudah memiliki kekasih hatinya yang pertama. Dan sekarang saat aku masih sibuk mencari kekasih hatiku, dia sudah memutuskan untuk berumah tangga.
Hari minggu tanggal 6 Desember 2009 besok, bila tidak ada aral melintang adikku akan dilamar oleh pacarnya. Sayangnya dengan alasan kurang menyukai perilaku calon suami adikku yang suka seenaknya, seluruh keluarga besarku, kecuali papi, tidak ada yang menyukai calon suami adikku itu.
Sebenarnya papiku juga bukannya setuju dengan calon suaminya itu, hanya saja papi ingin memberikan kebebasan memilih untuknya. Apalagi ini menyangkut masa depan.
Aku sendiri meski kurang setuju, tapi juga tidak ingin mencampuri kehidupan pribadi dia. Aku hanya ingin bersikap netral. Tapi aku sedih karena melihat mamiku sedih dan terluka karena dihiraukan oleh adikku. Apalagi sekarang karena masalah adikku ini, keluargaku juga mulai menanyakan calon dari aku. Mereka malah lebih berharap bisa mendapatkan calon menantu seperti yang mereka harapkan dari aku.
Sekarang adikku sudah tidak mau mendengar nasihat dari seluruh keluarga. Keputusannya sudah bulat untuk menikah tahun depan, tidak peduli keluarga kami setuju atau tidak. Tidak perduli tahun depan bagus atau tidak untuk dia menikah.
Satu-satunya orang yang saat ini bisa menghalangi adikku menikah hanyalah aku. Hanya saja kalau aku tidak menyetujui pernikahannya alias aku tidak bersedia di langkahi, itu artinya aku bersedia untuk menikah dalam waktu 2-3 tahun ke depan. Itu sama saja aku makan buah di malakama kan??
Aku setuju, artinya aku harus memberi calon menantu yang lebih baik dari calon suami adikku.
Aku ikut-ikutan ngga setuju, artinya aku bersedia menikah dalam 2-3 tahun mendatang.
Pusing deh dengan masalah ini.
Udah ah Mendingan aku mikirin mau pelangkah apa sama adikku. Dia sudah sukses bikin aku ikutan stress kan.
Grey_S
*Lagi mikir, mau nodong rumah, apartement, atau mobil mewah yah?? Hihihihihi......*