Sunday, June 29, 2008

Dia yang begitu sempurna

“Kau begitu sempurna… Di mataku kau begitu indah…” tiba-tiba lagu Andra and the Backbone terngiang ditelingaku saat aku memikirkannya. Dan seperti biasa bila aku sedang merindukan seseorang dan aku menemukan kata-kata untuk kurangkai, gatal rasanya bila aku tidak menuliskan sebuah puisi. Puisi pertama yang kutulis untuknya. Dari lubuk hatiku yang paling dalam.

Sempurna

Sempurna…..
Dia begitu sempurna….
Betul-betul sempurna….
Tapi dia sempurna sebagai manusia….
Bukan malaikat….

Sempurna…
Dia begitu sempurna….
Dia sempurna karena kelemahannya…
Dia sempurna karena kelebihannya…

Sempurna…
Dia begitu sempurna saat marah, dia begitu sempurna saat tersenyum…
Dia begitu sempurna saat menangis, dia begitu sempurna saat tertawa…
Dia begitu sempurna saat sakit, dia begitu sempurna saat sehat….

Sempurna…
Dia begitu sempurna….
Masterpiece ciptaan Tuhan yang sungguh sempurna…
Dan aku…. Mencintai kesempurnaannya…

Yah aku memang mencintai kesempurnaannya. Kesempurnaannya sebagai seorang manusia biasa. Manusia yang masih terdiri dari darah dan daging.

Sejak pertama aku bertemu dengannya dia benar-benar berbeda 180’ dari dosenku tercinta. Dulu aku bahkan berpikir, apa aku mencintainya karena dia mengingatkanku pada dosenku. Perbedaan mereka yang sangat mencolok membuatku selalu membandingkan mereka.

Bila dosenku tercinta lulus MBA dan CPA di usia 23 tahun, di usia yang sama sayangku baru lulus S1-nya. Bahkan dia sama sekali tidak tertarik untuk ambil S2.

Bila dosenku seorang yang sangat fashionable, mungkin karena single dan sudah mapan juga, sayangku masih suka dengan baju-bajunya yang sudah dipakai sejak ia masih di bangku kuliah. Bahkan beberapa bajunya warisan dari kakak-kakak perempuannya.

Bila dosenku sangat menjaga pola makan dan bentuk tubuhnya, sayangku paling suka makan makanan yang mengandung kadar lemak tinggi. Bahkan sayangku tidak pernah peduli dengan lemak di perutnya yang mulai menumpuk.

Bila dosenku seorang yang sebisa mungkin menjaga image di depan umum, sayangku orang yang paling tidak pernah peduli apa kata dunia, kecuali kata hatinya dan kata-kata keluarganya.

Bila dulu aku mencintai seseorang yang hampir tidak memiliki kelemahan, kini aku mencintai sayangku yang memiliki begitu banyak kelemahan. Namun saat kelemahannya bersatu dengan kelebihannya, dia menjadi begitu sempurna. Sempurna sebagai manusia.


Grey S

No comments: