Thursday, April 20, 2017

Silence ….. in Jakarta

Hari ini Jakarta melangsungkan Pilkada putaran kedua untuk memilih Gubernur DKI. Dan setelah berbulan-bulan berjuang keras, jagoan saya (dan jagoan 42% warga DKI lainnya) tetap kalah.  

Kejadian ini persis sama seperti kejadian saat Trump menang Pemilu di US. Semua hasil survey mengatakan sebaliknya. Hal ini lah yang membuat para pendukung Petahana menjadi kecewa dan merasa pesimis. 

Termasuk saya. 

Apalagi saya dan juga mayoritas pendukung, merasa bahwa program Paslon kami jauh lebih baik dan lebih realistis dibanding paslon lawan. Tapi yah mau gimana. Manusia hanya bisa berkehendak, tapi Tuhan yang menentukan. 

Di tengah kecewaku, aku teringat film Silence.

Film Silence yang dibuat oleh Martin Scorsese tentang PERJALANAN IMAN seorang Pastor Jesuit dalam dalam perjalanan ke Jepang pada abad ke 17, untuk mencari Pastor Senior yang dinyatakan telah hilang dan melepaskan kepercayaannya terhadap agama Katolik. 

Dalam film berdurasi 161 menit tersebut, digambarkan betapa menderitanya para penganut Katolik yang hidup di Jepang saat itu. Dimana pemerintah Jepang saat itu tega menyiksa sampai mati, semua orang yang ketahuan menganut agama Katolik, termasuk kedua pastor Jesuit tersebut. Di akhir cerita, sang tokoh utama, Pastor Rodrigues, harus memilih antara tetap memegang teguh imannya terhadap agama Katolik atau keselamatan umat katolik di Jepang saat itu. 

“Perjalanan Iman” ini yang ingin aku tulis dan garis bawahi. 

Sama seperti kisah “Perjalanan Iman” Pastor Rodrigues dalam film Silence, hari ini wajib dijadikan tonggak untuk perjalanan iman bagi para pendukung Paslon Ahok Djarot, yang aku yakin masih merasa kecewa dan sedih atas kekalahan dalam Pilkada hari ini. 

Mungkin banyak yang dalam berkata dalam hati sambil merasa lemas atau pun menangis : “Tuhan kenapa Kau diam saja? Kenapa Kau tidak memenangkan Ahok Djarot? Engkau tahu kan, bahwa paslon lawan itu didukung kelompok Radikalis? Engkau tahu kan, kalau kekalahan Pilkada kali ini artinya ancaman bagi ke bhinnekaan di Indonesia? Engkau tahu kan, dengan kekalahan ini, maka kelompok minoritas dan yang termarginalkan akan semakin merasa terancam? Engkau tahu semua itu kan Tuhan? Lalu kenapa Engkau masih DIAM dan tidak bertindak?”

dan Tuhan pun tetap DIAM. 

Dalam DIAM, sebuah lagu tiba-tiba terlintas: 

Apa yang kau alami kini,
Mungkin tak dapat engkau mengerti.
Satu hal tanamkan dihati,
Indah semua yang Tuhan beri.

Tuhanmu tak akan memberi,

Ular berbisa pada yang minta roti.
Cobaan yang engkau alami,
Tak melebihi kekuatanmu.

Reff:

Tangan Tuhan sedang merenda,
Suatu karya yang agung mulia.
Saatnya kan tiba nanti,
Kau lihat pelangi kasihNya.
Tangan Tuhan sedang merenda,
Suatu karya yang agung mulia.
Saatnya kan tiba nanti,
Kau rasa belaian kasihnya.