Perjalanan
hidup, membuatku memiliki teori sendiri tentang Surga dan Neraka. Bila di dalam
agama disebutkan bahwa Surga adalah untuk orang-orang baik dan Neraka adalah
untuk orang-orang jahat, maka teoriku mengatakan bahwa Surga dan Neraka adalah
untuk semua orang. Karena Surga dan Neraka sebenarnya ada di dalam hati setiap
orang.
Api
neraka yang konon merupakan api abadi yang tidak terpadamkan menurutku adalah
api amarah, api kebencian, api nafsu, api iri hati, api dendam, dan api
lainnya, yang dinyalakan oleh orang itu sendiri. Sedangkan Surga adalah tempat atau
situasi dimana kita menemukan kebahagiaan dan kedamaian.
Menurut
teoriku, orang-orang yang akan masuk surga adalah orang-orang yang sudah
menemukan kebahagiaan dan kedamaian itu dalam hidupnya. Sedangkan orang-orang
yang akan masuk Neraka, adalah orang-orang yang sampai akhir hayatnya mereka
masih dikuasai oleh Ego mereka. Ego yang tidak akan rela melepaskan atau
memadamkan api-api tersebut dalam hati mereka.
Aku bisa
mengatakan ini, karena aku pernah merasakan sengsaranya terbakar api dendam,
api iri hati, api kebencian, dan api-api lainnya. Aku merasakan neraka dalam
hidupku. Pekerjaanku tidak beres, masalah-masalah datang bertubi-tubi,
hubunganku dengan orang-orang sekitar menjadi tidak baik, seluruh hidupku
berantakan.
Sampai
akhirnya aku menyerah. Aku mencoba berdamai dengan keadaan. Aku berusaha
memadamkan semua api yang membakar hati dan hidupku. Aku berusaha menerima
diriku sendiri, dan menyadari bahwa aku masih 100% manusia. Sehingga tidak
mungkin aku menjadi sempurna dimata semua orang.
Aku mulai
menyadari bahwa aku manusia biasa yang hanya memiliki 2 tangan, sedangkan mulut
yang membicarakanku ada banyak. Sehingga yang bisa aku lakukan hanyalah menutup
kedua telingaku dengan kedua tanganku daripada menutup mulut banyak orang
disekitarku. Sejak itulah aku mulai menemukan Surgaku. Kebahagiaan dan
kedamaian dalam hidupku.
Aku
seorang pemeluk agama Katolik, tapi ada salah 1 pelajaran agama Budha yang
selalu aku ingat. Yaitu kisah ketika Budha ditanya oleh pengikutnya bagaimana
cara menjadi bahagia karena “AKU INGIN KEBAHAGIAAN” jawab Budha “Hapus AKU,
karena itu adalah Ego. Hapus INGIN, karena itu adalah Nafsu. Maka yang tersisa
hanyalah KEBAHAGIAAN.”
Terima
kasih Tuhan, aku sudah menemukan kebahagiaanku.