Wednesday, February 9, 2022

My 2021

Sejak mulai menulis blog, setiap akhir tahun dan awal tahun aku selalu mengusahakan menulis tentang refleksi perjalananku sepanjang tahun yang sudah lewat dan bagaimana aku ingin menjalani tahun yang berikutnya, meski pernah ada masanya aku pun tidak bisa menulis apa-apa karena pada saat itu aku tidak bisa merasakan apa-apa. Hidupku terasa kosong dan sama sekali tidak berarti.

Ada pula masa dimana aku merasa sangat sibuk, sampai aku tidak mampu mengucap syukur barang sedikit atas semua berkat yang telah aku terima. Seperti saat ini dimana aku merasa sangat sibuk sehingga aku hampir tidak memiliki waktu sejenak saja untuk bersyukur atas tahun 2021 yang sudah berlalu. Aku pun belum sempat memikirkan apa yang ingin aku lakukan dan aku capai untuk tahun 2022. Tau-tau tidak terasa Februari 2022 sudah lewat lagi beberapa hari.

Setelah tahun 2020 yang memiliki banyak peristiwa luar biasa yang menjadi awal perjalanan baru dalam hidupku, 2021 yang aku jalani tidak kalah memiliki banyak peristiwa yang mungkin bisa menjadi kenangan luar biasa di kemudian hari.

Berawal dari awal tahun yang sungguh sunyi bagiku, karena sepupu yang tinggal serumah denganku terjangkit COVID 19 sehingga kami bertiga, aku, dia, dan si mbok harus karantina mandiri bersama. Tidak boleh ada yang menjenguk, juga tidak boleh kemana-mana. Selama 14 hari kami bagaikan tawanan rumah. Masih beruntung aku dan si mbok baik-baik saja, tidak tertular sama sekali meski kami satu rumah. Masih beruntung juga, aku memiliki langganan tukang sayur yang masih mau mengantar pesanan bahan makanan sampai ke depan pagar rumah. Sehingga setidaknya untuk urusan logistik masih aman.

Berlanjut dengan hubunganku dengan kekasihku yang semakin hari semakin hambar dan semakin turun ke titik terendah. Ditambah orang dari masa laluku yang tiba-tiba menghubungiku semakin sering dan curhat bahwa hubungannya dengan partnernya pun sedang bermasalah.

Aku yang dulu selalu bisa menerima partnerku apa adanya, mulai menjadi serakah dengan membandingkan partnerku dengan orang di masa laluku. Padahal orang di masa laluku tersebut dari dulu terang-terangan tidak pernah menganggap aku ada di dalam hidupnya.

Pekerjaan yang tidak kunjung aku dapatkan meski sudah mengirim ratusan CV menambah perasaan tidak aman dan tidak nyaman buatku.

Beruntung pengalaman pribadi dikuatkan oleh Tuhan di tahun 2020 masih lekat diingatanku, sehingga setiap kali aku mulai diserang perasaan cemas, aku tau kemana dan bagaimana aku harus mencari pertolongan pertama. Saat itu untuk pertama kalinya secara sadar aku menyerahkan seluruh perjalanan hidupku kepada Tuhan. Ditengah kegalauanku saat itu, ada 2 kejadian yang seakan-akan kebetulan terjadi lagi.

Kejadian pertama adalah saat di Social Mediaku tiba-tiba muncul iklan career coaching. Sebenarnya hal ini sudah tidak aneh dengan kemajuan Artificial Intelligent yang memang terpasang di setiap socmed yang kita miliki. Namun iklan pertama yang aku temui tersebut, berhasil membuatku berkenalan dengan career coach yang (sepertinya) juga masih baru merintis bisnis coaching seperti itu, sehingga harga jasa yang ia tawarkan masih masuk ke dalam budgetku.

Lewat coaching tersebut aku dibukakan pikiran, bahwa masih banyak potensi potensi yang dapat aku kerjakan selain menjadi karyawan di kantor. Aku juga disarankan untuk tetap belajar dan mengambil sertifikasi-sertifikasi yang bisa membantuku “menjual” jasa, agar tidak hanya berharap untuk terus-terusan menjadi karyawan saja.

Hal kedua, yang seakan-akan terjadi kebetulan adalah aku “dipanggil” untuk menjadi fasilitator Latihan Rohani Pemula untuk kedua kalinya.

Kali pertama aku dipanggil disekitaran akhir 2020, saat itu aku masih tidak percaya diri. Namun ketika aku menolak juga ada perasaan menyesal yang sangat dalam, sehingga saat itu aku berdoa “Tuhan, kalau Engkau sungguh ingin memanggilku sebagai Fasilitator Latihan Rohani ini, panggillah sekali lagi, maka aku akan menjawab IYA.”

Sayangnya di season saat panggilan pertama itu, tidak pernah ada panggilan lagi. Sampai akhirnya, aku yang sedang merasa sangat cemas dan galau, merasa sangat membutuhan kehadiran Tuhan, bertanya di WAG Latihan Rohani group kecilku, apakah ada program lainnya yang seperti Latihan Rohani ini. Gayung bersambut, fasilitator kami saat itu menawarkan kembali kesempatan untuk menjadi fasilitator untuk season yang akan datang. Sesuai janjiku dalam doa, aku langsung meng-iya-kan. Dan saat itulah perjalanan hidupku yang ajaib seperti dimulai lagi.

Pada awalnya aku mengira menjadi Fasilitator itu seperti menjadi seorang guru, yang harus mengajar kepada para peserta. Semakin dekat acara dimulai aku semakin deg-deg-an. Bagaimana tidak, aku yang baru mengalami sedikit pengalaman bersama Tuhan, harus mengajar tentang Tuhan. Apa yang harus aku ajarkan?

Disaat aku berbeban berat seperti itu, keajaiban pertama saat itu muncul. Kelas pendalaman iman yang sedang aku ikuti saat itu memberikan topik “Panggilan Menjadi Fasilitator”. aku langsung ketawa saat melihat materi pengajaran saat itu, karena aku disadarkan lagi bahwa ini bukan suatu kebetulan.

Setelah selesai kelas, aku jadi sedikit lebih percaya diri. Namun ketika mulai pertemuan pertama, aku kembali merasa terbebani. Untung oleh para pembimbing, kami selalu diingatkan untuk berdoa sebelum mulai bertugas. Dalam doa saat itu aku mendengar suara “Bebaskan saja.” maka saat itu aku memutuskan untuk tidak sekedar menjadi “penunjuk jalan” bagi pesertaku, namun aku ikut untuk berjalan lagi bersama mereka.

Dalam perjalanan pertamaku sebagai fasilitator, aku kembali mulai merasakan jatuh bangun yang lebih berat dibanding waktu aku ikut Latihan Rohani ini sebagai peserta. Untungnya aku dan para pesertaku waktu itu dapat saling menguatkan satu dengan yang lain. Ketika acara selesai aku jadi memiliki keharuan tersendiri, dan aku kembali merasa dicintai, saat ada seorang pesertaku yang sampai mengirimkan kenang-kenangan untukku.

Oh ya, pada saat aku mengikuti Latihan Rohani sebagai peserta, aku tidak sempat mendapatkan materi minggu ke-5, yaitu “Asas dan Dasar: Panggilan Raja Abadi.” sehingga aku baru mengikuti materi tersebut bersama dengan para pesertaku sendiri.

Pada saat mendoakan materi Asas dan Dasar tersebut, selama beberapa hari aku mengalami ketakutan dan desolasi berat, sampai akhirnya aku tidak dapat menolak panggilan itu lagi, dan memutuskan untuk menjawab “Ya Tuhan, saya bersedia mengikutiMu.”.

Seperti biasa pada saat manusia berusaha mendekat kepada Tuhannya, maka godaan dan cobaan dari si jahat akan semakin kuat dirasakan. Baru 3 hari setelah memutuskan mengikuti Tuhan, masalah-masalah berdatangan dalam hidupku. Salah satunya akhirnya aku harus memutuskan hubunganku dengan pasanganku yang saat itu sudah berjalan melewati tahun ke-9.

Tapi kembali lagi, lewat kejadian-kejadian yang sudah berlalu, aku malah merasa semakin dituntun ke jalan yang benar. Kepahitanku saat itu, bahkan menghasilkan sebuah tulisan yang dijadikan rubrik utama di sebuah majalah rohani. Aku juga diundang untuk membuat video dan podcast kesaksian. Bahkan aku jadi dikenal oleh orang-orang yang cukup penting di gereja. Suatu hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Pasanganku waktu itu, karena aku memutuskannya, dia sempat tidak terima dan terus mempertanyakan keputusanku. Karena aku bersikap cuek dan keras kepadanya, mau tidak mau dia mengikutiku lewat kegiatan-kegiatan yang saat itu sedang aku jalani, yang semuanya berhubungan dengan pencarianku tentang Tuhan. Padahal awalnya dia yang merasa risih dengan aktivitasku di komunitas gereja, sehingga semakin memicu keyakinanku bahwa kami memang sudah tidak sejalan.

Keteguhan pasanganku untuk memperbaiki diri dan berserah kepada Tuhan, juga ternyata membuahkan hasil. Karena pada akhirnya Tuhan kembali menunjukkan keajaibannya. Lewat masalah yang terjadi pada sahabat baiknya dan pasangannya, ia jadi memahami masalah yang terjadi dalam hubungan kami. Aku pun jadi tidak sampai hati untuk tidak memaafkannya. Sehingga aku memutuskan untuk memberinya kesempatan terakhir untuk memperbaiki hubungan kami.

Dan menjelang beberapa hari sebelum tutup tahun, lagi-lagi aku mendapatkan keajaiban yang aku anggap sebagai hadiah Natal dari Tuhan, yaitu aku mendapat sertifikasi profesi. Padahal waktu ujian, aku sudah pasrah karena tidak sempat belajar karena kesibukanku waktu itu.

Sekali lagi aku merasa bahwa tahun 2021 lalu menjadi tahun berkat untukku. Aku yang sepanjang 2021 juga tidak memiliki pekerjaan tetap, ternyata tetap mampu memenuhi kebutuhanku sepanjang tahun tersebut. Aku sungguh-sungguh merasakan janji Tuhan yang digenapinya untukku.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” - Matius 6:33

Wednesday, November 3, 2021

Jika hari esok tidak ada (untukku)

Jika hari esok tidak ada untukku,

Apakah kau sudah tau betapa aku mencintaimu?

Apakah aku sudah cukup melakukan hal baik untukmu?

Apakah kau berbahagia pernah mengenalku?

 

 

Jika hari esok tidak ada untukku,

Apa yang ingin kau ingat tentangku?

Adakah yang ingin kau ucapkan kepadaku?

Adakah yang ingin kau lakukan bersamaku?


Jika hari esok tidak ada untukku,

Maafkan aku yang tidak bisa menjadi sepenuhnya seperti yang kau harapkan.

Maafkan aku yang masih penuh dengan kekurangan.

Maafkan aku yang pernah melukaimu.

 

 

Detik demi detik waktuku semakin berkurang,

Jika hari esok tidak ada untukku,

Aku mohon,

Tetaplah berbahagia. 



Grey_S

Notes: Perenungan ini untuk memperingati hari arwah orang-orang beriman 2 November 2021.