Saturday, December 29, 2012

2012


Waktu berlalu semakin cepat. Tidak terasa tahun 2012 hampir lewat juga. Padahal sejak beberapa tahun yang lalu, orang-orang sudah pada panik karena ada ramalan bahwa tahun 2012 akan menjadi tahun terakhir dari peradaban manusia. Aghhh… tapi jadi kiamat atau tidak tetap saja bumi semakin bertambah tua, sama seperti penduduknya. 

Sudah beberapa tahun terakhir ini pula, aku semakin takut menghadapi kenyataan tentang waktu yang berputar semakin cepat dan semakin cepat. Mungkin karena kekhawatiranku akan hal-hal yang belum sempat tercapai sampai saat ini. Untungnya saat ini aku sudah memiliki pendamping yang selalu sabar mendengarkan cerita-ceritaku. Aku juga bersyukur memiliki beberapa orang sahabat yang selalu berbagi keceriaan dan siap mendampingiku saat aku menghadapi masa-masa sulit.
Tahun 2012 ini, meski menjadi tahun yang cukup berat bagiku, namun tahun ini menjadi tahun pembuktian cinta Tuhan terhadapku. Disaat masa-masa sulit yang aku lewati, Tuhan membuktikan dirinya selalu mendampingiku lewat cara-cara yang luar biasa. Tuhan pula yang menunjukkan jalan menuju masa depanku atau mempertemukanku dengan orang-orang yang kelak akan dapat menjadikan diriku berkembang menjadi lebih baik. 

Tapi selain masa-masa sulit yang harus aku lewati, Tuhan menghiburku dengan banyak kebahagiaan. Mulai dari mengirimkan seorang malaikat tanpa sayap sebagai pendamping hidupku, sekaligus menjadi motivatorku dan sahabat terbaikku. Memberiku kesempatan untuk belajar tentang bisnis yang ternyata membuatku bersemangat setiap hari. Memberiku kesempatan untuk liburan ke tempat-tempat baru. Memberiku kesempatan untuk berbakti kepada nenekku disaat beliau harus masuk rumah sakit. 

Everything happens with reasons. Itu yang terjadi dalam hidupku saat ini. 

2012 hampir berakhir, dan berhasil kulewati dengan sangat baik. Semoga tahun 2013 sedikit lebih ramah terhadapku. Atau bila 2013 menuntutku untuk berjuang lebih keras, aku hanya mohon agar Tuhan memberiku kekuatan extra untuk menghadapinya.

Cin(T)a

Liburan Natal kemarin karena tidak terlalu banyak acara seperti tahun-tahun sebelumnya, maka aku habiskan liburanku dengan menonton beberapa film yang belum sempat aku tonton. Salah satunya film Cin(T)a. 

Film Cin(T)a adalah film keluaran tahun 2009 yang mengangkat tema kisah cinta beda agama. Bahkan banyak yang mengatakan film ini adalah kisah cinta segitiga antara seorang pria bernama Cina, seorang gadis bernama Anissa, dan Tuhan. Tuhan yang satu, namun memiliki banyak nama. 

Film ini menjadi semakin menarik bagiku, karena memang tema yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Ntah sudah berapa banyak pasangan yang saling mencintai namun harus terpisah hanya dikarenakan perbedaan cara mereka dalam menyebut nama Tuhan. Salah satu dari pasangan-pasangan tersebut, adalah sahabatku. 

Sahabatku di kantor, terpaksa harus berpisah dari kekasihnya yang sudah mendampinginya selama 9 tahun dikarenakan perbedaan cara menyebut nama Tuhan tersebut. Apalagi di tambah, pernikahan di Indonesia adalah pernikahan keluarga. Sehingga restu yang juga belum di dapat dari keluarga dua belah pihak semakin membuat runyam masalah yang mereka hadapi. 

Mereka, Pria dan Wanita, yang saling mencintai. Mereka saja sulit untuk menikah dan menjadi satu. Hanya karena masalah hukum dan tradisi di Indonesia yang menyulitkan pernikahan beda agama. Apalagi aku dan kekasihku, yang notabene sesama wanita atau teman-teman LGBT-ku lainnya, yang memiliki impian untuk dapat menikah dengan pasangan tercinta secara sah dimata hukum dan agama. Sepertinya perjuangan kami masih sangat amat panjang.

Sunday, November 18, 2012

Semarang & Karimun Jawa

Apa yang paling membahagiakan selain dapat juara di perlombaan, tampil sambil ditemenin pacar, dan bisa liburan cukup lama sama pacar di suatu pulau yang cukup terpencil?

Yeah… aku harus bersyukur sama Tuhan atas semua anugerah yang Tuhan berikan ke aku meski dalam bentuk hal-hal yang sederhana. Sesederhana dapat juara 3 di perlombaan paduan suara tingkat nasional di kota Semarang akhir bulan kemarin. Sesederhana kehadiran kekasihku yang bener-bener tepat waktu untuk menonton penampilanku bersama teman-teman di acara lomba tersebut. Sesederhana aku dan kekasihku dapat berlibur berdua saja di kepulauan Karimun Jawa.

Saking bahagianya di liburan kemarin, aku sampai tidak dapat menceritakan banyak tentang kepulauan tersebut dalam kata-kata. Nanti kalian cari infonya sendiri aja yah. Yang pasti, Karimun Jawa tempat yang wajib di kunjungi oleh para pecinta pantai dan laut.

Pasirnya bersih banget
Sunset at Karimun Jawa
Romantisnya
Bakar ikan untuk makan siang
Bagus yah
Dermaganya

Penangkaran Hiu di Karimun Jawa
Indahnya pasir putih di Karimun Jawa

Kuil Sam Po Kong di malam hari

Friday, November 9, 2012

Citra Allah dalam Sesamaku


Sekitar 2 mingguan yang lalu, aku sempat dibuat galau dengan kecurigaan orangtua atas kedekatanku dengan kekasihku. Hanya karena kesalahpahaman, aku diberondong oleh pertanyaan-pertanyaan yang membuat hatiku perih. Hatiku perih karena melihat mamiku menangis, ia tidak terima bila putrinya menjalin kasih dengan sesama wanita. Hatiku juga perih karena mau tidak mau, untuk menenangkan keadaan, aku terpaksa berbohong tentang hubunganku dengan kekasihku.

Awal mula kesalahpahaman itu dari curhat adik sepupuku yang sedang bermasalah dengan kekasihnya, maksud hati ingin memberi menyemangati ia secara tidak langsung melalui status BBM, yang tanpa kusadari sedang memajang fotoku bersama kekasihku. Papi langsung memberondong pertanyaan tentang siapa orang yang bersamaku di foto, keesokan harinya mami juga bertanya hal yang sama sambil menangis. Untungnya aku cukup bisa menguasai keadaan untuk tidak terbawa emosi yang mungkin malah akan menambah panas suasana rumah.

Namun satu nasihat mamiku yang membuat hatiku sangat perih. “Homo itu DOSA Grey.” Saat mami mengucapkan kata itu, ingin rasanya aku membalas dengan pertanyaan “apa yang mami tau tentang homosexualitas?” namun saat itu aku memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah.

Aku memahami bahwa bagi masyarakat awam tidak mudah untuk dapat menerima sebuah perbedaan, apalagi bila perbedaan itu sudah dianggap SALAH selama beradab-abad. Apalagi perbedaan ini menyangkut sexualitas, yang bagi masyarakat awam hanya ada satu pilihan yaitu menjadi heterosexual. Ditambah lagi dengan doktrin agama yang selalu menyebutkan bahwa homosexual adalah dosa besar sejak jaman nabi Luth.

Karena terlalu banyaknya stigma negative akan Homosexualitas, sejak awal aku menyadari tidak mudah untuk coming out ke semua orang apalagi coming out mendadak. Karena jangankan mamiku, aku sendiri saja membutuhkan waktu lebih dari enam belas tahun untuk dapat menerima diriku apa adanya. Tidak mudah bagiku untuk menerima kehendak Tuhan yang sengaja menciptakanku berbeda dari wanita lainnya.

Sungguh tidak mudah untuk akhirnya aku dapat mengucapkan “Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendakMu saja.” Bahkan selain untuk komunitas LGBTIQ, aku belum dapat membagikan pengalaman batinku ini kepada orang-orang lain.

Maka itu, ketika malam ini salah seorang sahabatku memperlihatkan sebuah brosur tentang Pekan LBGTIQ yang bertema “Citra Allah dalam Sesamaku”, yang akan diadakan oleh Sekolah Teologi Jakarta, aku sangat terharu membacanya. Meski kemungkinan besar aku tidak dapat hadir dalam acara tersebut, namun melihat tema-tema diskusinya, aku dapat merasakan sebuah penerimaan. Penerimaan yang jarang sekali, bahkan hampir tidak pernah, kurasakan khususnya dalam komunitas yang beranggotakan orang-orang yang mengaku taat beragama dan mencintai Tuhan.

Pada waktu manusia diciptakan oleh Allah, dibuatNya lah dia menurut rupa Allah.” – Kejadian 5:1

Thursday, October 25, 2012

Letter for my Mom

Mom, jika aku tidak dapat menjadi anak yang sesuai dengan harapanmu, masihkah kau mau menerimaku? Mom, kau bilang kau terluka dengan kebisuanku selama ini, namun bila ku ceritakan semua cerita tentangku selama ini, masih maukah kau mendengarkanku? Mom, kau bilang aku bagaikan misteri tak terpecahkan dalam hidupmu, namun bila kau sudah mengetahui semua tentangku selama ini, masih maukah kau mencoba memahamiku?

Sunday, September 30, 2012

Yogyakarta

…Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu…” 

 Lagu Yogyakarta yang pernah di populerkan oleh KLA Project mengiringi perjalanan dinasku ke Yogyakarta. Kota kelahiranmu dan juga kota yang penuh kenangan indah bersama sahabat-sahabatku di masa ABG.

…Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna. Nikmati bersama… Suasana Jogja… Di persimpangan langkahku terhenti, Ramai kaki lima Menjajakan sajian khas berselera. Orang duduk bersila. Musisi jalanan mulai beraksi…

Malioboro. Daerah Hotel tempatku menginap. Meski harga-harga makanan disana cukup mahal, namun suasana Yogyakarta benar-benar terasa disitu. Angkringan dan warung lesehan sepanjang jalan, para penjual pakaian dan pernak-pernik, juga musisi jalanan yang masih tetap beraksi setiap malam menghibur para turis dan pejalan kaki. Suasana yang masih sama persis seperti yang di gambarkan dalam lagu milik KLA Project meski lagu tersebut dipopulerkan belasan tahun yang lalu.

Alun-alun kota pun masih menjadi tempat yang asik dikunjungi di malam minggu. Suasana romantis, saat bermain di tanah lapang di bawah cahaya rembulan, dan berjalan pulang dengan menggunakan transportasi becak membuatku semakin merindukanmu.

Sunday, July 22, 2012

Bahagia

 Sepanjang perjalanan hidup sejak kecil hingga dewasa, setiap orang pasti akan mengalami masa-masa GALAU. Keadaan dimana seseorang dibuat bingung dalam memutuskan langkah berikutnya dalam kehidupan. Mau melakukan ini salah, mau melakukan itu juga belum tentu benar. 

Dimasa-masa ABG, atau di usia belasan tahun hingga usia 20an awal, kegalauan seseorang biasanya pasti tentang PACAR. Naksir si A tapi si A naksir si B. Naksir si C tapi si C pacar orang. Jadian sama si D, tapi ternyata di selingkuhin juga. 

Di usia yang sedikit lebih dewasa, atau di usia pertengahan 20an hingga di akhir 30an, biasanya kegalauan seseorang akan semakin meningkat levelnya menjadi tentang pekerjaan dan juga tentang “PASANGAN HIDUP”. Pertanyaan “KAPAN KAWIN?” akan menjadi pertanyaan yang paling dibenci dan paling dihindari oleh semua jomblowan dan jomblowati atau oleh semua orang yang memang tidak tertarik untuk menikah dengan berbagai alasan.

Alasanku sendiri kenapa tidak mau menikah pastinya karena di Indonesia belum melegalkan pernikahan sesama jenis. Sehingga untuk menikahi kekasihku tentu saja harus menabung untuk menikah di luar negeri. 

Namun tidak dapat dihindari bahwa diusiaku saat ini tekanan untuk menikah dari orang tua dan keluarga dekat akan semakin banyak. Diskusi-diskusi ringan dengan orang tua malah berakhir dengan perang mulut hanya karena tidak sengaja disisipi dengan nasihat-nasihat untuk segera menikah. 

Dua tahun yang lalu, saat adikku memutuskan untuk menikah, aku pun mengalami masa-masa galau seperti ini. Sebagai anak sekaligus cucu tertua di keluarga, tekanan untuk segera mencari pasangan hidup semakin besar. Apalagi saat itu aku memang belum punya pacar. Untungnya saat itu aku diberi sedikit pencerahan oleh Tuhan lewat injil Matius berikut ini :

19:1 Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, t  berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan. 19:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Iapun menyembuhkan mereka u  di sana. 19:3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya v  dengan alasan apa saja?" 19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? w  19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. x  19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." 19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan y  isterinya?" 19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. 19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah 1 , lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah. z " 19:10 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." 19:11 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai  saja. 19:12 Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."


Kata-kata Yesus “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.” Membuatku yakin bahwa tidak ada kewajiban seseorang untuk HARUS menikah dan bahwa pernikahan BUKAN kepastian akan kebahagiaan.

Apalagi banyak cerita yang aku dengar dari teman-temanku dan juga yang aku lihat dari orang-orang dekatku, tentang kegagalan pernikahan yang hanya didasari oleh “desakan” usia dan keluarga, bukan dari cinta yang tulus. Salah pilih pasangan karena terburu-buru ingin menikah, menjadi faktor terbesar dari kegagalan dan ketidak bahagiaan dalam pernikahan tersebut. 

Padahal alasan utama tiap orang tua mendesak anaknya dengan pertanyaan “kapan kawin” pasti adalah demi KEBAHAGIAAN. Karena usia mereka yang bertambah tua, pastinya orang tua tidak ingin melihat anaknya seorang diri saja. Mereka pasti tidak tega harus meninggalkan anaknya sendirian bila sudah waktunya mereka dipanggil Tuhan. Itulah sebabnya seringkali keluar kata-kata “papa/mama tidak akan meninggal dengan tenang sebelum kamu menikah.” 

BAHAGIA. Itulah kata kuncinya.

Kita harus bahagia dengan hidup kita, agar orangtua kita tenang. Kita harus bisa tersenyum dengan bijak, berkepala dingin, dan yakin saat memberikan alasan kenapa kita tidak perlu menikah bila hanya untuk “mencari kebahagiaan”. Tentu saja karena kebahagiaan itu tidak perlu lagi dicari bila kita sudah bahagia. Dan bahagia  itu adalah sebuah pilihan. 

Grey_S

Monday, June 11, 2012

Juni 2012

Bakpau ulang tahun
Juni 2012, 4 tahun sudah Blog Perjalanan Grey menemani perjalanan hidupku. Menjadi “tempat sampah” sekaligus media yang membantuku membagikan pengalaman kepada siapapun yang membutuhkan.  Khususnya untuk orang-orang yang ingin mengenal sisi lain dari hidupku, yang mungkin tidak dapat ku tunjukan di dunia nyata. 

Juni 2012, 28 tahun sudah aku terlahir ke dunia. Sudah 28 tahun pula Tuhan selalu setia menyertai perjalanan hidupku dan menguatkanku setiap kali aku menjadi manusia lemah. 

Bila teringat masa-masa yang lalu, dimana hidupku begitu kelam dan menyedihkan rasanya aku benar-benar malu untuk mengingatnya. Namun ternyata masa-masa kelam dan masalah-masalah berat itulah yang kini menguatkanku. 

Untuk ke depannya, aku berharap Tuhan tetap setia mendampingi perjalanan hidupku, menjadikan aku seseorang yang lebih baik setiap harinya, dan memberikan aku kebijaksanaan dalam menyikapi setiap hal dalam perjalanan hidupku. 


Grey

Thursday, May 31, 2012

Love Rainbow


Homemade Rainbow cake by my girlfriend.


Terima kasih Tuhan telah mengirimkan seseorang untuk mewarnai hari-hariku.

Tuesday, May 1, 2012

Semua Baik

Dari semula t'lah Kau tetapkan hidupku dalam tangan-Mu, dalam rencana-Mu Tuhan.”  

Dari semula kehidupan manusia, meski tampak kebetulan, namun aku percaya semua sudah di rencanakan oleh Tuhan. Termasuk semua hal yang terjadi dalam hidupku. Semua pengalaman suka maupun duka yang pernah kulewati, yang sekarang kupercaya sudah menjadikanku seorang Grey seperti saat ini. 

Mungkin tidak semua hal yang kuinginkan dan kusukai dapat dengan mudah kudapatkan. Bahkan beberapa hal pernah menjadikanku sedih berkepanjangan, namun hari ini aku dapat tersenyum saat melihat ke masa laluku karena ternyata semua hal yang pernah menyakitiku semakin membuatku kuat hari ini. Seperti pepatah yang mengatakan, “Everything not killed you, make you stronger.”

Rencana indah t'lah kau siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan” 

Sama seperti anak muda lainnya, aku pernah memiliki banyak impian. Aku pernah bermimpi menjadi orang paling sukses dan paling kaya, aku juga pernah berambisi untuk menjadi orang nomor satu. Semua itu karena aku memiliki impian untuk bisa dapat hidup bebas suatu saat nanti. Bebas uang, bebas waktu, dan bebas pikiran. Meski tanpa kusadari semua itu malah membuatku melupakan hal terpenting dalam kehidupan, yaitu cinta dan arti sesungguhnya dari KEBEBASAN. 

Cinta terhadap keluarga dan teman-temanku, cinta terhadap hobiku, dan cinta terhadap diriku sendiri. Aku terlalu sibuk mengejar ambisi yang fana. Hingga suatu hari sakit yang di derita nenekku, menyadarkanku bahwa kekuasaan yang kukejar, materi yang kukejar, gengsi yang kukejar tidak ada satu pun yang dapat menggantikan waktuku untuk membahagiakan orang-orang yang kusayangi. Bahkan semua itu tidak dapat memperpanjang usia orang-orang yang kusayangi. Dan bagaimana dengan kebebasan?? Aku bahkan tidak memiliki kebebasan untuk sekedar menikmati waktu dengan orang-orang tersayang.

Sejak saat itu aku mulai merubah sudut pandangku terhadap kehidupan dan tujuan hidupku. Aku belajar untuk menerima kekuranganku, aku belajar untuk lebih banyak menghabiskan waktu menemani orang-orang yang kusayangi, dan aku berusaha untuk lebih menikmati dan mensyukuri semua yang aku miliki tanpa harus membandingkan hidupku dengan orang lain. Aku mulai belajar untuk mulai membebaskan diriku dari target-target yang sebenernya tidak berguna.

S’mua baik, s'mua baik. Apa yang t'lah kau perbuat di dalam hidupku, s'mua baik, sungguh teramat baik kau jadikan hidupku berarti.

Tanpa ambisi dan target-target yang melebihi kemampuanku, aku mulai tau apa itu “KAYA, BERKUASA, dan KEBEBASAN” dalam arti sesungguhnya. Perlahan tapi pasti aku mulai mendapatkan kesempatan untuk membuktikan diri. Kekasih yang baik hati, kebahagian-kebahagian yang sederhana, kebanggaan-kebanggaan diri yang sederhana, pekerjaan yang lebih baik, kehidupan yang lebih damai. 

Aku mulai merasa KAYA akan cinta, aku mulai merasa bangga karena akhirnya aku dapat BERKUASA atas diriku sendiri, dan akhirnya aku dapat merasakan KEBEBASAN yang sesungguhnya. Kebebasan untuk menjadi diriku sendiri dan hidup bahagia bersama orang-orang tercinta.

Friday, April 20, 2012

TITANIC : tragedi tak terlupakan



100 tahun yang lalu pada tanggal 15 April 1912, Titanic, sebuah kapal pesiar termewah saat itu tenggelam dengan korban jiwa mencapai ribuan. Berlatar belakang sejarah inilah sutradara James Cameron membuat film Titanic. Sebuah film drama kisah cinta sepasang anak muda Jack-Rose, dan perjuangan mereka untuk menyelamatkan diri dari bencana besar tersebut.

15 tahun yang lalu, kira-kira di akhir tahun 1997, film Titanic buatan James Cameron ini begitu menghebohkan dunia perfilman. Film Titanic menjadi box office di bioskop-bioskop seluruh dunia. Lagu My Heart Will Go On yang jadi nyanyikan Celine Dion pun selama belasan minggu masuk ke daftar Top 10 lagu terbaik hampir di semua radio dan station TV.

15 tahun yang lalu, aku masih seorang anak ABG yang menjadi penasaran dengan berita tentang film yang menghebohkan tersebut. Saat itu aku belum menjadi pecinta film-film bioskop, namun aku adalah seorang pecinta sejarah. Sehingga ketika promo film tersebut membawa embel-embel “based on true story” aku meyakinkan diri HARUS menonton film tersebut.

Kebetulan beberapa teman sekelasku mengajak nonton di bioskop, maka aku segera menabung untuk bisa ikutan mereka menonton. 15 tahun yang lalu, harga tiket bioskop hanya berkisar Rp. 8,000 – Rp. 12,000 tergantung lokasi bioskop. Dan saat itu, dengan nilai uang segitu, aku sudah dapat membeli makan siang yang cukup bergizi untuk 4 hari.

Tapi demi menghapus rasa penasaranku, aku rela menahan lapar selama 4 hari dan rela membolos acara sekolah. “Aku akan menjadi saksi sejarah. Do it now or never.” Begitulah pikiranku saat itu yang masih ABG. Siapa sangka sepulang dari bioskop, aku langsung kena marah oma-ku karena ternyata ada salah seorang teman yang tidak ikut menonton, menelpon ke rumah mencariku karena aku tidak ada di sekolah.

Untung saja film Titanic memang patut di acungkan jempol. Sehingga hingga saat ini pun aku tidak merasa menyesal saat itu aku sampai di marahi karena memaksakan diri pergi nonton di bioskop dan terpaksa menahan lapar selama beberapa hari.

April 2012, setelah 15 tahun berlalu, James Cameron kembali mengedarkan film Titanic dalam versi 3D untuk mengenang 100 tahun tragedi Titanic.

April 2012, aku sudah bukan anak ABG lagi, dan harga tiket nonton sudah tidak semahal empat kali makan siang lagi. Kali ini aku sudah tidak perlu membolos dan mencuri-curi kesempatan lagi untuk menonton. Karena aku pergi menonton bersama mami dan omaku. Sambil mengenang masa-masa ABG yang penuh kenakalan remaja.

Sunday, March 11, 2012

Bali, I'm in love


Akhirnya cita-citaku ke Bali tanpa harus di dampingi keluarga tercapai juga. Gara-gara temenku si Tizz neh yang ngajak-ngajakin ke Bali, akhirnya aku jadi punya alasan deh buat ke main-main ke Bali dan nemuin seseorang disana. Abis kalo tau-tau ke Bali sendirian kan jadi aneh, lagian alasan sama orang rumahnya apa coba.

Awalnya aku yakin liburan kali ini akan bebas sebebas bebasnya dari cobaan, ehhh ternyata butuh perjuangan euy buat liburan doang. Mulai dari masalah kantor yang terus menerus meneror sampai data gaji pegawai yang belum selesai-selesai di input sama HRD padahal harus segera aku selesaikan hitungannya sebelum aku cuti, yang akhirnya membuatku harus bawa-bawa kerjaan ke Bali. Dan mentok-mentoknya 5 hari aku disana, 3 hari untuk kerja. Liburannya tetep aja cuma sabtu-minggu doang. Tapi untungnya liburan yang sangat terbatas itu dapat menjadi liburan paling berkesan dalam hidupkyuuu.....

Kesan pertama yang cukup mendalam tentu saja masih tentang pekerjaan yang harus di bawa ke tempat liburan. Yang bikin 2 hari pertama disana aku ngomel-ngomel mulu ngga keruan karena disaat Tizz pergi jalan-jalan aku terpaksa nunggu di hotel untuk menyelesaikan pekerjaan. Bahkan “impianku” untuk Spa Treatment terpaksa harus ku kubur dalam-dalam.

Namun ternyata rasa kesalku karena tidak bisa sepuasnya menikmati liburan bisa terbayar hanya dengan 2 hari liburan berkualitas bersama sahabat dan seseorangku dengan pergi Diving dan menikmati indahnya pemandangan bawah laut Tulamben yang di hiasi oleh bekas kapal perang Amerika yang karam disitu. Sepanjang perjalanan pergi sampai pulang kembali ke Denpasar, kami bercanda dan saling mengejek tanpa henti.

Kesenangan kami hanya berhenti sesaat karena aku mendapat sedikit berita tidak enak tentang konfirmasi penginapan yang sudah kulakukan jauh-jauh hari tapi ternyata namaku tidak tercatat, dan pengurusnya mengatakan bila kami tetap mau menginap disana akan ada biaya tambahan untuk mobil yang kami bawa. Meski agak kesal tapi karena mengingat kami sudah tidak ada waktu lagi untuk mencari penginapan lain dengan harga yang masih terjangkau, terpaksa kami tetap memesan penginapan tersebut dan memasrahkan tentang biaya-biaya yang ditambahkan seenaknya.

Namun sepertinya Tuhan ingin menghadiahkan kami hal lain dalam liburan tersebut. Beberapa saat sebelum kami sampai kembali di Denpasar, mendadak Apisindica yang kebetulan sama-sama sedang berada di Bali, menawarkan untuk menginap bersama di sebuah villa mewah tempat sahabatnya bekerja. Padahal biasanya Villa tersebut disewakan seharga 555-1,000 USD per malam. Yah sudah tanpa perlu berpikir dua kali kami membatalkan penginapan yang sudah kami pesan dan langsung menjemput Apisindica untuk bersama-sama menuju villa tersebut.

Sesampainya di villa yang lokasinya ternyata butuh perjuangan untuk mencari, kami sudah disambut oleh teman-temannya Apisindica yang ramah dan gokil-gokil. Ighhh seru banget deh bercanda sama mereka. Padahal baru pertama ketemu.

Liburan ke Bali, anak muda semua, tanpa pergi clubbing sepertinya kurang lengkap. Menjelang tengah malam, setelah semuanya beristirahat sejenak, kami lanjut ke Dhyana Pura. Minum-minum dikit, goyang-goyang dikit, ketawa-ketiwi lagi, ketemuan dengan teman-teman lain yang ternyata juga Party lovers menutup hari yang luar biasa. Menjelang subuh kami baru kembali ke Villa dan langsung tidur dengan sukses sampe menjelang siang.

Keesokan harinya karena kami memiliki rencana yang berbeda, kami terpaksa berpisah. Tapi sebagai generasi narsis dan eksis yang memiliki “Pleasure Seekers” sebagai model, sesi foto-foto di villa mewah tersebut tidak boleh terlewatkan. Apalagi jarang-jarang bisa menginap gratis disana.

Ah senangnya liburan kali ini. Semua rasa kesalku di awal liburan terbayar sudah.

Sunday, February 19, 2012

Bersabarlah

“Bersabarlah…” Kata suara misterius itu di telingaku setiap kali aku berdoa mohon jalan keluar dari masalahku saat ini.

***

Masih teringat dalam benakku, beberapa tahun yang lalu ketika aku dan teman-temanku mengikuti acara outing ke Pulau Umang yang di adakan oleh anggota Senat mahasiswa di kampus kami. Acara outing saat itu sungguh berkesan karena di salah di dalam program acara, ada satu hari khusus untuk acara outbond.

Yang namanya acara outbond, pastilah untuk menguji daya tahan kita secara fisik dan mental dalam menghadapi rintangan dan tantangan yang ada. Nah saat itu ada sebuah rintangan yang paling berkesan dalam ingatanku hingga saat ini. Bahkan bila aku di minta untuk mengingat kembali kesuksesan-kesuksesan yang aku raih, maka kesuksesan melewati rintangan tersebut adalah salah satu hal yang akan aku ingat.

Rintangan yang aku maksud adalah menyebrangi sungai kecil, selebar dua puluhan meter yang hanya terhubung dengan dua utas tambang besi yang di ikatkan di batang pohon kelapa yang tumbuh di pinggiran sungai tersebut. Kedua utas tambang tersebut, yang satu untuk pijakan kaki dan yang lainnya untuk pegangan tangan. Selain itu tidak ada pengaman lain.

Sebenarnya saat itu pemandu kami sudah memberikan dua pilihan, yaitu menyebrangi sungai lewat bawah dengan resiko basah kuyub sebelum mulai bermain atau meniti tali tersebut dan kami akan tiba di tempat permainan dengan pakaian tetap kering. Tentu saja aku memilih pilihan yang kedua dengan pertimbangan Camera Recorder yang aku bawa akan selamat dari air kalau aku menyebrangi sungai tersebut dengan meniti tambang.

Tantangan terberat saat itu adalah ketakutanku akan ketinggian. Meniti tambang dengan ketinggian kurang lebih 30 meter dan lebar 20 meter bukan hal yang mudah untukku, meskipun setelah terlewati ternyata juga tidak sulit. Kesulitan terbesar tentu saja hanya di langkah awal. Karena langkah berikutnya aku hanya berusaha bertahan tanpa bisa memikirkan hal-hal lain. Iya lah bagaimana bisa aku memikirkan yang lain, kalau aku harus berkonsentrasi penuh agar aku tidak terjatuh ke sungai, yang meski tidak terlalu dalam tapi sangat berbatu-batu. Saat itu, dalam setiap langkahku, aku hanya dapat menyebut dalam hati, “Tuhan bantu aku melewati ini semua.”
Mungkin ada yang akan bertanya, apakah aku menyesal memilih untuk meniti tambang daripada basah-basahan? Ketika aku sudah berada di tengah-tengah tambang itu dan melihat sepertinya langkahku seperti tiada akhir, tentu saja aku menyesal. Tapi di tengah-tengah tambang titian itu, menyesal pun sudah tidak ada gunanya lagi. Untuk kembali ke titik awal, aku tetap harus berjuang melawan ketakutanku akan ketinggian. Perlahan-lahan melewati titian tersebut pun aku juga harus berjuang. Kalau aku berhenti dan menangis di tengah-tengah juga tidak ada yang bisa menolong, kecuali aku berani melompat ke sungai dengan resiko patah tulang atau gegar otak.

Saat itu aku benar-benar belajar berjuang. Berjuang untuk tetap bertahan dan menyelesaikan rintangan tersebut. Rintangan yang kelak menjadikanku sebagai orang yang lebih tangguh lagi. Kini, kalau aku ditanya apakah saat itu aku menyesal, jawabku tentu saja tidak. Karena sekarang disaat aku kembali berada di posisi yang sama, aku sudah tahu bagaimana harus bersikap dan melewatinya.

Dan sekarang kondisi masalahku kembali seperti saat itu. Dimana aku hanya bisa bersabar.

“Bersabarlah Grey… bertahanlah… selangkah lagi dan kamu akan melewatinya.”

Tuesday, January 3, 2012

2011

Patah hati, kekecewaan, sakit hati, arti persahabatan, pendewasaan diri, petualangan, titik balik kehidupan, semangat baru, kesuksesan perdana, kelahiran, kehidupan baru, pertemuan yang tak terduga, dan kepasrahan.

Itulah warna kehidupanku sepanjang tahun 2011. Suka dan duka selama satu tahun kemarin akhirnya berhasil kulalui.

Selamat tinggal 2011, selamat datang 2012.