Thursday, September 15, 2011

Ilmu “Ya sudah lah”

Mungkin bagi sebagian orang yang cukup mengenal aku di dunia maya sebelumnya, akan sedikit merasa aneh karena aku yang biasanya suka ngeksis kemana-mana beberapa bulan terakhir ini tiba-tiba menghilang. Facebook sudah dua tahun aku non aktivkan, dan Twitter sudah sebulan ini aku non aktivkan juga. Blog juga cuma sebulan sekali di update dengan tulisan super pendek. Tapi jangan khawatir, aku menghilang saat ini karena memang sedang sangat sibuk dan aku juga sedang mendalami suatu ilmu, yaitu ilmu “Ya sudah lah”.

Kalian pasti familiar dong dengan lagu “Ya sudah lah”-nya Bondan Prakoso feat Fade2black ini? Sejak pertama kali aku mendengar lagu ini, aku sudah merasa kalau lagu ini memiliki lirik lagu dengan arti yang sangat dalam. Hanya saja yang tidak aku sangka-sangka adalah bahwa prinsip “Ya sudah lah” ternyata merupakan suatu ilmu kehidupan yang sangat sulit untuk aku jalankan. Khususnya karena aku terlahir sebagai seorang melankolis sejati, yang konon selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk menjalankan kehidupannya dan juga karena sejak dulu aku selalu di ajarkan agar tidak pernah menyerah untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Sehingga ketika mimpi-mimpiku yang begitu indah tidak pernah terwujud, dan ketika aku mulai kelelahan karena terus berlari mengejar anganku yang tidak pernah sampai, maka depresi mulai menghantuiku kembali.

Aku memang memiliki sejarah depresi. Puncak dari depresiku adalah saat SMU. Dimana saat itu aku sudah 2x melakukan percobaan bunuh diri, hanya karena kegagalanku di sekolah, patah hati dengan adik kelas, dan tekanan dari orang tua yang begitu besar untuk menjadikan aku seperti yang mereka inginkan. Untungnya lewat cara yang ajaib, Tuhan menyelamatkanku dari kematian dan perlahan-lahan menyembuhkan depresiku. Sekarang dengan cara yang lucu nan ajaib juga, Tuhan sedang memintaku mempelajari dengan sungguh-sungguh ilmu “Ya sudah lha” ini.

Aku pernah mendengar seorang teman menimpali pepatah “Quiter never win, Winner never quit.” dengan pepatah lainnya “Sometime quit doesn’t mean lose, but we quit because we prepare to be win.”

Seperti sedang mengendarai mobil, kadang kita tidak bisa terus berjalan lurus, tapi harus mundur dulu sedikit atau berbelok untuk akhirnya dapat meneruskan perjalanan. Tidak mungkin kan, kalau di depan kita ada tembok penghalang, lalu tetap kita tabrak hanya karena kita menganut prinsip “Pantang Mundur”?

Sehingga akhirnya aku mulai belajar, kalau memang aku harus berjalan mundur sedikit, “Ya sudah lah” mundur saja dulu, toh mungkin saja ketika aku berjalan mundur ternyata aku menemukan jalan keluar lain. Dan ternyata, beneran loh, ilmu “Ya sudah lah” ini yang banyak membantuku untuk bertahan dalam menghadapi hal-hal sulit akhir-akhir ini.

1 comment:

Anonymous said...

Hi Grey
Just wanna tell you that your Flag is ready :)

Please let me know when we should meet.



V