Saturday, September 24, 2011

Dan ini pun akan berakhir


Sudah beberapa kali aku menerima Broadcast Message tentang sebuah kisah yang sangat menarik. Menurut Broadcast Message itu, konon Raja Salomo, raja yang terkenal karena kebijaksanaannya , pernah meminta seorang tukang emas kepercayaannya untuk membuat sebuah cincin emas. Selain itu Raja Salomo juga meminta tukang emas yang sudah berusia lanjut tersebut untuk menuliskan semua kisah pengalaman hidupnya ke dalam cincin emas pesanannya.

Bagi si tukang emas, membuat sebuah cincin emas adalah keahliannya, sehingga ia bisa segera menyelesaikannya. Namun membuat tulisan yang menggambarkan keseluruhan kisah hidupnya hanya ke dalam sebuah cincin membuat ia sangat kebingungan. Akhirnya ia pun memutuskan untuk berdoa dan bermeditasi. Beberapa bulan kemudian, ia pun berhasil menyelesaikan pesanan sang Raja.

Ketika ia menyerahkan cincin tersebut kepada Raja Salomo, Raja Salomo melihat sebuah kalimat yang terukir di pada cincin tersebut yaitu “Dan ini pun akan berakhir”. Pada awalnya Raja Salomo tidak mengerti arti kalimat tersebut, namun ia tetap mengenakan cincin tersebut di jarinya.

Beberapa waktu kemudian, ketika ada masalah yang terjadi pada kerajaannya, tidak sengaja Raja Salomo melihat tulisan yang terukir pada cincin yang ia kenakan “Dan ini pun akan berakhir”, lalu ia pun menjadi lebih tenang.

Begitu pula, ketika ia merasa begitu bahagia dengan banyak kemenangan yang ia dapatkan, tidak sengaja ia membaca lagi tulisan yang terukir pada cincin yang ia kenakan “Dan ini pun akan berakhir”, lalu ia segera kembali merendahkan hati.

Pesan moral dari kisah di atas sangat jelas yaitu TIDAK ADA YANG ABADI dalam hidup ini. Semua hal baik yang menyedihkan maupun yang menyenangkan suatu saat akan berakhir.

***

Aku ingin membagikan kisah ini kepada teman-teman sekalian, karena secara kebetulan sekali kisah di atas seperti sebuah peringatan dari Tuhan untukku, dalam menyikapi beberapa perkara yang sedang bergulir dalam kehidupanku. Khususnya dalam menghadapi persiapan Konser yang kurang dari sebulan lagi.

Sekedar berbagi, sejak akhir tahun lalu, kelompok paduan suara kami, memiliki sebuah impian untuk dapat mengadakan sebuah konser tahunan yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga akhirnya kami memutuskan untuk mengadakan konser di luar lingkungan gereja, yaitu di salah satu pusat kebudayaan asing yang sudah menjadi langgangan untuk acara-acara konser paduan suara atau resital.

Lagu-lagu sudah mulai di latih dari awal tahun. Panitia konser sudah dibentuk sejak pertengahan tahun. Tempat acara sudah di konfirmasi. Proposal dana sudah di sebarkan sebagian. Bahkan akhir minggu lalu, poster, flyer, dan tiket sudah selesai di cetak. Semua sudah siap di distribusikan.

Namun kemarin pagi, ketika kami akan meminta ijin untuk pemasangan poster di tempat acara yang akan kamu gunakan, tiba-tiba saja kami di kabari dengan berita yang mengejutkan. Kami tidak dapat menggunakan gedung tersebut pada tanggal yang telah ditentukan, karena akan digunakan untuk pementasan seni oleh artis dari negara pemilik pusat kebudayaan tersebut.

Degh. Kaget?? Tentu saja. Apalagi ketika aku diberi kabar oleh rekanku, aku juga sedang sibuk mengurus masalah lain di kantor. Sehingga awalnya aku sulit mencerna apa yang sedang terjadi.

“Dan ini pun akan berakhir” kata-kata tersebut tiba-tiba terlintas di kepalaku.

Aku mencoba untuk bersikap tenang, kembali ke mejaku, dan mulai membuka milis paduan suara kami. Ternyata teman-teman yang lain sudah mulai berdiskusi, untuk memikirkan solusi untuk menyelesaikan masalah kami.

Pilihan kami saat ini hanya dua, mengganti tanggal atau mengganti tempat acara. Bila harus mengganti tanggal, mencari hari yang cocok untuk semuanya itu tidak mudah. Apalagi rencana konser kali ini memang sudah mengalami beberapa kali ganti tanggal sejak awal di rencanakan. Namun bila harus mengganti tempat acara, artinya kami harus segera mencari gedung yang kurang lebih sekelas dan cocok untuk tempat konser paduan suara, dan juga mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar dari anggaran yang sudah kami buat.

“Dan ini pun akan berakhir” kata-kata itu kembali terlintas di kepalaku. Dan mungkin juga di kepala teman-temanku. Baru kali ini, aku mendapatkan tim kerja yang menurutku sangat tenang dan cekatan dalam menghadapi masalah di detik-detik terakhir.

Siang ini, setelah beberapa orang menjadi sukarelawan untuk menelpon satu per satu manajemen gedung yang kira-kira cocok, akhirnya kami mendapatkan gedung pengganti yang lebih baik dan lebih besar dari pada gedung yang sebelumnya. Meskipun dengan harga sewa yang juga hampir dua kali lipat dari gedung sebelumnya.

Beruntungnya lagi, menurut orang management gedung baru yang akan kami sewa itu, sebenarnya tidak semua paduan suara dapat menggunakan gedung tersebut untuk konser dan sebenarnya gedung tersebut rencananya akan digunakan oleh paduan suara lain, namun mendadak paduan suara tersebut mengundurkan diri.

Entah rencana apa yang sedang Tuhan rancang untuk paduan suara kami, saat ini kami hanya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kelangsungan acara konser impian kami bersama.
Dan meskipun pastinya konser ini pun akan berakhir, namun kami ingin mengakhiri konser ini dengan senyuman manis dan menjadikannya sebagai salah satu kenangan terindah.


Grey_S


Thursday, September 15, 2011

Ilmu “Ya sudah lah”

Mungkin bagi sebagian orang yang cukup mengenal aku di dunia maya sebelumnya, akan sedikit merasa aneh karena aku yang biasanya suka ngeksis kemana-mana beberapa bulan terakhir ini tiba-tiba menghilang. Facebook sudah dua tahun aku non aktivkan, dan Twitter sudah sebulan ini aku non aktivkan juga. Blog juga cuma sebulan sekali di update dengan tulisan super pendek. Tapi jangan khawatir, aku menghilang saat ini karena memang sedang sangat sibuk dan aku juga sedang mendalami suatu ilmu, yaitu ilmu “Ya sudah lah”.

Kalian pasti familiar dong dengan lagu “Ya sudah lah”-nya Bondan Prakoso feat Fade2black ini? Sejak pertama kali aku mendengar lagu ini, aku sudah merasa kalau lagu ini memiliki lirik lagu dengan arti yang sangat dalam. Hanya saja yang tidak aku sangka-sangka adalah bahwa prinsip “Ya sudah lah” ternyata merupakan suatu ilmu kehidupan yang sangat sulit untuk aku jalankan. Khususnya karena aku terlahir sebagai seorang melankolis sejati, yang konon selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk menjalankan kehidupannya dan juga karena sejak dulu aku selalu di ajarkan agar tidak pernah menyerah untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Sehingga ketika mimpi-mimpiku yang begitu indah tidak pernah terwujud, dan ketika aku mulai kelelahan karena terus berlari mengejar anganku yang tidak pernah sampai, maka depresi mulai menghantuiku kembali.

Aku memang memiliki sejarah depresi. Puncak dari depresiku adalah saat SMU. Dimana saat itu aku sudah 2x melakukan percobaan bunuh diri, hanya karena kegagalanku di sekolah, patah hati dengan adik kelas, dan tekanan dari orang tua yang begitu besar untuk menjadikan aku seperti yang mereka inginkan. Untungnya lewat cara yang ajaib, Tuhan menyelamatkanku dari kematian dan perlahan-lahan menyembuhkan depresiku. Sekarang dengan cara yang lucu nan ajaib juga, Tuhan sedang memintaku mempelajari dengan sungguh-sungguh ilmu “Ya sudah lha” ini.

Aku pernah mendengar seorang teman menimpali pepatah “Quiter never win, Winner never quit.” dengan pepatah lainnya “Sometime quit doesn’t mean lose, but we quit because we prepare to be win.”

Seperti sedang mengendarai mobil, kadang kita tidak bisa terus berjalan lurus, tapi harus mundur dulu sedikit atau berbelok untuk akhirnya dapat meneruskan perjalanan. Tidak mungkin kan, kalau di depan kita ada tembok penghalang, lalu tetap kita tabrak hanya karena kita menganut prinsip “Pantang Mundur”?

Sehingga akhirnya aku mulai belajar, kalau memang aku harus berjalan mundur sedikit, “Ya sudah lah” mundur saja dulu, toh mungkin saja ketika aku berjalan mundur ternyata aku menemukan jalan keluar lain. Dan ternyata, beneran loh, ilmu “Ya sudah lah” ini yang banyak membantuku untuk bertahan dalam menghadapi hal-hal sulit akhir-akhir ini.