Monday, May 23, 2011

Vietnam (Part 2)

Karena hari pertama aku tiba di Ho Chi Minh sudah cukup malam, maka hari pertama aku hanya sempat makan malam di restorant Jepang dekat hotel, lalu berjalan-jalan sebentar di pasar malam Ben Thanh, dan lalu segera kembali ke hotel untuk mandi dan beristirahat.

Pagi harinya, sekitar jam 8.30 aku di jemput oleh pihak City Tour untuk berangkat ke Chu Chi Tunnel, yaitu daerah yang memiliki terowongan-terowongan bawah tanah yang di bangun ketika jaman perang. Terowongan-terowongan itu di buat sebagai tempat tinggal sekaligus tempat persembunyian kala itu.

Chu Chi Tunnel, menurut Tour Leader kami saat itu, masih di kategorikan sebagai hutan. Tidak heran sepanjang perjalanan untuk menuju kesana harus melewati kompleks pemakaman dan hutan karet, belum lagi di daerah Chu Chi Tunnel masih sangat banyak Lengkibang berkeliaran dimana-mana. Awalnya tentu saja aku kaget dan sangat jijik, tapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa melihat lengkibang berkeliaran. Hanya ketika mau duduk beristirahat atau berfoto aku harus melihat sekeliling dulu, takut kejatuhan lengkibang.


Melihat arsitektur terowongan-terowongan yang ada si Chu Chi Tunnel membuatku sangat kagum dengan orang-orang Vietnam kala itu, karena mereka sanggup membuat tempat tinggal, tempat persembunyian, dan jebakan-jebakan di dalam tanah sekaligus.


Dan yang paling membuatku kagum adalah mereka bisa membuat dapur umum di bawah tanah, tanpa membuat perapian disitu kekurangan oksigen, tanpa membuat daun-daun yang menutupi atapnya terbakar, dan tanpa bisa di lacak oleh musuh karena cerobong asap dari dapur umum tersebut terletak minimal 100 meter dari lokasi dapur umum.

Namun meski aku mengagumi cara mereka bertahan hidup, pergi ke Chu Chi Tunnel membuatku bersyukur aku di lahirkan bukan di jaman perang. Karena aku tidak bisa membayangkan kalau aku harus mendengarkan suara tembakan setiap hari, harus tinggal di lorong-lorong kecil itu setiap hari, dan harus singgap untuk bersembunyi setiap saat.

Oh ya, di Chu Chi Tunnel kebetulan ada area untuk mencoba belajar menembak dengan senapan sungguhan dan peluru tajam. Biaya untuk membeli peluru-peluru itu pun tidak terlalu mahal, kurang lebih 150,000 – 400,000 VND per 10 peluru tergantung jenis peluru dan senapan yang ingin digunakan.

Aku mencoba menembak dengan senapan model M60 (kalau tidak salah), baru saja masuk tembakan ketiga telingaku sudah berdenging, padahal aku sudah menggunakan pelindung telinga. Belum lagi selongsong-selongsong peluru yang masih panas berloncatan keluar setiap kali aku menembak, membuat 10 butir peluru itu sangat banyak untukku.


Sepulang dari Chu Chi Tunnel, waktu masih siang. Aku menemui mama dari tanteku dulu, lalu kami makan siang bersama di kedai depan hotel. Lalu setelah itu kami pergi berbelanja di pasar Ben Thanh, yang hanya berjarak kurang lebih 10 menit jalan kaki dari hotelku.

Pasar Ben Thanh mirip-mirip dengan pasar Pagi di Jakarta. Disana dijual segala jenis pernak-pernik dan oleh-oleh khas Vietnam. Dan yang paling banyak tentu saja kaos, gantungan kunci, magnet kulkas, dan kopi Vietnam.

Belanja di pasar, mau di Indonesia, di China, maupun di Vietnam tentu saja harus bisa menawar harga. Begitu juga di pasar Ben Thanh, kita harus menawar minimal 60% dari harga yang mereka buka karena dari situ kita baru akan mendapatkan harga tengah yang cocok untuk barang yang kita ingin beli dan ada baiknya juga kita membandingkan harga dari toko lain.

Habis puas berbelanja aku pulang ke hotel, dan bersiap-siap untuk makan malam bersama dengan keluarga tanteku. Kami makan malam di Restaurant Quan An Ngon, restaurant yang menjadi tujuan wisata kuliner nomor dua di Vietnam. Namun seperti kebanyakan restaurant di Vietnam, makanan-makanan di Quan An Ngon juga kebanyakan mengandung pork.

Selesai makan di Quan An Ngon, kami berjalan-jalan sebentar sebelum kembali ke hotel. Kami berfoto-foto sebentar di taman yang kami lewati. Sekali lagi aku kagum dengan Vietnam, meski negara ini bukanlah negara yang kaya dan penduduknya juga masih sulit untuk menaati peraturan lalu lintas yang berlaku, namun mereka sangat menjaga tata kota.

Masih banyak taman-taman yang dapat di jadikan tempat bersantai dan bermain bagi penduduk disana. Tamannya pun di lengkapi dengan berbagai peralatan olahraga yang di Indonesia mungkin hanya bisa di temui di tempat gymnasium. Belum lagi pohon-pohonnya yang sangat rindang membuat nyaman orang-orang yang ingin beristirahat sejenak setelah berjalan kaki seharian.

Meski melelahkan, hari itu aku sangat menikmati jalan-jalanku.


*** to be continued ***

Wednesday, May 18, 2011

New Journey : Vietnam (Part 1)

Seperti yang pernah aku katakan beberapa waktu yang lalu, meski aku sudah semakin jarang online dan beberapa account atas nama Grey sudah tidak aktiv lagi, namun Perjalanan Grey akan terus berlanjut.

Dalam perjalanan kali ini, aku sedang berkunjung ke Vietnam. Negara dimana tanteku sedang mencari sesuap nasi dan segenggam berlian, dengan membuka bisnis Tour and Travel. Jadi jangan kaget yah kalau suatu saat Blog Perjalanan Grey ini tiba-tiba berubah menjadi Biro Perjalanan Grey, karena memiliki bisnis sendiri khususnya dalam bidang Tour and Travel juga merupakan salah satu impianku. Sehingga saat kemarin tanteku menawarkan peluang tersebut, mendadak aku merasa impianku berada di depan mata.

Ok back to topic. setelah sekian lama mempersiapkan perjalanan kali ini, dan banyaknya rintangan sebelum berangkat (dari target pekerjaan yang tidak selesai-selesai, tiket yang sempat di batalkan sepihak oleh maskapai penerbangan AA, salah terminal, sampai penerbangan yang di delay) akhirnya hari kamis sore tanggal 12 May 2011 pukul 17.00 aku berangkat juga ke Ho Chi Minh City.

Di dalam pesawat aku bertemu salah seorang anggota inti Q-munity yang ternyata sedang berlibur ke Vietnam juga bersama ibunya. Karena hotel tempat kami menginap berlokasi tidak terlalu jauh, kami pun berbagi taxi yang sama. Taxi yang kami gunakan saat itu adalah Vinasun. Di Vietnam, taxi yang direkomendasikan adalah Vinasun atau Mailinh Taxi. Dan dikarenakan warga Vietnam mayoritas tidak dapat berbahasa asing, ada baiknya memesan taxi lewat jasa pemesanan yang tersedia di bandara. Meski sedikit lebih mahal dari pada mengambil taxi dari luar tapi setidaknya di bandara ada yang bisa membantu kita untuk berkomunikasi.

Oh ya, sekedar informasi. Ada baiknya dari Indonesia membawa mata uang dollar saja, dan baru di tukarkan ke dalam Vietnam Dong sesampainya di bandara Vietnam. Hal ini dikarenakan sulitnya mencari VND di Indonesia, seandainya ada pun jumlahnya terbatas dan nilainya lebih mahal dari yang seharusnya.

Penginapanku berada di distric 1, daerah tersebut merupakan pusat kota, sehingga banyak sekali pilihan hotel di daerah tersebut dan harganya kurang lebih seragam, sekitar US$ 50 / malam untuk hotel bintang 3-nya. Kalau yang memang ingin jalan-jalan, menginap di Hotel bintang 3 sudah lebih dari cukup, karena standard hotel bintang 3 disana cukup bagus, dan sangat bersih.

Selama di Ho Chi Minh aku menggunakan hotel Kingston, yang merupakan rekomendasi ke-2 dari tanteku. Rekomendasi pertama adalah hotel Blue Diamond, sayangnya saat itu Hotel Blue Diamond sedang terisi penuh. Namun meski aku menginap di Hotel Kingston, nyaris setiap hari aku menemani tanteku meeting di Hotel Blue Diamond. Dan aku sangat puas dengan pelayanan dari kedua hotel tersebut.

Kedua hotel tersebut, sangat dekat dengan pasar Ben Than (Pasar pagi-nya Ho Chi Minh dan merupakan salah satu pasar yang paling terkenal disana), kurang lebih hanya 5 menit berjalan kaki dari Hotel menuju pasar Ben Than. Aneka jenis barang di jual di pasar tersebut, dari pernak-pernik, pakaian, sepatu, tas, sampai beraneka makanan khas Vietnam di jual di pasar tersebut.

Btw, ceritanya aku lanjut besok lagi yah. Ngantuk neh...

*** To be continued ***

Wednesday, May 11, 2011

Promise



Bagi sebagian orang janji hanyalah tinggal janji, bagiku janji adalah hutang yang harus lunas sebelum ajal menjemputku.

Dan esok adalah hari pemenuhan janjiku pada seseorang yang kusebut sahabat.


May


Bulan May setahun lalu, lewat sebuah pertemuan yang tidak diduga, aku bertemu dengan seseorang yang sangat berarti bagiku, yang hingga kini masih bertahta di hatiku.

Bulan May tahun ini, aku akan memenuhi janjiku kepada seorang sahabat untuk menemuinya lagi di kota tempatnya bekerja saat ini.

Dua orang dengan nama yang sama. Dua orang putri impianku, yang selamanya hanya akan hidup dalam impianku. Dua orang yang sama-sama menjadikan bulan May sebagai bulan penuh kenangan.

May... Maybe Yes, Maybe No. Bulan penuh harapan, bagi orang-orang yang masih berharap. Untukku inilah saatnya kembali ke dalam realitas kehidupan.



Grey_S