Monday, April 19, 2010

Sanguinis Choraliensis 2010



Semalam adalah salah satu malam minggu yang paling sempurna dalam bulan ini. Saya dan beberapa orang teman, berkesempatan menyaksikan konser paduan suara yang sangat berkelas. Sanguinis Choraliensis 2010.

Menurut iklannya, Sanguinis Choraliensis memiliki arti ‘mencari kenikmatan dengan bernyanyi dalam paduan suara’. Ini adalah konser seri Batavia Madrigal Singers (BMS). Konser seri ini dimulai sejak tahun 2009, melanjutkan konser yang rutin dipersembahkan setiap tahun sejak didirikannya BMS.

Dalam konser seri ini selalu ditampilkan repertoar paduan suara yang sangat beragam, dari lagu-lagu sakral zaman Renaissance hingga lagu-lagu sekular zaman modern, dari lagu pop hingga folksong. Pemilihan lagu yang sangat beragam ini merupakan upaya BMS yang selalu ingin memasyarakatkan musik paduan suara yang sungguh sangat kaya, agar musik ini dapat dikenal lebih luas oleh para pecinta musik pada umumnya.

Konser Sanguinis Choraliensis 2010 kemarin dibuka dengan beberapa musik polifoni sakral zaman Renaissance dan Barok karya Palestrina, Heinrich Schutz dan Henry Purcell. Berikutnya adalah musik paduan suara zaman Romantik dan modern, antara lain karya Josef Rheinberger, Knut Nystedt, Josef Karai, dan babak pertama ini ditutup dengan karya komponis tanah air, Ivan Yohan.
Pada babak kedua ditampilkan lagu-lagu profan dengan tema beragam, tentang cinta dan tentang keindahan alam.

Karya-karya antara lain Claude Debussy, Morten Lauridsen, Gabriel Faure dan Peteris Vasks ini ditulis dengan teknik komposisi yang berbeda. Gaya polifoni klasik yang elegan hingga gaya modern yang agresif dengan disonans dan kaya warna, semua ditampilkan di sini. Tiga musik rakyat dengan aransemen yang menyegarkan sekaligus menyenangkan, karya Donald Patriquin, Michael McGlynn dan Sam Pottle, menutup konser ini dengan sangat sempurna.

Selain kualitas suara dari para anggota Batavia Madrigal Singers yang luar biasa keren, menurut saya, saya juga sangat mengagumi kualitas dan arsitektur dari Aula Simfonia Jakarta, yang memang di bangun dengan standard International. Bahkan menurut info yang saya dapatkan, untuk acara-acara music, seperti Concert Sanguinis Choraliensis semalam, kualitas akustik dari Aula Simfonia Jakarta yang di resmikan pada tahun 2009 ini, jauh lebih baik dari pada Theater Esplanade Singapore.

Jujur semalam, saya merasa sangat bangga dan tersanjung dapat menyaksikan concert music yang berkelas International di tempat yang juga berkelas International.

Baru menyaksikan saja, saya sudah merasa begitu tersanjung, bagaimana kalau saya mendapatkan kesempatan untuk ikut bernyanyi disana yah?


Sing, my Angel of Music
Sing, my Angel
Sing for me
-Phantom of the opera-

Grey_S

4 comments:

Anonymous said...

grEy sUkA mUsIk klAsIk?

Xxxx said...

sebuah tempat konser yang indah dan di design oleh seorang pendeta yang hebat, Pdt. Stephen Tong, gembala sidang GRII

Ms. Grey said...

@ Anonym : Yeah gw suka music classic.
Tepatnya gw suka segala jenis musik.

@ Yorikho : Yup. I know it.
Dan menurutku ini adalah sebuah impian yg menjadi nyata.

Hendra said...

Nice review. Terima kasih buat lapdangmat ini. BMS katanya mo konser seri ini lagi bulan Juli ini.

Salam kenal
Hendra