Monday, November 9, 2009

Silent is Gold, but Silent is hurt too


Ada pepatah yang mengatakan “Diam itu emas” tapi hari ini aku baru menyadari bahwa ternyata “Diam itu juga melukai.” Ternyata hanya dengan diam saja, kita juga bisa melukai hati orang.

Kemarin siang aku bertengkar mulut dengan Oma-ku. Masalah sepele. Dia minta aku pergi ke luar negri lagi, kemana pun, terserah aku.

Sedangkan aku sendiri sudah melupakan keinginanku untuk pergi ke luar negeri. Bukan apa apa, hanya saja saat ini aku sudah kehabisan modal kalau ingin pergi merantau lagi. Sisa uang yang ada saat ini ingin aku jadikan modal buka usaha di Jakarta, yang sudah jelas-jelas biaya hidupnya lebih murah dari negara-negara lain.

Bahasanya yang keras membuat aku tersinggung.

Akhirnya keluar juga pernyataan dari mulutku:
Kenapa sih, Oma jadi seakan-akan ingin mengusirku dari rumah? .... Kalau memang tidak ingin aku tinggal di rumah lagi, it’s OK. Aku akan pergi sekarang juga.

Dia menangis karena kata-kataku.

Dan barulah dia menceritakan yang sebenarnya.
................
...........
.......
...

Dia merasa cemas.

Mamiku juga.

Mereka merasa bersalah.

Dan semua kecemasan dan rasa bersalah itu disebabkan oleh “KEBISUAN”ku.

Aku yang memang tidak pernah menceritakan masalah-masalahku, impian-impianku, dan semua “tentang aku” kepada keluargaku sendiri, ternyata membuat mereka benar-benar mencemaskan aku. Ternyata ada perasaan bersalah yang menjalar di hati mereka.

Memang karena kesalahan di masa lampau, aku hidup sedikit luar biasa. Tapi semua kesalahan-kesalahan mereka di masa lalu BUKAN lah penyebab aku menjadi pecinta sesama jenis.
Aku berani bersumpah untuk itu.

Aku sendiri masih tetap belum berani mengatakan apa-apa. Karena ada perasaan bersalah juga jauh di lubuk hatiku. Tapi BUKAN merasa bersalah karena aku pecinta sesama jenis.

Aku merasa bersalah, karena aku membuat mereka merasa bersalah.

Aku merasa bersalah, karena dari kecil aku tidak bisa seperti yang mereka harapkan.

Aku merasa bersalah, karena ternyata misteri kepergianku ke China, yang sangat mendadak, sampai saat ini masih menjadi tanda tanya besar untuk mereka.

Aku merasa bersalah, karena ternyata aku belum bisa mempercayai mereka untuk mengenal aku lebih jauh. Padahal aku berani tampil di depan orang lain. Padahal aku berani jujur kepada pamanku, yang hanya sepupu dari mamiku.

Sekarang semuanya menjadi terluka.

Oma-ku terluka.

Mami-ku terluka.

Adik-adik-ku, keluargaku.

Aku sendiri terluka.

Dan semuanya hanya karena KEBISUAN, yang aku tidak tahu bagaimana harus menghancurkannya.

.....................
.................
.............
.........
.....

Tuhan, bagaimana harus memulai menceritakan semua ini kepada mereka??

Aku bingung…

Tolong aku…




Grey_S

10 comments:

Apisindica said...

Belajarlah agak lebih ekspresif Grey! belajar mengungkapkan lewat kata, lewat obrolan. Setidaknya biarkan mereka tahu apa yang kamu rasakan.

Teruslah mengenyam cinta dengan keluarga, karena kadang atau seringkali HANYA mereka lah yang kita punya!

lucky said...

Sayang, kadang2 ga semuanya harus diomongin.......kamu ga harus ngomong tp perbuatan dan tingkah laku juga bisa berbicara. Semangat!!!!!

Farrel Fortunatus said...

sabar ya... Tuhan pasti punya maksud disetiap kejadian di hidup kita... semua kejadian pasti ada hikmahnya, asalkan kita sanggup memahaminya dengan bijak. Silent is golden. Diam saja sudah emas, apalagi kalo kita bisa bicara dari hati ke hati, mungkin lebih berharga dari berlian termahal sekalipun. Tetap semangat bro!!!

Ms. Grey said...

@ Apis : iya neh. Gw harus belajar lebih expressive. Ajarin dong...

@ Lucky : Justru sepertinya begitu. Gw ga ngomong, tapi mereka tau dari gaya gw. Dan itu yg bikin mereka sedih. Mungkin karena merasa tidak di percaya sama gw, buat mengenal diri gw lebih dalam.

@ Farrel : Gw berharap, gw bisa belajar bicara dari hati ke hati sama mereka. Gw jg udah cape nyimpen semuanya sendiri.

Thanks yah all my Bro...

kotakitem said...

kadang memang sulit utk membuka mulut dan bercerita....
takut menyakiti dan takut disakiti, takut ditolak, takut dijauhi dan lainnya....tapi ketakutan itu blom tentu akan jadi kenyataan.
jadi ada baiknya kumpulkanlah keberanian dan kluarkan apa yg ada di hati

be strong...*hugs*

Re said...

Banyak anak kehilangan kesempatan untuk mendapat kasih sayang dari orang tua karena keadaan. Begitu pula sebaliknya. Tetapi, lebih banyak lagi anak-anak yang tidak mereguk kasih sayang justru ketika mereka hidup bersama ayah dan ibunya. Sebaliknya, banyak anak yang tidak memberi perhatian dan kasih sayang kepada orang tua karena hubungan yang terlalu rutin (Andy's Corner-Andy F. Noya, page 86).

Grey, bebrapa waktu lalu gw baca buku Andy F. Noya, salah satunya tentang hubungan orang tua dan anaknya, bagus deh Grey, sempetin baca kalo ada waktu..

Ms. Grey said...

@ Kotakitem : iya neh gw harus menguatkan diri.
Kadang apa yang kita rencanakan ternyata tidak semudah itu menjalankanya.
Btw, thanks yah Hug-nya...

@Re : nanti gw cari deh bukunya. Kalo teori seh sebenernya gw udah banyak baca buku, tp buat memperbaiki hubungan itu yang sulit.

Ternyata gw masih terlalu pengecut untuk memperbaiki komunikasi gw ke keluarga gw.
Bener seperti yg kotakitem katakan, gw masih terlalu takut di tolak. Apalagi sama orang yang gw sayang.

M. said...

sama Grey paling susah buat gw malah menghadapi keluarga inti sendiri

jujur gw gak tahu mau komentar apa selain berharap semoga semuanya menuju ke arah yg lebih baik

Sinyo said...

bila, lidah kelu bibir terkatup rapat, bahasa tubuh jauh lebih banyak berbicara dan bermakna dalam, mungkin nggak, Greyyyyyy???

Ms. Grey said...

@ M : Kayaknya memang ngadepin orang terdekat itu yg 1/2 mati.
Abis kalo mereka yg nolak pasti rasanya paling sakit, dari pada di tolak sama temen.

@ Sinyo : Bahasa tubuh dan tatapan mata. Ga bisa bohong deh kalo yg itu mah.