Thursday, March 12, 2009

Sombong & Egois-nya aku

Kamu orangnya sombong yah Grey.” Katanya sambil tertawa tidak jelas. Menurutku tidak ada yang lucu dari percakapan kami.
Hah?? Sombong??” aku bingung dengan kata-katanya.
Iya. Kamu orangnya sombong dan egois.” Lanjutnya lagi. Kali ini ketawanya semakin keras. Aku tersenyum mulai menangkap arti terselubung kata-katanya.
Hmm… yup.” Sahutku.
***

Itu sepenggal percakapanku dengan seorang calon Imam, yang katanya punya kemampuan membaca pikiran orang. Entah benar, entah hanya omong kosong belaka. Tapi semua yang dia baca tentang aku di pertemuan pertama kami itu, 90% benar. Dia hanya salah saat mengatakan aku pernah hampir jadian dengan seorang pria, karena yang benar adalah aku pernah hampir jadian dengan seorang wanita.

Aku menemui dia bukan untuk minta di ramal. Aku selalu takut dengan ramalan. Aku hanya ingin sedikit berkonsultasi, bagaimana harus menjawab pertanyaan keluargaku tentang “pacar” sekalian mengantarkan temannya tante-ku. Di umurku yang sudah memasuki 25 tahun, belum pernah pacaran pasti menimbulkan tanda tanya kan? Sedangkan aku sendiri belum sanggup untuk Coming Out saat ini. Jadi aku sedikit tertekan dengan pertanyaan keluargaku.

Kalau harus konsultasi dengan orang lain, aku takut akhirnya tidak jadi konsultasi karena aku sendiri bermasalah dengan kata-kata. Aku kan lebih lancar mengetik di komputer, dari pada berbicara secara langsung. Masa nanti aku konsultasi ke orang lewat tulisan. Lagipula Calom Imam ini, cukup di hormati oleh keluarga-ku, jadi kalau dia yang membantu aku untuk berbicara kepada keluarga-ku, pasti kata-katanya lebih di dengarkan. Itulah alasanku akhirnya menemui dia.

Meski kata-katanya terdengar tidak serius dan dia mengucapkannya sambil bercanda, tapi aku menangkap arti dari kata-katanya. Seperti soal kesombongan dan ke-egois-anku. Aku sadar sampai saat ini aku masih menjadi orang yang sangat sombong dan egois.

Aku bukan sombong karena hanya mau bergaul dengan orang-orang kaya dan terpandang. Aku juga bukan sombong karena aku mengekslusifkan diri dalam kelompok tertentu. Bukan itu. Teman-temanku berasal dari berbagai golongan.
Yah… memang seh setahun terakhir ini, teman-teman mainku memang kebanyakan dari kelompok LGBT, tapi aku masih punya temen hetero kok.

Aku sombong karena aku selalu membanggakan semua yang aku miliki. Aku selalu membanggakan semua yang pernah aku jalani dan aku lewati. Padahal semua itu BELUM membuktikan aku ini orang sukses.

Aku juga tidak pernah mau kalah dari orang lain. Mereka bisa, aku pasti bisa. Mereka punya, aku harus punya juga. Meskipun setelah itu aku akan tetap terseok-seok mengejar level orang yang menjadi sainganku.

Aku egois karena aku selalu memandang dari sudut pandangku. Sehingga aku kurang memperhatikan sekelilingku. Aku selalu merasa diriku yang paling menderita dengan kisah cintaku, dengan ke-gay-anku. Padahal di sisi lain, mungkin ada orang yang lebih menderita dari aku.

Aku juga egois karena sampai saat ini, aku masih belum bisa berdamai dengan Pernikahan. Yah… sampai saat ini aku masih belum bisa menerima, kalau kekasih hatiku nanti harus tetap menikah dengan pria. Dan dengan sombongnya, aku berikrar : “lebih baik tidak pernah pacaran, daripada harus di tinggal nikah lagi.” Dan tanpa aku sadari, ikrar ini mungkin telah menyakiti hati orang-orang yang tulus mencintai dan menyayangi-ku.

Aku memang sombong dan egois. Karena aku takut ketahuan kalau ternyata aku ini cuma manusia lemah. Kalau mengambil kata-kata Chairil Anwar, maka aku ini adalah binatang jalang. Semakin terluka, aku akan semakin galak. Semakin lemah diriku, aku akan berusaha berdiri semakin tegak. Semakin aku terpojok, aku akan semakin siap untuk menyerang.


GreyS

3 comments:

Anonymous said...

wuih... mayan berat nih kali ini topiknya... jadi berkaca pada diri sendiri... saya juga sombong :( selalu berpikir, saya (harus) bisa membahagiakan semua orang... tapi ga mungkin .. (kan?)

Farrel Fortunatus said...

Semua orang ditakdirkan punya sisi baik dan sisi buruk. Kalo kita sudah tau sisi buruk kita, berarti kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri. Dan tentu saja, lebih baik memperbaiki diri sendiri dari pada ditegor orang lain untuk berubah. Tar malah jadi sakit hati he he he... Untuk berubah, ga perlu terburu" kok, yang penting progress nya keliatan. Chiayoo...

De Ni said...

Apa yang kamu rasa dan pikirkan adalah hal yang begitu kuat menghantui pikiranku.
Senang baca tulisan kamu Grey!!!