Thursday, December 4, 2008

Surat Kepada Tuhan

Dear Tuhan,

Ternyata meski saya sudah jauh dari Jakarta perasaan gelisah dan kosong, masih saja menghantui saya. Akhir-akhir ini saya sedang merasa gelisah lagi Tuhan. Malam ini saja, saking gelisahnya saya jadi tidak bisa tidur, juga tidak bisa belajar.

Sebabnya karena akhir-akhir ini saya sering membaca artikel / cerita tentang di tinggal menikah pasangan. Banyak teman-teman saya yang terpaksa harus berpisah dari pasangan, karena pasangannya tersebut harus menikah dengan orang lain. Akhir-akhir ini saya juga sering berdiskusi tentang pernikahan, dengan teman-teman lainnya yang sudah mulai ditanya-tanya kapan menikah.

Mungkin saya memang belum ditanya-tanya kapan menikah. Karena orangtua masih menganggap saya anak kecil dan belum pernah pacaran. Saya juga belum pernah mengalami putus dari pasangan secara resmi. Tapi Tuhan tahu kan, saya pisah dari cici dan kabur ke Beijing karena apa?? Karena dia juga mendapat tuntutan harus menikah dari keluarganya. Sehingga sangat tidak mungkin untuk melanjutkan hubungan dengan saya. Dan jujur karena itu saya trauma terhadap pernikahan.

Bukan saya tidak bisa merelakan dia bahagia, tapi sampai kapan saya harus kehilangan kekasih, karena kekasih saya harus nikah dengan pria?? 2 kali, 3 kali atau setiap kali akan berakhir seperti ini???

Tuhan, banyak yang bilang menikah itu ibadah. Tapi menikah itu hanya boleh antara pria dan wanita. Kalau pria dengan pria atau wanita dengan wanita itu namanya dosa. Apa itu benar Tuhan??? Tuhan apa benar, saat Kau merancang manusia, Engkau hanya merancang pria akan berpasangan dengan wanita saja??

Tuhan, katanya janji pernikahan itu adalah janji paling suci karena saat diucapkan, Engkaulah yang menjadi saksi. Tapi bagaimana kalau ternyata janji itu tidak keluar dari hati yang paling dalam dan hanya di ucapkan di mulut saja?? Apa janji itu masih Engkau anggap suci??

Tuhan, katanya pernikahan itu juga sakramen suci karena dengan menikah kami akan mencontoh hidup Keluarga Kudus. Tapi bagaimana kalau akhirnya hanya karena harus menikah, sampai terpaksa mencari orang yang bersedia untuk pura-pura menikah?? Istilah kerennya kawin kontrak. Teman saya yang Lesbian sampai harus mencari Gay untuk menikah dengannya. Karena kata dia dengan menikahi Gay, mereka akan menjadi simbiosis mutualisme. Apa dengan seperti ini masih bisa di bilang mencontoh Keluarga Kudus???

Tuhan, kata orang kalau tidak menikah aku akan kesepian seumur hidup. Tapi kalau sesudah menikah aku tetap tidak menemukan tempat untuk “berpulang” bagaimana?? Bagaimana kalau ternyata tempatku untuk “berpulang” itu ada dalam pelukan sesama wanita juga??

Tuhan, sebenarnya masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang ingin saya tanyakan. Saking banyaknya saya sampai bingung, apalagi yang harus saya tanyakan. Tapi Tuhan jangan marah yah. Saya menanyakan ini semua bukan bermaksud untuk menentangMu lagi. Tenang saja, saya sudah tidak sanggup untuk menentangMu lagi kok. Hanya saja seperti yang saya bilang tadi, pertanyaan-pertanyaan ini membuat saya gelisah dan kehilangan konsentrasi.
Tolong dijawab yah Tuhan. Di jawabnya boleh kapan-kapan saja kok, tapi kalau bisa jangan pakai lama yah. Saya takut kepala saya sakit setiap hari, karena tidak bisa tidur, mikirin pertanyaan di atas. Saya juga takut tidak bisa belajar dan bekerja dengan baik, karena hilang konsentrasi. Nanti saya malah menyia-nyiakan kesempatan yang Engkau beri lagi. Hehehehehe…. AMEN.


Salam,

GreyS

1 comment:

Me ... said...

hehehe akhirnya terwakili juga pertanyaannya...

btw,
" Di jawabnya boleh kapan-kapan saja kok, tapi kalau bisa jangan pakai lama yah"

hahahaha