Monday, August 18, 2008

Panggung Sandiwara

Semalam atau tepatnya malam menjelang pagi, ketika aku sudah bersiap-siap untuk tidur, aku dikagetkan oleh bunyi SMS. Ternyata salah seorang teman chattingku.

Grey, udah bobo belum?? Gw lagi baca Blog lo neh. Serasa lagi baca cerpen bersambung deh. Jadi ga sabar nunggu lanjutannya. Hehehe….

Membaca SMSnya aku tertawa sendiri dan tiba-tiba jadi teringat sebuah judul lagu yang di populerkan oleh Nike Ardila di era 90an. Panggung Sandiwara. Lyric lagu tersebut menggambarkan kehidupan setiap orang yang masing-masing memiliki peran sendiri. Ada peran yang wajar dan ada yang mewajibkan harus berpura-pura.

Kisah kehidupan tiap orang pun mudah sekali berubah. Kadang menjadi comedy, yang bisa membuat orang terbahak-bahak. Kadang menjadi tragedy, yang bisa membuat orang menangis Bombay. Tapi kembali lagi, semua hanyalah drama sesaat. Meski disimpan baik-baik dalam memory otak kita, kenangan-kenangan lama itu tetap saja akan tergantikan oleh kisah-kisah baru. Itu sebabnya sejak lulus SMU, aku sudah tidak percaya lagi dengan kata-kata seperti Friends Forever, I love you forever, I’ll remember you forever, etc. Karena memang tidak pernah ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan.

Semalam aku akhirnya mencoba untuk merenungkan kembali kejadian-kejadian yang sudah aku lalui selama ini. Ternyata selama 24 tahun lebih ini, aku juga sudah berhasil menjadi seorang Actress. Actress yang memiliki peran berpura-pura jauh lebih banyak daripada peran yang wajar. Beberapa kisah asmaraku pun sepertinya layak kalau mau dibuat sinetron dan mungkin seharusnya aku sudah mendapatkan Piala Oscar dan uang yang berlimpah untuk kepiawaianku memainkan peran kehidupan ini.

Aku sadar selama ini aku sudah terlalu banyak berbohong dan terlalu sering berpura-pura. Pura-pura jadi anak manis di depan keluarga besarku, pura-pura jadi teman yang perhatian di komunitasku, pura-pura jadi anak gaul, pura-pura Straight, dan pura-pura lainnya. Bahkan di depan orang-orang yang aku sayang, aku selalu pura-pura tidak butuh mereka. Di depan orang yang aku cintai, aku bisa bilang tidak suka dan tidak perduli padanya.

Tapi semakin lama aku semakin sadar, ternyata kebohongan-kebohonganku itu sudah membuat diriku hampa. Terlalu banyak peran yang aku mainkan, membuat aku melupakan siapa sebenarnya aku ini. Sebenarnya aku sudah letih dengan semua kebohongan ini. Aku ingin sekali bisa menjadi diriku sendiri. Bisa jujur terhadap semuanya.

Saat aku bukanlah aku,
Aku merindukan diriku,
Tapi diriku bukanlah milikku.

Saat aku bukanlah aku,
Aku merindukan jiwaku,
Tapi jiwaku juga bukanlah milikku.

Jadi…. Siapakah aku??
Aku adalah bukan diriku,
Juga bukan jiwaku….

I don’t want to be a man.
I don’t want to be a woman.
I just want to be a human.

I don’t want to be an angel.
I don’t want to be a devil.
I just want to be myself….

But… who am I???
I am…. not myself


Aku akui kehidupan sebenarnya sangat menarik. Terlalu menarik bahkan. Apalagi kalau mau dibuat Telenovela seperti yang sedang laris manis di TV kita akhir-akhir ini. Kehidupan adalah Telenovela terpanjang, yang setiap judulnya tidak hanya akan mencapai ratusan episode, tapi mungkin bisa mencapai ratusan ribu episode. Tuhan akan menjadi producer sekaligus sutradaranya.

Tapi ingat telenovela ini tidak akan disukai banyak orang, kalau kita sebagai pemeran utamanya tidak bisa memerankan peranan kita sebaik-baiknya. Ini sebabnya aku tidak mungkin berharap bisa jujur dan menjadi diriku sendiri sebelum contractku selesai. Karena pastinya akan banyak orang yang kecewa dan terluka, seandainya aku memaksakan diri keluar dari perananku yang seharusnya.


Dunia Ini Panggung Sandiwara
Ceritanya Mudah Berubah
Kisah Mahabrata Atau Tragedi Dari Yunani
Setiap Kita Dapat Satu Peranan
Yang Harus Kita Mainkan
Ada Peran Wajar Dan Ada Peran Berpura-pura

Mengapa Kita Bersandiwara
Mengapa Kita Bersandiwara


GreyS

1 comment:

Unknown said...

sapa yang tau jalan yang benar yang mana?
ga mau pusing ah..