Wednesday, August 27, 2008

Final Countdown

Were leaving together,
But still its farewell
And maybe well come back,
To earth, who can tell?
I guess there is no one to blame
Were leaving ground
Will things ever be the same again?

It’s the final countdown...

Were heading for Venus and still we stand tall
Cause maybe they’ve seen us and welcome us all
With so many light years to go and things to be found
I’m sure that well all miss her so.

Lagu Final Countdown-nya Europe kayaknya cocok banget sama suasana hatiku saat ini. Inilah saatnya aku tinggal menghitung mundur, jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik. Kurang dari 24 jam lagi aku harus meninggalkan Jakarta. Kota kelahiranku. Kota yang penuh kenangan manis sekaligus pahit.

Semoga aku bisa meninggalkan semua kenangan-kenanganku yang pahit, dan melupakannya. Sehingga aku bisa kembali ke kota ini karena kenangan-kenangan manis yang tidak bisa aku lupakan. Semoga dengan perjalanan panjangku kali ini, aku benar-benar bisa belajar untuk lebih dewasa, lebih mandiri, lebih menghargai kehidupan beserta seluruh anugerah yang kumiliki, dan bisa menemukan apa yang kucari selama ini. Karena aku pergi untuk kembali....

Kalau ditanya bagaimana perasaanku saat ini, ehm..... Jelas deg-deg-an gimana gitu. Excited tentu. Khawatir sama keluarga yang di Jakarta juga iya. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku, harus terpisah jauh dari keluarga lebih dari 1 minggu. Sebelum-sebelumnya paling lama aku pergi hanya 6 hari. Kali ini mendadak aku harus berpisah selama 11 bulan.

Kalau aku me-review kehidupanku lagi, dalam 24 tahun ini aku sudah membuat 3 keputusan besar yang benar-benar menyangkut masa depanku. 2 keputusanku yang sebelumnya sudah berhasil aku lewati dengan sukses. Aku harap keputusanku untuk pergi jauh kali ini juga akan berhasil aku jalani dengan baik, dan berakhir dengan tidak mengecewakan. Meski aku belum tau bagaimana harus melewatinya, tapi semua "Perjalanan" tetap harus aku lewatikan???

Kawan-kawan, doakan aku berhasil yah....



GreyS

Sunday, August 24, 2008

Maafkan aku untuk cintaku....

Selama 3 hari berturut-turut ini, mendadak aku seperti mendapatkan jawaban, kenapa kisah cintaku selalu berakhir dengan menyakitkan. Bahkan yang terakhir, membuatku sedikit trauma untuk jatuh cinta lagi.

Hari Jumat kemarin, ada seorang teman priaku yang curhat bahwa dia sedang gundah gulana. Masalahnya ternyata sederhana, dia sedang suka pada seorang gadis. Tapi dia takut Tuhan mengambil gadis itu bila dia mencintainya melebihi cintanya pada Tuhan. Ketika mendengar ceritanya aku hampir tertawa. Aku tak menyangka di jaman edan seperti ini, masih ada seorang pria yang begitu taat beragama dan tulus mencintai Tuhannya.

Dan hari ini homili Pastor di gereja tentang Petrus. Murid yang sangat mencintai Tuhan. Ia pernah 3x di tanya Yesus “Petrus, apakah kamu mencintai Aku??”. Saat pastor membahas tentang pertanyaan itu, yang terdengar di telingaku seperti

Grey, apakah kamu mencintai aku??”

***

Hampir semua teman yang mengenalku selalu mengatakan bahwa aku orang yang serius dalam segala hal. Serius dalam belajar, serius dalam bekerja, juga serius saat mencintai seseorang. Aku memang bukan tipe orang yang tidak mudah untuk jatuh cinta, dan juga tidak mudah untuk bisa melupakan. Aku tidak pernah percaya pada “Love at the first sight” tapi aku percaya pada “cinta karena terbiasa”. Aku selalu ingin serius dalam menjalin hubungan karena memang yang aku cari selama ini bukan hanya sekedar pacar, tapi aku pasangan hidup dan kekasih hati.

Karena itulah pada saat aku sedang “in love”, aku seperti berkhianat pada Tuhan. Aku selalu mencintai gadisku melebihi cintaku pada Tuhan. Aku selalu marah pada Tuhan setiap kali kisah cintaku harus berakhir. Aku selalu berharap Tuhan mau mengakhiri hidupku, setiap kali aku harus kehilangan gadisku. Aku juga selalu merasa sebagai orang paling menderita, hanya karena aku “berbeda”.

Cerita temanku dan homili Pastor hari ini, membuatku berpikir mungkin karena cintaku yang selalu berlebihan pada gadis-gadisku, makanya Tuhan selalu mengambil mereka dariku. Aku sangat malu pada temanku itu. Aku yang di depan semua orang selalu terlihat religius dan taat beragama, tapi ternyata tidak bisa mencintai Tuhanku lebih dari cintaku pada kekasihku. Mulai saat ini aku harus belajar mencintai Tuhanku lebih dari apapun, agar aku tidak mengalami kesakitan lagi saat aku harus kehilangan. Karena memang tidak ada yang abadi di dunia ini selain Tuhan.


Tuhan, maafkan aku yang tidak pernah bisa mencintaiMu
sedalam cintaku padanya yang bahkan tidak pernah mencintaiku.

Tuhan, maafkan aku yang tidak pernah bisa menghargai kematianMu
di kayu salib demi aku.
Aku malah berharap bisa melepaskan nyawaku demi orang yang
bahkan tidak pernah peduli akan kehidupanku.

Tuhan, maafkan aku yang tidak pernah peduli akan kehadiranMu di sisiku.
Aku malah mengharapkan kehadiran orang
yang bahkan merasa enggan untuk berada di sisiku.

Tuhan, maafkan aku yang tidak pernah peduli akan penantianMu akan kepulanganku.
Aku malah menanti kepulangan dia
Yang bahkan tidak akan pernah mau kembali padaku.

Tuhan, maafkan aku untuk cintaku padanya…



GreyS

Wednesday, August 20, 2008

Freedom....

Jujur!!! Aku lupa kalau tanggal 17 kemarin adalah hari kemerdekaan RI. Inget seh inget tapi ga tau kenapa, tahun ini rasanya biasa aja. Mungkin karena aku belum merasakan nuansa kemerdekaan sesungguhnya kali yee... Buktinya sampai sekarang Indonesia memang belum benar-benar merdeka dari yang namanya korupsi, kelaparan, kebodohan, kemacetan (ini special buat Jakarta), dll.

Dan berhubung sudah banyak banget yang nulis tentang kemerdekaan untuk para LGBT, maka kali ini aku mau nyumbang 1 puisi aja.


My biggest dream is only one…
That is LIVING in FREEDOM...

FREEDOM of FINANCIAL…
FREEDOM of TIME…
FREEDOM of MIND…

And…

FREEDOM for LOVING my loves one…
Without curses…
Without sins…
Just WITH LOVE...




GreyS

Monday, August 18, 2008

Panggung Sandiwara

Semalam atau tepatnya malam menjelang pagi, ketika aku sudah bersiap-siap untuk tidur, aku dikagetkan oleh bunyi SMS. Ternyata salah seorang teman chattingku.

Grey, udah bobo belum?? Gw lagi baca Blog lo neh. Serasa lagi baca cerpen bersambung deh. Jadi ga sabar nunggu lanjutannya. Hehehe….

Membaca SMSnya aku tertawa sendiri dan tiba-tiba jadi teringat sebuah judul lagu yang di populerkan oleh Nike Ardila di era 90an. Panggung Sandiwara. Lyric lagu tersebut menggambarkan kehidupan setiap orang yang masing-masing memiliki peran sendiri. Ada peran yang wajar dan ada yang mewajibkan harus berpura-pura.

Kisah kehidupan tiap orang pun mudah sekali berubah. Kadang menjadi comedy, yang bisa membuat orang terbahak-bahak. Kadang menjadi tragedy, yang bisa membuat orang menangis Bombay. Tapi kembali lagi, semua hanyalah drama sesaat. Meski disimpan baik-baik dalam memory otak kita, kenangan-kenangan lama itu tetap saja akan tergantikan oleh kisah-kisah baru. Itu sebabnya sejak lulus SMU, aku sudah tidak percaya lagi dengan kata-kata seperti Friends Forever, I love you forever, I’ll remember you forever, etc. Karena memang tidak pernah ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan.

Semalam aku akhirnya mencoba untuk merenungkan kembali kejadian-kejadian yang sudah aku lalui selama ini. Ternyata selama 24 tahun lebih ini, aku juga sudah berhasil menjadi seorang Actress. Actress yang memiliki peran berpura-pura jauh lebih banyak daripada peran yang wajar. Beberapa kisah asmaraku pun sepertinya layak kalau mau dibuat sinetron dan mungkin seharusnya aku sudah mendapatkan Piala Oscar dan uang yang berlimpah untuk kepiawaianku memainkan peran kehidupan ini.

Aku sadar selama ini aku sudah terlalu banyak berbohong dan terlalu sering berpura-pura. Pura-pura jadi anak manis di depan keluarga besarku, pura-pura jadi teman yang perhatian di komunitasku, pura-pura jadi anak gaul, pura-pura Straight, dan pura-pura lainnya. Bahkan di depan orang-orang yang aku sayang, aku selalu pura-pura tidak butuh mereka. Di depan orang yang aku cintai, aku bisa bilang tidak suka dan tidak perduli padanya.

Tapi semakin lama aku semakin sadar, ternyata kebohongan-kebohonganku itu sudah membuat diriku hampa. Terlalu banyak peran yang aku mainkan, membuat aku melupakan siapa sebenarnya aku ini. Sebenarnya aku sudah letih dengan semua kebohongan ini. Aku ingin sekali bisa menjadi diriku sendiri. Bisa jujur terhadap semuanya.

Saat aku bukanlah aku,
Aku merindukan diriku,
Tapi diriku bukanlah milikku.

Saat aku bukanlah aku,
Aku merindukan jiwaku,
Tapi jiwaku juga bukanlah milikku.

Jadi…. Siapakah aku??
Aku adalah bukan diriku,
Juga bukan jiwaku….

I don’t want to be a man.
I don’t want to be a woman.
I just want to be a human.

I don’t want to be an angel.
I don’t want to be a devil.
I just want to be myself….

But… who am I???
I am…. not myself


Aku akui kehidupan sebenarnya sangat menarik. Terlalu menarik bahkan. Apalagi kalau mau dibuat Telenovela seperti yang sedang laris manis di TV kita akhir-akhir ini. Kehidupan adalah Telenovela terpanjang, yang setiap judulnya tidak hanya akan mencapai ratusan episode, tapi mungkin bisa mencapai ratusan ribu episode. Tuhan akan menjadi producer sekaligus sutradaranya.

Tapi ingat telenovela ini tidak akan disukai banyak orang, kalau kita sebagai pemeran utamanya tidak bisa memerankan peranan kita sebaik-baiknya. Ini sebabnya aku tidak mungkin berharap bisa jujur dan menjadi diriku sendiri sebelum contractku selesai. Karena pastinya akan banyak orang yang kecewa dan terluka, seandainya aku memaksakan diri keluar dari perananku yang seharusnya.


Dunia Ini Panggung Sandiwara
Ceritanya Mudah Berubah
Kisah Mahabrata Atau Tragedi Dari Yunani
Setiap Kita Dapat Satu Peranan
Yang Harus Kita Mainkan
Ada Peran Wajar Dan Ada Peran Berpura-pura

Mengapa Kita Bersandiwara
Mengapa Kita Bersandiwara


GreyS

Tuesday, August 12, 2008

Jalan yang "benar".....

Hari ini seharusnya aku pergi ke sebuah seminar yang bertajuk Agama & Homosexualitas. Nyesel banget aku tidak memaksakan diri untuk hadir. Padahal masalahku hanyalah karena aku belum hafal jalan menuju tempat diadakannya seminar tersebut. Dan temanku yang sedikit lebih hafal jalan, hari ini tidak dapat ikut serta. So, aku akan bahas masalah ini menurut keyakinanku sendiri. Seandainya aku memiliki kesalah pahaman tentang masalah ini tolong beri tahu aku lewat Comment yah....

***
Saat aku menulis ini, ada seorang temanku yang sedang gelisah mengenai ke-gay-annya dan agamanya. Dan dia menanyakan "Apa jalan yang aku tempuh ini salah??" Tentu saja aku tidak bisa sembarangan menjawab. Pertanyaan ini sungguh sulit. Salah jawab sedikit saja bisa menimbulkan kesalahpahaman yang lebih fatal. Ini salah satu alasan aku menyesal tidak hadir di acara seminar hari ini, padahal mungkin aku bisa membantu dia dalam meringankan masalahnya.

Beberapa waktu yang lalu, aku juga sempat mendapat teror dari seseorang yang mengetahui tentang ke-gay-an aku. Dengan mengaku-ngaku sebagai "Sahabat"ku dan diminta oleh Tuhan Yesus untuk memperingatkanku. Dia mengkuliahi aku dengan isi Alkitab beserta injil-injilnya, meminta aku segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar.

Jalan yang "benar"....... Aku sendiri bingung dengan istilah ini. Karena menurut pengalaman pribadi aku, kalau jalan yang aku tempuh salah, Tuhan pasti langsung menegur aku dengan caraNya yang serba misterius. Dan tentang yang ini, tidak akan aku bahas lagi karena sudah pernah aku bahas di topik "Pelangi KasihNya". Aku selalu percaya, selama perjalananku masih belum ada masalah, Tuhan belum menegur aku, berarti aku masih berjalan di jalan yang "benar". Dan sampai saat ini aku belum bermasalah dengan ke-gay-anku, dan semoga saja memang tidak akan pernah ada masalah.

Setelah aku Coming Out ke diriku sendiri, justru makin banyak hal yang dapat aku bagi ke teman-teman sesama LGBTIQ yang baru, yang masih takut-takut untuk coming out. Aku bersyukur pada Tuhan, aku masih punya sahabat-sahabat hetero yang mau menerima kondisiku apa adanya. Bahkan setia mendampingiku saat aku Down. Aku juga bersyukur pada Tuhan, teman-temanku di LGBTIQ community adalah orang-orang yang baik. Bukan orang-orang begundal seperti yang di bayangkan masyarakat umum.

Tentang ke-gay-anku, aku sendiri kan tidak pernah mau mengalami ini. Salah siapa aku lahir dengan tubuh perempuan tapi jiwa lelaki??? Salah siapa juga cintaku selalu berlabuh pada mahluk berjenis kelamin perempuan??? Yang menembakkan panah asmara kan bukan aku. Mengutip kata-kata Bette yang di the L world, seandainya aku ditanya Tuhan, aku juga akan bilang "God, I'm Your creation and I proud of it."

Aku sendiri sampai sekarang tidak menutup kemungkinan kalau memang Tuhan akhirnya mengutus seorang pria untuk aku (meski mengharapnya seh seorang wanita tentunya). Mungkin aku memang naif, tapi sampai sekarang aku masih memegang prinsip, asalkan aku bisa tetap bersama kekasihku seumur hidup dan cintaku tetap suci dimata Tuhan, aku akan rela tidak berhubungan Sex. Kalau memang sexualitas aku sebagai pecinta sesama jenis itu yang dianggap berdosa.

"Berdosa????" ...... Semua agama pasti mengajarkan umatnya untuk saling mengasihi kan? Lalu apa kita berdosa dengan mengasihi dan mencintai sesama kita? Pria dengan pria atau wanita dengan wanita, itu kan sesama juga. I think not in God's eyes but Yes in Human's eyes. Menurut aku pribadi, cinta dan kasih tidak akan pernah salah apalagi berdosa. Yang salah adalah situasi dan kondisi saat cinta itu bertumbuh, dan yang berdosa adalah saat cinta kita malah membuat kita menyakiti orang disekitar kita.

Dan sebagai seorang katolik, aku tentu sering mendengar kalau Tuhan Yesus sendiri selalu bekerja di area abu-abu. Pelacur lha diampuni dan dijadikan pelayanNya, pemungut cukai lha dijadikan muridNya, bahkan menyembuhkan orang buta pun dilakukan di hari Sabat. Apakah itu tidak berarti cintaku pun tidak akan dimaafkan olehNya kan???

Perjalanan hidupku masih sangat panjang, entah sampai kapan bisa berakhir. Jalan mana yang benar dan mana yang salah, masih bagaikan fatamorgana bagiku.... Tapi aku yakin, Tuhanlah yang akan menunjukan mana jalan yang "benar" untukku. Karena Dia pasti tidak akan tega untuk berhenti mendampingiku.



GreyS




Friday, August 8, 2008

Sampai maut memisahkan....

"... Di depan Tuhan dan di depan saudara seiman, saya HPS berjanji akan menerima AS sebagai istri saya, dan sebagai satu-satunya wanita dalam hidup saya. Baik dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit. Sampai maut memisahkan. Saya berjanji akan bertanggung jawab terhadap keluarga ini, dan menjadi suami dan ayah yang baik..."
"... Di depan Tuhan dan di depan saudara seiman, saya AS berjanji akan menerima HPS sebagai suami saya, dan sebagai satu-satunya pria dalam hidup saya. Baik dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit. Sampai maut memisahkan. Saya berjanji akan bertanggung jawab terhadap keluarga ini, dan menjadi istri dan ibu yang baik..."

Hari ini Jumat tanggal 8 Agustus 2008 (08-08-08) entah berapa banyak pasangan yang menikah di seluruh dunia. Dari banyaknya pasangan yang menikah itu, salah satunya teman baik sekaligus mantan rekan bisnisku.

Sebenarnya sejak aku sadar, aku hampir tidak mungkin menikahi orang yang aku cintai kelak, aku agak alergi untuk hadir di acara-acara pernikahan. Tapi sebagai seseorang yang sudah dianggap saudara, pastinya aku wajib hadir di acara yang begitu penting buat dia. Dan hari ini, aku rela bolos les bahasa untuk hadir di acara pemberkatannya.

Hari ini temanku itu terlihat cantik sekali. Suaminya pun terlihat lebih tampan dari biasanya. Tapi aku salut, mereka tampak tetap tenang menghadapi hal besar seperti ini. Kalau aku pasti sudah sangat gugup.

Aku terharu saat mereka berdua mengucap janji nikah dan minta restu ke orang tua. Aku membayangkan seandainya aku berada di posisi mereka. Aku juga pasti tidak tahan menahan airmata. Tapi membayangkan hal itu, airmataku jadi menetes beneran. Apalagi aku juga teringat lagi sama "dia". Aku masih suka memimpikan dapat bersanding dengannya. Dan 2 hari kemarin aku terus-terusan ingat "dia", apa mungkin karena aku gugup dengan pernikahan temanku ini yah???

Sebenarnya aku sudah lama memikirkan tentang pernikahan. Aku juga sudah memiliki rencana untuk membeli apartemen kecil untuk rumah tanggaku kelak. Bahkan setiap kali aku ke Mall, pastilah aku mampir sejenak ke Toko Cincin sekedar untuk melihat-lihat cincin pernikahan. Cincin yang katanya merupakan lambang cinta sejati karena melingkar tanpa berujung dan tidak pernah pudar warnanya.

Dan tadi aku membayangkan yang berdiri di altar itu adalah aku dan wanitaku. Tapi bagaimana pun juga itu hanyalah khayalan. Kalau yang berdiri di altar itu aku dan wanitaku apa mungkin kedua orang tuaku akan memberi restu??? Apa mungkin rekan-rekan yang hadir akan sebanyak hari ini???

Namun sampai saat ini aku hanya bisa bermimpi. Sambil menunggu siapa yang akan menjadi mempelaiku kelak. Boleh kan aku bermimpi suatu saat aku bisa berdiri di altar suci untuk mengucapkan janji suci kepada wanitaku.

"... Di depan Tuhan dan di depan saudara seiman, saya Grey Sebastian, berjanji akan menerima ....... sebagai istri saya dan satu-satunya wanita dalam hidup saya. Baik dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit. Sampai maut memisahkan..."



GreyS


Monday, August 4, 2008

Pelangi KasihNya

Apa yang kau alami kini
Mungkin tak dapat engkau mengerti
Satu hal tanamkan di hati
Indah semua yang Tuhan b’ri

Tuhan-mu tak akan memberi
Ular beracun pada yang minta roti
Cobaan yang engkau alami
Tak’kan melebihi kekuatanmu

REFF:
Tangan Tuhan sedang merenda
Suatu karya yang Agung Mulia
Saatnya 'kan tiba nanti
Kau lihat pelangi kasih-Nya


Rasanya sudah lama sekali aku tidak pernah mendengar lagu ini dinyanyikan di gereja. Maklum lha gereja Katholik, lagu-lagunya kebanyakan diambil dari lagu Classic. Dan lagu diatas memang lebih sering di gunakan dalam acara penghiburan bila ada yang meninggal. Tapi hari Minggu kemarin tumben-tumbenan Koor menyanyikan lagu tersebut dalam Misa biasa.

Saat mendengar lagu ini dinyanyikan, tiba-tiba semua kenangan-kenangan yang sudah ingin aku lupakan, terlintas lagi di ingatanku. Seperti film yang diputar ulang. Satu persatu muncul, dari yang terbaru sampai kejadian-kejadian beberapa tahun yang lalu. Sakit rasanya saat aku mengingat itu semua. Aku akui sering kali aku marah kepada Tuhan, atas semua yang terjadi dalam hidupku. Aku juga sering bertanya pada Tuhan, aku ini salah apa, kenapa semua yang aku harapkan, tidak bisa aku dapat semudah orang lain mendapatkannya.

2 tahun yang lalu aku kehilangan orang yang aku cintai. Belum genap 1 tahun aku berhasil menyembuhkan sakit hatiku, aku sudah harus kehilangan lagi. Bahkan kali ini dengan cara yang lebih menyakitkan. Saat aku ingin melarikan diri dalam pekerjaan, aku justru tidak di terima bekerja di semua perusahaan impianku. Belum lagi masalah-masalah keluarga yang sudah lama tertumpuk, bagaikan bom waktu yang tinggal menunggu waktu untuk meledak. Dan bisnisku yang dulu menjadi semangat hidupku, hancur di depan mata, dan aku tidak sanggup untuk mempertahankannya. Kadang aku benar-benar berpikir Tuhan sangat kejam terhadapku.

Tapi selain kenangan-kenangan pahitku, aku juga seperti mulai mendapat jawaban Tuhan atas semua pertanyaanku. Meski mungkin pertanyaan-pertanyaanku itu, baru dijawab satu persatu oleh Tuhan.

Hari Kamis sore yang lalu, aku terbangun dari tidur soreku oleh sebuah berita tentang tutupnya PT. GF. Perusahaan tersebut adalah salah satu perusahaan impianku. Selain cukup bonafid, perusahaan tersebut juga sangat meyakinkan. Belum pernah aku seyakin itu terhadap sebuah perusahan keuangan. Dan hanya di PT. GF aku sempat melamar sampai 3x. Ditolak, coba lagi, ditolak, coba lagi. Dalam berita sore itu PT. GF itu tutup dengan membawa kabur uang nasabah sebesar Rp. 40 miliar. Saat itu juga aku berkata dalam hati, “Thanks God, aku tidak pernah diterima kerja di perusahaan tersebut.

Akhir bulan ini aku juga akan pergi ke China. Kalau orang bertanya untuk apa aku jauh-jauh pergi belajar kesana, jawabanku adalah untuk belajar bahasa leluhurku. Meski alasanku sebenarnya adalah untuk melupakan semua kenangan pahit di Jakarta. Aku harap dengan aku “berlibur panjang” dari kehidupanku saat ini dan mengubah namaku untuk sementara, aku bisa menjadi orang yang lebih baik lagi, saat aku pulang nanti.

Kalau aku berpikir lagi, aku sudah ingin belajar ke China sejak 3 tahun lalu, saat aku belum tamat kuliah. Tapi aku tidak pernah bisa berangkat. Bukan karena masalah ekonomi, yang selama ini aku jadikan alasan, tapi karena sebenarnya saat itu aku memang masih berat meninggalkan Indonesia. Tapi karena masalahku dengan “dia” akhirnya aku berhasil membulatkan tekad untuk pergi.

2 tahun yang lalu aku pernah ikut retreat tentang “Rahasia Illahi” juga. Disitu salah seorang pembinanya memberi perumpamaan. “Kalau kita menemukan koin yang tercecer di jalan, pasti ada orang yang tidak sengaja menjatuhkannya. Tapi bila kita menemukan koin yang tersusun rapi di jalan, pasti ada yang sengaja menyusunnya.” Dulu aku berhasil menemukan urutan-urutan permasalahan yang aku alami, hingga aku menemukan jawaban atas masalahku saat itu. Saat ini pun sepertinya aku sudah berhasil menemukan kembali urutan-urutan itu.

1. Seandainya aku diterima kerja di perusahaan impianku, aku pasti tidak akan bertemu “dia”
2. Seandainya aku tidak bertemu “dia”, aku pasti belum bisa melupakan dosenku
3. Seandainya aku tidak bertemu “dia”, aku pasti masih hidup dalam kebohongan, yang hanya akan membunuh diriku secara perlahan-lahan
4. Dan seandainya aku tidak bertemu “dia”, aku tidak akan mempunyai masalah yang justru membuat aku siap pergi ke China

Meski aku ga pernah tau apa yang akan terjadi sesampainya aku di China, aku yakin itu semua pasti yang terbaik untuk aku. Biarlah masa depanku tetap menjadi Misteri Illahi. Aku pasrah dengan yang di atas.

Cinta sejati Tuhan memang seperti Jamu atau Obat, pahit rasanya, tapi tetap dibutuhkan tubuh untuk menyehatkan tubuh kita. Tidak seperti racun masa kini, yang semanis madu, tapi tetap saja dapat membunuh. Semua kepahitan yang aku alami, pasti hanya untuk menyehatkan imanku. Semua penantianku pasti akan ada ujungnya.

Sama seperti pelangi yang muncul setelah hujan reda, sedangkan hujan tidak akan datang sebelum langit kelabu. Aku pun harus bersabar menunggu tiba saatnya Pelangi KasihNya muncul. Karena Tuhan pastilah saat ini sedang merendanya untukku.



GreyS