Saturday, July 26, 2008

Berhenti Berharap....

Dulu ku tak pernah…
Percayakan cinta…
Yang tak..harus memiliki…

Pernah ku paksakan…
Walau tak sejalan…
Meski..ku tau ku salah…

Dan ku..coba melupakanmu…
Karna ku tau kau bukan milikku…

Dan ku..berhenti berharap…
Akan cintamu yang dulu…
Ada di hati…
Dan ku..coba tuk bertahan…
Walau..berat…
Kini ku berhenti berharap…

Kini ku akui…
Hatiku..tak bisa…
Slalu..miliki dirimu…

Dan ku..berhenti berharap…
Akan cintamu yang dulu…
Ada di hati…
Dan ku..coba tuk bertahan…
Walau..berat…
Kini ku berhenti berharap…berharap…


Akhir-akhir ini banyak sekali lagu-lagu indonesia yang sepertinya sedang menggambarkan suasana hatiku. Meski kadang aku tidak terlalu suka pada iramanya, yang biasa banget. Tapi berhubung lyric-nya aku banget mau tidak mau lagu itu pasti ada dalam list program iTunes-ku dan iPod-ku.

Seperti lagu “Berhenti berharap” yang dinyanyikan Marcell, iramanya seh agak mirip-mirip dengan lagu yang dinyanyikan Delon saat Grand Final Indonesian Idol pertama (aku lupa judulnya ;P). Tapi lyric lagu ini seperti menamparku. Mengingatkanku agar aku juga berhenti berharap. Berhenti berharap dia akan berpaling kepadaku. Berhenti berharap dia akan membalas cintaku. Berhenti berharap dia akan menjadi milikku selamanya.

Saat mendengarkan lagu ini, seperti ada yang mengatakan kepadaku “Grey, berhentilah menjadi punguk yang merindukan bulan. Dia tidak yang tercipta untukmu. Cukup sudah kau menantinya. Cukup sudah kau mengharapkannya.”

Yah… mungkin dia memang tidak tercipta untukku. Mungkin aku memang sia-sia mengharapkan cintanya. Tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku. Sampai detik ini, saat aku menulis blog ini, aku masih mencintainya. Sangat mencintainya.

Aku masih sering merasa “kosong” saat aku sadar dia tidak di sisiku lagi. Bagaikan ada lubang besar yang menganga di relung hatiku. Meski aku akui, aku juga mulai terbiasa tanpa kehadirannya di sisiku.

Setelah berbulan-bulan aku mencintainya hanya dalam hati, kini sudah tiba saatnya aku berhenti berharap… .



GreyS

Friday, July 25, 2008

Chocolate Mint

Apa rasa ice cream favoritmu??? Vanilla, Chocolate, atau Strawberry??? Kalau aku, aku adalah penggemar ice cream rasa Chocolate Mint.
Apa permen favoritmu??? Permen buah-buahan, permen chocolate, atau permen kopi??? Kalau aku, aku adalah penggemar permen Chocolate Mint.

Apapun brand ice cream tersebut atau dari manapun perusahaan pembuat ice cream tersebut, yang penting bagiku rasanya harus Chocolate Mint. Begitu juga dengan permen dan chocolate batangan lainnya. Aku tidak pernah peduli terhadap namanya atau perusahaan pembuatnya, yang penting bagiku rasanya adalah Chocolate Mint.

Rasanya aneh…. Seperti memakan pasta gigi rasa Chocolate.” Kata temanku ketika dia mencoba minuman rasa Chocolate Mint yang aku pesan. Yah… Chocolate Mint jika dibuat selain untuk rasa ice cream, pasti menjadi agak aneh di lidah.

Mungkin hal itu juga yang menyebabkan aku kesulitan untuk menemukan rasa Chocolate Mint dalam bentuk lain selain ice cream. Kecuali ice cream import, rasa Chocolate Mint masih sangat jarang untuk ice cream local. Otomatis untuk menikmati rasa favoritku yang cukup unik ini, aku harus merogoh kocek yang cukup mahal hanya untuk membeli 1 scoop ice cream import. Dan seumur-umur baru 1 kali aku menemukan Chocolate bar rasa Mint, itu pun ternyata handmade production alias buatan sendiri.

Unik…. Bagiku Chocolate Mint adalah rasa yang unik. Campuran rasa Chocolate yang manis, pekat, dan menghangatkan dengan rasa Mint yang sedikit pedas, dingin, dan menyegarkan. Dua jenis rasa yang sungguh berbeda, namun campuran keduanya itu menimbulkan sensasi yang aneh di lidahku. Sensasi rasa yang sepertinya menjadi saling melengkapi satu sama lain.



GreyS

Wednesday, July 23, 2008

Jangan pernah pergi lagi...

Semalam ketika aku terbangun dari tidurku secara tiba-tiba, secara tiba-tiba pula aku teringat, bahwa sebentar lagi aku harus pergi jauh. Pergi jauh meninggalkan keluarga dan orang-orang yang aku sayangi. Selama hidupku, sampai saat ini, aku belum pernah jauh dari keluargaku lebih dari 1 minggu. Kepergianku yang paling lama hanya 6 hari 5 malam. Kepergianku yang paling jauh hanya ke Singapura. Tapi kali ini aku akan meninggalkan keluarga dan orang-orang yang aku sayangi selama 11 bulan lamanya.

Aku pribadi sudah menyiapkan mental untuk menyambut hari H, meski aku akui semakin dekat hari H, aku juga semakin berat untuk berpisah. Tapi yang paling “norak” malah keluargaku, mami, papi, dan omaku. Mami dan Papi-ku bahkan sampai selalu mendampingiku untuk setiap proses persiapannya. Seperti briefing hari minggu kemarin, mungkin aku satu-satunya murid yang di usiaku ini masih datang di dampingi oleh orang tua.

Belum lagi oma-ku, hampir setiap hari dia mengingatkanku untuk selalu jaga diri, padahal aku pergi saja belum. Memang oma-ku itu sangat over protektif terhadapku. Sejak kecil sampai sekarang dia tidak pernah rela aku jauh darinya. Aku bangga dan terharu dengan kasih sayangnya, tapi kadang aku juga merasa terkekang oleh sikapnya.

Sering aku diajak jalan sampai malam, tapi jam 9 saja aku sudah di teleponin. Teman-temanku bahkan sering berkata “Grey, malu atuh sama umur. Masa dah umur segini masih punya jam malam.” Tapi mau gimana lagi, Oma-ku tidak akan tidur sebelum aku tiba di rumah. Semalam atau sepagi apapun aku pulang.

Sebelumnya aku belum pernah terpikir hal ini, tapi beberapa waktu yang lalu, ketika sedang membuka-buka foto masa kecilku, aku baru teringat tentang tanteku. Adik bungsu Mami-ku.

Kurang lebih 36 tahun yang lalu, terjadi sebuah kecelakaan di dekat rumahku sekarang. Kecelakaan itu menyebabkan tewasnya seorang gadis kecil berusia kurang lebih 7 tahun. Gadis kecil itu adalah adik bungsu Mamiku. 12 tahun setelah kejadian itu aku lahir ke dunia.

Ketika aku lahir banyak yang bilang wajahku mirip sekali dengan almarhumah adik bungsu Mami-ku itu. Aku akui sampai aku berusia 7 tahun, wajahku sangat mirip dengannya. Mungkin itu sebabnya sejak kecil, aku diambil oleh Opa dan Oma-ku. Dan mungkin juga itu sebabnya sejak kecil mereka sangat over protektif terhadapku. Pastinya mereka tidak ingin kehilangan putri kecilnya untuk yang kedua kali.

Aku masih ingat masa kecilku, dimana aku bahkan tidak boleh main keluar rumah. Tapi kali ini aku tidak hanya akan main keluar rumah, tapi aku akan keluar negeri. Meski tidak pernah terucap sekali pun dari mulut Oma-ku, tapi aku tahu, dia yang pernah kehilangan putri kecilnya, sebenarnya ingin mengatakan “Jangan pernah pergi lagi….”



GreyS

Wednesday, July 16, 2008

Gigih.....

Kemarin sore aku mendapat telepon dari nomor yang tidak aku kenal. Aku kira siapa, ternyata hanya Marketing Credit Card dari salah satu Bank lokal. Ketika dia mulai menawarkan product kartunya, saya langsung menolak mentah-mentah, sambil menjelaskan alasannya. Tapi ternyata anak ini cukup gigih untuk merayuku.

Meskipun aku sudah bilang, aku tidak butuh Credit Card lagi, dan aku juga akan pindah ke luar negeri bulan depan. Anak ini tetap saja membujukku. Ada beberapa kali dia bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaanku, tapi dia tetap berusaha menelponku lagi, dan lagi. Mencoba menjelaskan keuntungan-keuntungan dari kartu tersebut. Bahkan ketika aku bertanya bagaimana dengan Annual Fee-nya, dia dengan yakin menawarkan diri membayarkan annual fee untukku asal aku mau mengajukan aplikasi.

Akhirnya aku menyerah pada kegigihan anak ini. Aku biarkan dia datang ke kantor Om-ku yang aku akui sebagai kantorku juga. Setelah bertemu dengannya, aku menjadi semakin kagum. Dia baru lulus SMU bulan kemarin. Artinya dia hanya sedikit lebih tua dari adikku. Aku bertanya kenapa dia tidak kuliah, dia bilang mungkin tahun depan, masih mengumpulkan biaya. Dia juga datang ke tempatku dengan membawa banyak souvenir untuk para pengisi aplikasi Credit Card tersebut.

Bicaranya masih gagap dan kurang meyakinkan, tapi dia tidak berhenti meyakinkan aku untuk tetap mengisi aplikasi tersebut. Dia juga tidak berhenti mencari, ketika berkali-kali tersesat saat mencari alamatku. Aku yakin, bila dia terus segigih hari ini, dia bisa menjadi seorang Top Leader di perusahaan apapun yang dia jalankan.

Seandainya saja semua anak muda segigih dia, mungkin Indonesia tidak akan menjadi negara miskin lagi. Seandainya saja dulu aku segigih dia, mungkin saat ini aku bisa membantu membiayai kuliah adikku. Aku bisa membantu keuangan keluargaku.

Tapi sekarang sudah bukan saatnya berandai-andai. Aku harus bisa belajar dari anak itu. Kelak di pekerjaan baruku, aku tidak boleh mudah menyerah lagi, apalagi menyerah hanya karena keadaan. Dan aku juga berharap, agar semua yang membaca Blog ini, bisa belajar dari anak itu...


GreyS

Monday, July 14, 2008

Hidup mapan dengan mengemis

Salah seorang temenku di forum pernah membuat thread tentang masalah ini di forum kami. Dia menulis seperti ini :

".....Seorang pria punya mobil CRV, 2 sepeda motor, 2 rumah di tempat asalnya dan rumah di Surabaya... Semuanya didapatkannya dari mengemis! Dari pengakuan si bapak ini, dia memang sejak kecil ikut ortunya ngemis, truz skrg dy dah jarang ngemis,pendapatannya diperoleh dari hasil me-manage pengemis2 bawahannya yg sekitar 54 org (saingan sm manajemen artis ni..beda yg di-manage doank).
Penghasilannya tiap hari? antara 200-300rb (dari hasil setoran anak buahnya). Tambahan lagi, beberapa dr pengemis bawahannya itu sekarang jg dah mampu memiliki kontrakan sendiri. Pria ini merasa bahwa pengemis adalah profesi yg bs membuat hidupnya mapan dan halal, karena itu dy jg gak segan2 membawa tmn atau kerabatnya yg sulit mencari pekerjaan unt ngemis brg dy. trus,ada pelatihan cara2 ngemis yg bnr 'n dandanan serta ekspresi wajah ky gmn yg harus dilakukan sblm pengemis2 baru ini dilepas.

Stlh baca artikel tu, jd terpikir nih..apa bedanya mereka sm penipu sebetulnya? memanfaatkan belas kasihan org unt hidup enak dg cara mudah-cm menadahkan tangan k org laen. Apa kl ky gitu,mrk tetep bs bilang kl kerjaan mrk tu halal?
Kok mereka gak malu ya? bahkan terkadang bs jd kan, org yg ngasih mrk sedekah tu lbh gak mampu dr mrk?
Dan lagi mereka merasa menjadi pengemis adalah profesi?! Jadi prihatin dg mental seperti ini..... "

Seperti temanku, aku juga prihatin dengan mental pengemis yang mulai mewabah di kalangan masyarakat jaman sekarang. Pengemis-pengemis seperti itu tidak lagi hanya berada di jalan. Tetapi juga di kampus-kampus, di institusi-institusi ternama, dan bahkan mungkin juga dikeluarga kita sendiri.

Seperti kita tau, anak-anak muda di Indonesia tidak seperti anak-anak muda di negara maju, yang sejak SMU atau sejak remaja sudah terbiasa untuk mencari uang sendiri. Anak-anak kuliah di Indonesia masih terbiasa meminta dari orang tuanya, bahkan kadang meski sudah lulus, sudah bekerja, dan berkeluarga mereka masih "mengemis" ke orang tua atau sanak keluarga mereka. Bahkan terkadang biaya untuk menghidupi keluarga pun, berasal dari "mengemis" sana-sini.

Tidak sedikit institusi-institusi yang mengatasnamakan solidaritas dan kemanusiaan yang "mengemis" kesana-sini, ternyata mentok-mentoknya untuk kepentingan pribadi juga. Bahkan disekolah-sekolah juga banyak pengemis-pengemis (kalau tidak mau disebut "Penodong"), yang berkedok sebagai guru. Salah seorang teman kantorku bercerita, ketika anaknya akan mengambil raport, semua orang tua murid diwajibkan membawa kado, kalau mau anaknya "selamat" di tahun ajaran baru nanti.

Kadang aku berpikir, bagaimana Indonesia bisa maju kalau anak-anak mudanya manja dan malas seperti itu. Mau-nya enak sendiri, egois, dan tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain. Padahal bisa saja orang yang membantu mereka sebenarnya lebih membutuhkan uang itu, dari pada mereka sendiri. Aku bingung kok bisa mereka setega itu???



GreyS

Thursday, July 10, 2008

Godmother

"Grey, kamu bersedia jadi Godmother???"

Aku kaget waktu W, temanku yang baru jadi daddy, menawarkan aku menjadi Godmother bagi putri kecilnya. Aku seh bersedia banget. Karena dengan begitu artinya aku akan memiliki seorang anak, meski bukan anak kandungku. Tapi aku berpikir lagi, menjadi Godmother sama besar tanggung jawabnya dengan menjadi ibu yang sebenarnya. Dan hal itu yang membuat aku tidak boleh sembarangan menerima tawaran untuk menjadi "Godmother".

Menjadi seorang Godmother, berarti:
1. Harus siap ikut mendidik Godchild-nya, mendampingi orangtua kandung anak itu.
2. Harus bertanggung jawab secara moral kepada anak itu.

Otomatis gaya hidup seorang calon Godmother juga harus dipertanggung jawabkan. Sedangkan aku, masih hobby nonton BF, Clubbing, minum minuman keras, doa kadang-kadang, ke gereja suka malas, baca kitab suci bisa di hitung pake jari, dll. Dalam hati aku berpikir, masih kayak gini mau jadi Godmother??? Mending nanti dulu.

Nanti... saat aku sudah menemukan apa yang aku cari di dunia ini.
Nanti... saat aku sudah bisa menerima keadaan aku sendiri.
Nanti... saat aku sudah mengerti apa yang sedang di "rajut" Tuhan untukku.

Tapi hari ini aku seperti diingatkan kembali, meski aku tidak mungkin memiliki anak sendiri, tapi banyak anak-anak yang bisa menjadi anakku kelak.



GreyS

Tuesday, July 8, 2008

Menjadi seorang "PAPA"

"Dengan segala kemurahan Tuhan, putri kami telah lahir pada tanggal 6 Juli '08 dengan sehat dan tidak kekurangan suatu apapun.
Terimakasih atas bantuan doa teman-teman sekalian. W & M.
"


Berikut adalah SMS yang aku terima dari teman lamaku. Aku agak sedikit kaget sekaligus gembira mendengar berita bahagia tersebut. Karena baru siangnya aku berbincang dengan adikku, menanyakan kabar istri W, yang memang aku dengar sedang hamil dan akan segera melahirkan.

Aku tiba-tiba teringat pada W, karena sebenarnya pada hari minggu itu, pamanku pun sedang merayakan kelahiran putrinya. Setelah sekian lama mencari pendamping hidup, pamanku akhirnya menikah di usianya yang ke-38, dan istrinya saat itu berusia 37. Dan mukjizat Tuhan, istrinya masih bisa langsung hamil di usia itu. Aku tidak heran mengapa pamanku begitu bahagia dengan kelahiran putri kecilnya.

Begitu pula dengan W, aku mengenalnya sejak aku masih duduk di bangku SMU. Dia 9th lebih tua dariku. Dulu sebelum dia bertemu dengan istrinya, aku dan dia pernah sangat dekat. Dia adalah salah seorang pria baik, yang selalu bersikap gentle, memperlakukan aku selayaknya seorang cewe, dan yang pernah mengatakan bahwa sebenarnya aku ini sangat manis. Dia juga satu-satunya pria yang pernah menanyakan apa aku akan berubah menjadi feminin, seandainya ada pria yang mau menungguku. Jawabku saat itu "Aku tidak tahu." Dan setelah itu, dia memang tidak pernah terlihat menjalin hubungan dengan wanita manapun selama beberapa tahun. Mungkin saat itu dia sedang menungguku. Sayangnya, dia tidak pernah tau siapa aku sebenarnya dan mengapa aku tidak bisa bersikap feminin.

Aku bahagia waktu tau akhirnya W menemukan wanita yang tepat untuknya. Yang akhirnya menjadi ibu bagi putri kecilnya saat ini. Mereka menikah diusai kepala 3 juga.
Dan sekali lagi, mungkin W tidak pernah tau apa yang sebenarnya aku impikan selama ini. Mungkin W tidak akan pernah tau, kalau aku juga bermimpi bisa menjadi seorang suami bagi istriku dan seorang ayah bagi anak-anakku.
Pria mana yang tidak ingin, saat dia pulang ke rumah ada istri dan anak-anak yang akan menyambutnya.
Istrinya akan mengatakan "Kamu lelah sayang?? Ayo aku siapkan makan malam."
Dan anak-anak yang akan memanggilnya "Papa...Papa..."

Itu mungkin adalah impian yang sederhana bagi W dan pamanku, tapi bagiku itu adalah impian yang bagaikan "Apel Eden". TIDAK MUNGKIN dan TIDAK BOLEH diwujudkan. Karena bagaimana pun juga aku hanyalah seorang pria jadi-jadian, yang hanya bisa bermimpi kelak aku akan memiliki istri dan menjadi seorang "PAPA" seperti mereka.



GreyS

Sunday, July 6, 2008

Penantian tak berujung.... (lanjut atau menyerah saja??)

"Hai, apa kabar??"
"Apa kabarmu hari ini??"
"Kamu lagi ngapain??"


Itu adalah bunyi SMS, yang selalu aku kirimkan ke no HP-nya. Tapi semua SMS diatas hanya terkirim sia-sia, tidak pernah ada reply darinya. Kalau aku telepon, pasti diangkat seh tapi responnya yang dingin bikin aku makin down.

Sebenernya sejak awal aku resign, aku juga sudah ingin resign dari kehidupannya. Aku ingin menyerah untuk mencintainya. Aku ingin menyerah untuk menghubunginya. Tapi teman-temanku bilang, selama masih ada usaha pasti masih ada kesempatan. Meski jangan terlalu sering dulu contact dia. Kata mereka aku harus kasih dia "Space". Lagipula mereka bilang, bila aku sedikit-sedikit mengatakan ingin menyerah, artinya aku tidak tulus mencintainya.

Memang seh aku sadar, dia yang tidak pernah suka di buat ribet, pasti akan dipusingkan dengan masalah ini. Mengakui kalau dia Jatuh Cinta dengan Sesama Jenis. Bukan hal yang mudah. Aku sendiri butuh waktu bertahun-tahun sampai akhirnya mengakui, kalau aku adalah salah seorang pecinta sesama jenis. Mungkin ini sebabnya beberapa temanku mengatakan mereka sudah tidak tertarik dengan orang yang "belum selesai dengan dirinya sendiri".

Lelah.... itu yang kurasakan saat ini. Aku lelah menunggu reply SMS darinya yang tidak kunjung datang. Aku lelah di"gantung". Aku lelah menebak-nebak apa isi hatinya sekarang. Sejujurnya aku sudah lelah dengan penantian tak berujung ini..... Tapi aku tidak tahu harus bagaimana, menyerah saja atau tetap menunggunya....



GreyS

Thursday, July 3, 2008

Naif.....

Grey, kamu jangan naïf gitu dong. Masa gitu aja dipercaya.”

Kata-kata yang sama yang kudengar dalam beberapa hari ini. Dalam waktu kurang dari 1 minggu, sudah 2 orang yang mengatakan aku begitu naïf. Satu teman chatku, dan satunya mantan teman kantorku. Memang seh aku akui, meski Jakarta kota kelahiranku, aku yang sejak kecil terlalu dilindungi oleh Oma dan seluruh keluargaku menjadi sangat naïf dalam menghadapi kerasnya ibukota ini.

Aku yang sejak kecil tidak pernah diberi kesempatan untuk mengungkapkan keinginanku, membuat aku selalu berusaha mendengarkan orang lain. Aku yang sejak kecil tidak dipercaya untuk mengambil keputusan sendiri, memuat aku selalu percaya dengan kata-kata orang lain. Sehingga mudah sekali bagi semua orang untuk mendekatiku, membuat aku menaruh kepercayaan kepada mereka, dan akhirnya mereka mengambil kesempatan dari kenaifanku.

Sebenarnya aku bingung harus bagaimana dalam bersosialisasi. Secara kita ini kan mahluk social, yang dimana pun juga dan bagaimana pun juga wajib bersosialisasi. Tidak mungkin kan kita menaruh prasangka buruk ke teman-teman kita, apalagi yang berada dalam satu komunitas yang sama. Tapi kalo menaruh kepercayaan juga tidak boleh sepenuhnya kali yee… Bisa-bisa dipermainkan lagi.





GreyS

Tuesday, July 1, 2008

Time Goes By....

Hari ini, setelah sekian lama, aku datang ke kampusku. Rencana awal seh hanya mengambil ijazah SE ku dan langsung pulang. Tapi ternyata SE-ku harus diambil di Ibu Director, otomatis aku harus menunggu dia dulu. Sambil menunggu aku ngobrol-ngobrol sebentar dengan temanku yang menjadi staff disitu.

Staff 1 (Dinda) : Hi, Grey. Apa kabar??? Gimana bisnis??
Grey : Hehehe…. Tutup.
Dinda : Trus sekarang jadi sibuk ngapain??? Kerja???? Dimana??
Grey : Di Apotik. Jadi Accounting juga. Tapi dah resign lagi. Bulan depan aku ke China. Study bahasa 1 tahun. Btw, gimana baby-mu??? Ada foto-nya??
Dinda : Nih…(sambil memberikan HP yang ada foto baby-nya)
Grey : Cepet yah waktu. Rasanya lo baru married kemarin. Sekarang tiba-tiba anak lo dah 3 bulan.
Dinda : Hahaha….

Tidak lama kemudian, Ibu Director keluar dan aku dipanggil ke ruang meeting. Dia tampak jauh lebih tua dari terakhir kali kami bertemu. Yang belum berubah adalah semangatnya. Aku masih melihat semangatnya untuk mengajar, untuk memperbaiki nasib kampus kami yang semakin hari semakin berkurang mahasiswanya, untuk memajukan para siswa-nya. Hal ini yang dari dulu aku kagumi darinya. Hal seperti ini pula satu-satunya yang aku banggakan dari kampus kecilku.

Ibu Director-ku selalu senang sekali bertemu anak-anak alumni. Sebenarnya kalau saja hari ini aku memakai baju kerja, dia ingin sekali berfoto bersamaku. Tentu saja hal ini membuat hatiku sedikit perih. Saat ini statusku kan “Pengacara” lagi. Malas banget kalau harus pergi-pergian memakai pakaian kerja lengkap. Padahal waktu aku baru lulus, aku pernah berjanji akan membawa nama baik almamaterku. Tapi sekarang…. Aku resign hanya karena alasan yang benar-benar Childish.

Ibu Director : Grey, how are you??? Where are you working now???
Grey : I’m fine miss. I ever worked in Healthcare shop. But next month I’m going to China for study.
Ibu Director : Ohh…Very good. Are you taking for MBA program??
Grey : No, just study for Mandarin language.
Ibu Director : Ohh… It will be wasting money if you not serious. I hope you will serious for learn it.
Grey : Ok miss.

Percakapan singkat hari ini benar-benar “menonjok” hatiku. Waktu benar-benar serasa berlari. Dan aku sekarang bukan anak kecil lagi seperti dulu. Teman-temanku sudah berkeluarga dan memiliki anak. Aku tidak bisa lagi bersikap seenaknya. Usia tambah tua, kesempatan yang datang akan semakin sedikit. Apalagi tadi aku bertemu juniorku, ternyata sekarang mereka sudah hampir lulus semua. Berarti saat aku pulang dari China nanti aku harus bersaing dengan mereka.

Waktu benar-benar cepat sekali berlalu…




GreyS